Kamis, 17 November 2016

RANGKUMAN ADM.MANAJEMEN

1.  Adminstrasi Manajemen
Manajemen merupakan sarana untuk mencapai tujuan organisasi dengan memanfaatkan alat yang tersedia semaksimum mungkin. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa dalam mencapain tujuan perusahaan haris memperhatikan secara optimal terhadap kepentingan-kepentingan yang menyangkut kepentingan konsumen, penanam modal, karyawan ,pemerintah, masyarakat , supplier.
Manajemen merupakan kegiatan pokok yang dilakukan seorang pimpinan karena dia menjabat sebagai manajer untuk mengolah input menjadi output melalui proses manajemen. Adapun prinsip-prinsip manajemen, yaitu:
a.      Pembagian kerja
b.      Disiplin
c.      Wewenang dan tanggung jawab
d.      Kesatuan perintah
e.      Kesatuan arah
f.       Balas jasa
g.      Sentralisasi
h.     Keadilan dan kejujuran
i.       Inisiatif
j.        Semangat kesatuan


2.  Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen pendidikan
Dasar dalam administrasi manajemen pendidikan yaitu digunakan untuk menjadi acuan dan pedoman bagi seorang administrator untuk mendapatkan sukses dalam tugasnya. Dimana dalam administrasi pendidikan tersebut harus didasarkan pada dasar-dasar :
1.    Efisiensi
2.    Pengelolaan
3.    Pengutamaan tugas pengelolaan
4.    Kepemimpinan yang efektif
5.    Kerjasama
Tanpa dari kelima dasar tersebut maka dalam suatu manajemen tidak akan berjalan dengan sempurna tanpa adanya dasar dari suatu manajemen yang bertujuan membangun suatu organisasi yang bersifat positif bagi organisasi tersebut. Selain itu seorang manajemen pendidikan harus mampu memiliki dasar-dasar penting dari suatu manajemen pendidikan yaitu
1)    Manajemen sebagai ilmu
2)    Manajemen sebagai seni
3)    Manajemen sebagai proses
Administrasi pendidikan adalah upaya pencapaian tujuan secara efektif dan efisien dengan memanfaatkan orang-orang dalam suatu pola kerjasama. Sedangkan manajemen pendidikan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan serta usaha pendidikan agar mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
3.  Perencanaan dalam Manajemen
Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan dengan lancar. Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu.
Adapun tujuan dari perencanaan dalam suatu manajemen yaitu
1.    Untuk memberikan pengarahan untuk anggota organisasi.
2.   Untuk mengurangi ketidakpastian.
3.    Untuk menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam fungsi selanjutnya
4.  Organisasi dalam Manajemen
Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih, atau organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama, organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
            Adapun jenis-jenis teori organisasi yaitu :
a.    Teori organisasi klasik
b.    Teori Human Relation
c.    Teori organisasi Perilaku
d.    Teori Birokrasi
5.  Koordinasi
       Koordinasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak yang sederajat untuk saling memberikan informasi dan bersama mengatur atau menyepakati sesuatu, sehingga di satu hal proses pelaksanaan tugas dan keberhasilan pihak yang satu tidak mengganggu proses pelaksanaan tugas dan keberhasilan pihak yang lainnya.
            Pentingnya koordinasi dalam pelaksanaan manajemen yaitu sebagai wawasan dalam melaksanakan suatu organisasi serta memberikan kesempatak kepada anggota dalam suatu organinsasi dalam menuangkan pendapatnya dan dapat bertukar pikir baik itu anggota maupun ketua dalam organisasi tersebut. Dengan adanya koordinasi maka dalam suatu organisasi ataupun perusahaan tersebut dapat menentukan dimana letak dan kekurangan dari organisasi yang didirikan karena dengan koordinasi dapat membantu mencari solusi yang terbaik dari masalah yang telah dihadapi dalam suatu organisasi tersebut.
Adapun teknik dalam berkoordinasi yaitu :
a.    Hierarki
b.    Peraturan, prosedur, dan kebijaksanaan.
c.    Perencanaan
d.    Panitia
6.  Motivasi dalam Manajemen
          Motivasi merupakan sebuah predis posisi untuk bertindak dengan cara yang khusus dan terarah pada tujuan tertentu sekalipun rumusan tentang rumusan motivasi dibatasi hingga purposif atau yang diarahkan pada tujuan. Manusia sebagai mahluk sosial berusaha untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan expektansi.
       Motivasi dalam suatu organisasi sangatlah penting dalam mengembangkan suatu organisasi tersebut. Karena tanpa adanya motivasi yang mendorong seorang pemimpin maupun karyawan maka dalam suatu organisasi tersebut tidak akan berkembang sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan sebelumnya. Bagi karyawan motivasi sangatlah dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan agar dalam melakukan pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan dia dapat melakukannya dengan penuh semangat dan kerja keras yang lebih besar dari sebelumnya.
Adapun Tujuan-tujuan motivasi tersebut antara lain:
1. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan
2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan
3. Meningkatkan produktivitas karyawan
4.Mempertahankan loyalitas dan kesetabilan karyawan perusahaan
5.Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi  karyawan
6. Mengefektifkan pengadaan karyawan
7. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
8. Meningkatkan kreatifitas dan partisipasi karyawan

9. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan

PENYEBAB RENDAHNYA PENGGUNAAN IUD PADA PUS

BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
         Sasaran pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yakni mengurangi Angka Kematian Ibu ( AKI ) dan Angka Kematian Bayi ( AKB ) dengan salah satu program untuk menurunkan AKI dan menekan angka pertumbuhan penduduk dalam mewujudkan suatu program Keluarga Berencana (KB). Target MDGs 2015, yakni 110 per 100.000 kelahiran hidup, maka AKI saat ini masih perlu diturunkan lagi (Yanti, 2013).
Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera ( NKKBS ) yang berorientasi pada catur warga. Pemerintah meluncurkan gagasan baru, yaitu keluarga berencana mandiri artinya masyarakat memilih metode KB dengan biaya sendiri melalui KB lingkaran biru dan lingkaran emas dan mengarahkan pada pelayanan Metode Kontrasepsi Efektif ( MKE ) yang meliputi AKDR, suntikan KB, susuk KB, dan Kontap (Manuaba, 2012).
Menurut World Health Organization (WHO) penggunaan alat kontrasepsi adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objek - objek tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, dan untuk menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2008).
Data WHO menunjukkan bahwa pengguna alat kontrasepsi Implant di seluruh dunia masih di bawah alat kontrasepsi suntik, pil, kondom dan IUD, terutama di negara – negara berkembang. Persentase penggunaan alat kontrasepsi suntik yaitu 35,3%, pil 30,5%, IUD 15,2%, sedangkan Implant dibawah 10% yaitu 7,3%, dan alat kontrasepsi lainnya sebesar 11,7%. Pada saat ini diperkirakan memakai IUD/AKDR, 30% terdapat di CINA, 13% di Eropa, 5% di Amerika Serikat, 6,7% di negara – negara berkemabang lainnya (Safrina, 2012).
Sebenarnya Implant efektif mencegah kehamilan selama 3 tahun. Tingkat kegagalan lebih sedikit dibanding IUD. Sementara alat KB berupa pil dan suntikan sifatnya jangka pendek dan kerap gagal, jika dipasang dengan benar, metode kontrasepsi ini memiliki efektivitas sampai 99 persen dengan tingkat kegagalan hanya 0,05 dari 100 wanita yang memakainya. Adapun salah satu alat kontrasepsi yang digerakkan pemerintah untuk metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)  adalah implant. Beberapa faktor penyebab  kurangnya minat PUS menggunakan         MKJP dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu: segi pelayanan KB, segi kesediaan alat kontrasepsi, segi penyampaian konseling maupun Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) dan hambatan budaya (Hartanto, 2010).
Persentase peserta KB Baru menurut metode kontrasepsi di Indonesia. Usia subur seorang wanita biasanya antara 15-49 tahun, oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/pasangan ini lebihdiprioritaskan untuk menggunakan alat/metode KB. Cakupan peserta KB Baru dan KB Aktif pada profil kesehatan 2013, jumlah PUS di seluruh Indonesia mencapai 44.738.378 orang dengan jumlah peserta KB Baru 8.647.024 orang (19,33%), dan jumlah peserta KB Aktif 33.713.115 orang (75,36%). Persentase peserta KB Aktif menurut metode kontrasepsi di Indonesia IUD 11,03%, MOW 3,53%, MOP 0,68%, Implan 8,26%, Kondom 2,50%, Suntik 47,19%, Pil 26,81% (Depkes RI, 2013).
Di Provinsi Pemerintah Aceh, sampai dengan bulan maret tahun 2012 dengan jumlah PUS 776.140 orang. Peserta KB Aktif yang menggunakan metode kontrasepsi IUD 11.993 (2,02%), MOW 4.479 (0,76%), MOP 187 (0,03), Implan 11,746 (1,98%), Kondom 51.698 (8,72%), Suntik 267.195 (45,06%), Pil 245.727 (41,44%) (Depkes RI, 2013).
         Di Propinsi Sumatera Utara, perkembangan pasangan usia subur yang aktif sebagai peserta KB yang dilaporkan dari kabupaten/kota sampai akhir Desember 2012 mencapai 1.312.405 pasangan atau 65.19% dari 2.013.452 pasangan usia subur yang ada di Sumatera Utara. Persentase PIL 35,24%, suntikan 33,53%, IUD 10,63%, MOW 8,34%, Implant 7,41%, kondom  4,58% dan dengan metode medis operasi pria (MOP) hanya 0,28% dari jumlah pasangan usia subur yang aktif sebagai peserta KB (Wiratno, 2012).
Jumlah PUS di Kabupaten Deli Serdang sampai tahun 2013 sebanyak 300.133 jiwa, dengan capaian Akseptor KB baru sebesar 14,98%, peserta KB aktif sebesar 73.06%. Akseptor  yang  menggunakan  MKJP seperti: IUD  sebesar 11,11%, MOP/MOW sebesar 5,74%, implant sebesar 8,035%. Non MKJP yaitu memakai kondom sebesar 8,23%, suntik sebesar 31,45% dan pil sebesar 35,41%   (Yanti, 2013).
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada tanggal 24 Maret di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang terdapat jumlah PUS yang menggunakan alat kontrasepsi sebanyak 167 Pasangan Usia Subur dengan suntik 69 orang (41,3%), pil 72 orang (43,1%), kondom 4 orang (2,4 %), Implan 19 orang  ( 11,4 % )  dan IUD 3 orang (1,8 %).
Dari hasil survei 167 Pasangan Usia Subur ( PUS ) 5 diantaranya mengatakan takut untuk memakai kontrasepsi IUD, tidak mempunyai biaya, dan tidak mendapatkan izin dari suaminya untuk memakai kontrasepsi IUD, karena PUS mendengar cerita-cerita buruk mengenai IUD.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian “ Faktor-faktor penyebab kurangnya minat PUS memilih IUD sebagai alat kontrasepsi Di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kec. Percut Sei Tuan Tahun 2014”.

B.           Perumusan Masalah
         Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah, yaitu : “ Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi PUS tidak memilih IUD sebagai alat kontrasepsi di Balai Pengobatan Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014”

C.        Tujuan Penelitian
1.         Tujuan umum
Untuk mengetahui Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
2.         Tujuan khusus
1.    Untuk mengetahui Faktor-Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi berdasarkan Pengetahuan di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan  Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
2.    Untuk mengetahui Faktor-Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi berdasarkan Umur di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan  Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
3.    Untuk mengetahui Faktor-Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi berdasarkan Pendidikan di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan  Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
4.    Untuk mengetahui Faktor-Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi  berdasarkan Paritas di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan  Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
5.    Untuk mengetahui Faktor-Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi berdasarkan Sumber Infromasi di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan  Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.

D.      Manfaat Penelitian
1.       Bagi Balai Pengobatan Ika
        Sebagai bahan masukan dan sumber pemikiran bagi tenaga kesehatan yang berada di Balai Pengobatan Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang untuk lebih meningkatkan informasi tentang keuntungan dan kerugian serta informasi lainnya dari IUD kepada PUS.
2.         Bagi responden
        Sebagai masukan dan dapat memberikan pengetahuan bagi PUS untuk mengetahui tentang kontrasepsi IUD.
3.        Bagi peneliti
        Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan serta menerapkan ilmu pengetahuan tentang Kontrasepsi IUD yang sudah didapat selama perkuliahan di pendidikan Akademi Kebidanan Harapan Mama.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.   Keluarga Berencana
1.    Pengertian keluarga berencana
       Menurut World Health Organisation ( WHO ) Expert Commite, ( 1970 ) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk :
1.      Mendapatkan objektif-objekif tertentu
2.      Menghindarkan kelahiran yang tidak diinginkan
3.      Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
4.      Mengatur interval di antara kelahiran
5.      Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri
6.      Menetukan jumlah anak dalam keluarga (Pinem, 2009).
        Program Keluarga Berencana ( KB ) adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan  ekonomi, spiritual dan sosial budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional (Depkes, 2012).
2.       Tujuan Keluarga Berencana
1.      Tujuan umum
Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).


2.    Tujuan pokok
Penurunan angka kelahiran yang bermakna. Guna mencapai tujuan tersebut, ditempuh kebijaksanaan menggolongkan pelayanan KB ke dalam tiga fase yaitu :
a.         Fase menunda kehamilan/kesuburan
b.         Fase menjarangkan kehamilan
c.         Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan (Pinem, 2009).
3.         Pengertian akseptor KB
Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007).

B.        Pasangan Usia Subur (PUS)
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang  hidup bersama  dimana istrinya berusia 15-49 tahun, yang harus dimotivasi terus-menerus  sehingga  menjadi  peserta Keluarga Berencana (KB) ( Depkes RI, 2002).

C.       Kontrasepsi
1.         Pengertian kontrasepsi
Kontrasepsi  adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya  kehamilan. Usaha – usaha itu  dapat  bersifat  sementara, dapat juga  bersifat permanen. Yang bersifat  permanen  dinamakan  pada  wanita  tubektomi  dan pada pria vasektomi (Sarwono, 2011).


2.          Efektifitas Kontrasepsi
 Menurut Sarwono (2011 ), efektifitas ( daya guna ) suatu cara kontrasepsi, dapat dinilai pada 2 tingkat yakni :
1.            Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diingini, apabila cara tersebut digunakan terus-menerus dan sesuai dengan petunjuk yang diberikan.
2.            Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh beberapa factor-faktor seperti pemakaian tidak hati-hati, kurang taat pada peraturan, dan sebagainya.  
3.            Jenis - Jenis Metode Kontrasepsi
1)      Metode sederhana
a.    Kondom
Menampung spermatozoa sehingga tidak masuk kedalam kanalis serviks.
b.      Pantang berkala
1.      Pantang berkala dengan sistem kalender
Metode ini memerlukan sistem menstruasi yang teratur sehingga dapat memperhitungkan masa subur untuk menghindari kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seks.
2.      Pantang berkala dengan sistem suhu basal
Metode ini memerlukan pengetahuan dan metode pengukuran yang adekuat, sehingga dapat bermanfaat.

c.       Senggama terputus
Konsep metode senggama terputus adalah mengeluarkan kemaluan menjelang terjadinya ejakulasi. Metode ini merupakan metode tertua didunia. Kekurangannya mengganggu kepuasan kedua belah pihak, kegagalan hamil sekitar 30% sampai 35% karena semen keluar sebelum mencapai puncak kenikmatannya.
d.      Spermisida
Adalah zat kimia yang dapat melumpuhkan sampai mematikan spermatozoa yang digunakan menjelang hubungan seks.
2 )  Metode Efektif
a.    Kontrasepsi hormonal
1.         Kontrasepsi hormonal pil
Pada setiap pil terdapat terdapat perbandingan kekuatan estrogenic (lebih dominan estrogen) atau progesterogenik (dominan progesterone), melalui penilaian menstruasi.
2.         Kontrasepsi hormonal suntikan
Tingginya minat pemakai suntikan Keluarga Berencana (KB) oleh karena aman, sederhana, efektif, tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pada pasca persalinan.
3.            Kontrasepsi hormonal susuk (Implant)
Metode ini mudah digunakan, murah, dan aman, setiap kapsul susuk KB mengandung 36 mgLevonorgestrel yang akan dikeluarkan setiap harinya sebanyak 80 mg.
b.         Kontrasepsi mekanis
1.         Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
       Belum diketahui jelas cara kerjanya, tetapi cara kerjanya bersifat lokal.
3 )  Metode Modern
a.      Kontrasepsi mantap wanita ( Tubektomi )
     Kontap atau sterilisasi merupakan metode KB yang paling efektif, murah, aman, dan mempunyai nilai demografi yang tinggi.
b.     Kontrasepsi mantap pria ( Tubektomi )
      Merupakan tindakan operasi ringan, murah, aman, dan mempunyai arti demografis yang tinggi, artinya dengan operasi ini banyak kelahiran dapat dihindari (Manuaba, 2012)

D.    Intra Uterine Device ( IUD )
        1.     Defenisi IUD
        Intra Uterine Device (IUD) adalah benda kecil yang terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukan kedalam rahim melalui vagina dan mempunyai benang (Handayani, 2010).
2.        Jenis AKDR / IUD
                  Jenis IUD yang dipakai di Indonesia antara lain, yakni :
1.        Copper T
       Jenis IUD Copper-T berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen dimana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek anti fertilitas (anti pembuahan) yang cukup baik.
2.        Copper-7
       Jenis IUD Copper-7 berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Fungsinya sama dengan lilitan tembaga halus pada IUD Copper-T.
3.        Multiload
       Jenis IUD multi load terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Ada tiga jenis ukuran multiload yaitu standar, small, dan mini.
4.        Lippes loop
       Jenis IUD Lippes loop terbuat dari polyethelene, berbentuk huruf spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning) dan tipe D berukuran 30 mm dan tebal (benang putih) (Mulyani, 2013).
3.        Keuntungan IUD
1.   Efektif dengan segera
2.   Tidak ada interaksi obat
3.   Sangat efektif
4.    Tidak terkait dengan koitus (Everett, 2012).
4.         Kerugian IUD
1.      Monoragia
2.      Dismenorea
3.      Sedikit peningkatan resiko kehamilan ektopik bila ada kegagalan AKDR
4.      Peningkatan resiko infeksi panggul
5.      AKDR terlepas keluar
6.      Perforasi uterus, usus dan kandung kemih
7.      Malposisi AKDR
8.      Kehamilan yang disebabkan oleh pengeluaran, perforasi, atau malposisi (Everett, 2012).
5.        Mekanisme kerja IUD
       Mekanisme kerja yang pasti dari IUD belum diketahui pasti. Dari berbgai penelitian ilmiah dinyatakan bahwa IUD dengan kandungan tembaga seperti CUT mekanisme kerjanya adalah mencegah bertemu dan menyatunya sperma dengan sel telur (fertilisasi). Demikan pula dengan penggunaan IUD yang mengandung progestin, sperma dapat dicegah untuk bergerak melalui serviks dan dibunuh oleh sel darah putih (leukosit) yang timbul dalam cairan uterus sebagai hasil rangsangan IUD. Mekanisme kerja utamanya adalah mencegah fertilisasi bukan implantasi (Irianto, 2012).
6.        Efektifitas IUD
       Efektifitas IUD untuk mencegah kehamilan cukup tinggi dalam jangka waktu yang lama. Angka kehamilan pada pemakaian IUD berkisar antara 1,5-3 per 100 wanita pada tahun pertama, dan angka tersebut menjadi lebih rendah pada tahun-tahun berikutnya.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kehamilan adalah jenis IUD :
a.       Ukuran (besar)
b.      Luas permukaan IUD
c.       Umur akseptor
d.      Lamanya pemakaian
e.       Dan kurang teraturnya akseptor menjalani jadwal control untuk periksa ulangan (Mochtar, 2012).
7.        Komplikasi IUD
1.   Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
2.   Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang memungkinkan penyebab anemia
3.   Perforasi  dinding  uterus ( sangat jarang apabila pemasangannya benar)                             ( Saifuddin, 2013 ).
             8.     Yang boleh menggunakan IUD
1. Usia reproduksi
2. Keadaan nullipara
3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat terjadinya infeksi
7. Resiko rendah dari IMS
8. Tidak menghendaki metode hormonal (Saifuddin, 2013).
9.           Yang tidak boleh menggunakan IUD
1.   Sedang hamil
2.   Perdarahan vagina yang tidak diketahui
3.   Sedang menderita infeksi alat genetalia
4.   Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri
5.   Penyakit trofoblas yang ganas
6.   Diketahui menderita TBC pelvic
7.   Kanker alat genetal
8.   Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Saifuddin, 2013).
10.       Waktu pemasangan
1.           Sedang haid
Pada waktu ini pemasangan sangat mudah karena kanalis servikalis agak melebar dan kemungkinan terjadi kehamilan sangat kecil, perasaan sakit kurang dan perdarahan tidak begitu banyak.
2.           Pasca persalinan
1.      Pemasangan dini ( immediate insertion ), yakni pemasangan sebelum ibu dipulangkan dari rumah sakit atau rumah bersalin.
2.      Pemasangan langsung (direct insertion), yakni pemasangan 3 bulan setelah ibu dipulangkan.
3.      Pemasangan tidak langsung (indirect insertion), yakni pemasangan setelah lebih 3 bulan pasca persalinan atau keguguran.
3.           Pasca keguguran
Langsung setelah keguguran, atau dipasangkan sewaktu ibu pulang dari rumah sakit atau rumah bersalin.
4.           Masa interval
Dipasang setelah ovulasi, harus dipastikan wanita tidak hamil atau mereka telah memakai cara-cara lain mencegah kontrasepsi (kondom dan sebagainya).

5.           Sewaktu seksio sesarea
Sebelum luka rahim ditutup terlebih dahulu dikeluarkan darah-darah beku dari kavum uteri, kemudian IUD dipasang pada bagian fundus.
6.        After morning
Pada kasus-kasus dimana dilakukan koitus, maka IUD dipasang dalam waktu 72 jam kemudian, sebelum terjadi implantasi (Mochtar, 2012).
11.     Teknik pemasangan IUD
a.          Persiapan calon akseptor
  Kepada setiap calon akseptor hendaknya dilakukan anamneses, kemudian jelaskan apa yang akan dilakukan, serta berikan jadwal periksa ulang secara teratur. Perhatikanlah jenis IUD yang akan dipasang, dan beritahukan efek samping yang mungkin timbul dan angka kemungkinan kegagalan, serta keluhan ringan setelah pemasangan (rasa mulas, pegal, dan perdarahan). Sesaat sebelum pemasangan, calon akseptor diharuskan buang air kecil untuk mengosongkan kandung kemihnya.
b.         Persiapan alat-alat pemasangan
1.      IUD
a.       IUD jenis baru telah tersedia dalam bungkus plastik steril, berisi IUD, tabung, dan penolaknya
b.      IUD jenis Lippes Loop, baik IUD maupun tabung serta penolaknya, harus terlebih dahulu disterilkan dalam sebuah bak instrument dengan memakai cairan perendam (air masak) yang ditambahkan obat suci hama seperti : Dettol, Savlon, Jodium.
c.       Tentukan IUD jenis mana yang akan dipasang
2.      Alat-alat pemasangan lainnya
a.       Meja ginekologi atau modifikasi meja ginekologi
b.      Bak instrumen berisi alat-alat steril diantaranya :  sarung tangan, kain kasa, speculum vagina (cocor bebek), cunam porsio, sonde rahim, dilatators hegar, dan sebuah gunting
c.       Kapas lisol atau kapas savlon
d.      Jodium tincture dengan kapas lidi.
3.      Persiapan pemasangan (operator)
a)      Kenakan sarung tangan
b)      Sebelum memasang wajib dilakukan periksa dalam untuk menentukan letak rahim. Pemasangan IUD tanpa periksa dalam merupakan tindakan berbahaya (Mochtar, 2012).
12.      Cara pemasangan
a)   Sebelum periksa dalam dan pemasangan, sebaiknya IUD telah disiapkan dan dimasukan dalam tabung penyalurannya
b)   Bilas kemaluan luar dengan kapas air lisol
c)   Pasanglah speculum
d)   Jepit porsio depan dengan cunam, suci hamakan kemudian bersihkan serviks dan vagina dengan larutan antiseptic
e)   Tariklah pelan-pelan cunam porsio sehingga kanalis servikalis arahnya menjadi lurus. Jangan ditarik terlalu kuat, ibu akan merasa nyeri dan kesakitan
f)     Masukan sonde rahim sesuai dengan arah letak rahim untuk mengukur dalamnya rahim
g)   Kalau pembukaan kanalis servikalis agak sempit, dapat dilebarkan dengan dilatator Hegar
h)   Buatlah ancang-ancang bagaimana alat penyalur harus dimasukan kedalam rongga rahim
i)     Selagi servikalis ditarik perlahan dengan cunam, tabung penyalur berisi IUD dimasukan kedalam rahim
j)     Setelah dipastikan posisinya baik, IUD didorong dengan alat pendorong perlahan-lahan sampai keluar seluruhnya dari tabungnya
k)   Keluarkan pendorong terlebih dahulu, agar benang tidak terjepit, baru kemudian tabung penyalurnya
l)     Lepaskan cunam porsio, olesi bekas jepitan dengan jodium tincture, dan lepaskan speculum (Mochtar, 2012).
13.      Insersi IUD
1.        Permasalahan pada insersi IUD
a.       Insersi yang tidak baik dari IUD dapat menyebabkan :
1.Ekspulsi
2.Infeksi
3.Perforasi
2.        Untuk sukses/berhasilnya insersi IUD tergantung pada beberapa hal, yaitu :
a.          Ukuran dan macam IUD
b.         Waktu/saat insersi
c.          Teknik insersi
d.         Penjelasan prosedur kepada calon akseptor
e.          Pemeriksaan pelvis bimanual dan sondage uterus
f.           Penempatan IUD setinggi mungkin dari uterus (fundus uteri) tanpa menembus/perforasi (Hartanto, 2010).
14.      Angka kegagalan IUD
a.    Belum ada IUD yang 100% efektif
b.   IUD pada umumnya 1-3 kehamilan per 100 wanita/tahun
c.    Lippes loop     :  2 – 6 per 100 wanita / tahun
d.   Cut T              : ˂ 1 / 100 wanita / tahun
e.    Cut 7              : 1 -3 per 100 wanita / tahun (Hartanto, 2010).
15.       Yang Perlu diingat jika ingin menggunakan KB IUD
1.      Jenis AKDR yang dipakai
2.      Waktu untuk melepaskan AKDR
3.      Perubahan menstruasi dan kram adalah hal biasa, datang kembali ke tenaga kesehatan jika mengganggu
4.      Kembali dalam 3-6 minggu, atau setelah masa haid berikutnya untuk pemeriksaan ke bidan atau tenaga kesehatan jika :
a.       Terlambat haid, atau merasa hamil
b.      Mungkin terinfeksi IMS atau HIV
c.       Benang AKDR berubah panjang atau hilang
d.      Sangat nyeri pada bagian bawah perut (Mulyani, 2013).

16.         Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi
  1 )     Pengetahuan                                                                                                       Menurut Notoatmodjo (2011), pengetahuan  adalah hasil dari “ tahu” dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penggindraan terjadi melalui pasca indra penglihatan, pandangan, penciuman rasa dan raba sebagian besar  pengetahuan manusia  diperoleh melalui mata dan  telinga. Pengetahuan kognitif merupakan  domain  yang sangat penting untuk terbentuknya  tingkat seseorang (over behavior). Pembagian pengetahuan menurut Arikunto (2010) dikategorikan sebagai :
a.          Baik             :  Bila menjawab pertanyaan ≥10
b.         Tidak baik   :  Bila menjawab pertanyaan <10
       Tingkatan pengetahuan yang termasuk kedalam domain kognitif ada 6, yakni
1.        Tahu ( know )
Tahu diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali materi yang pernah dipelajari, termasuk hal spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima.
2.        Memahami ( comprehension )
Diartikan  sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikannya secara luas.
3.        Aplikasi ( application )
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.


4.     Analisis ( analysis )
Adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen yang masih saling terkait dan masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut.
5.     Sintesis ( synthesis )
Diartikan sebagai kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6.     Evaluasi ( evaluation )
Diartikan sebagai ini berkaitan dengan kemampuan untuk  melakukan justifikasi atau  penilaian terhadap suatu materi atau objek (Mubarak, 2011).
2)     Umur                                                                                                        
      Umur adalah lamanya seseorang hidup dihitung dari tahun lahirnya sampai dengan ulang tahunnya yang terakhir semakin tinggi umur seseorang maka tingkat pengetahuan seseorang akan semakin lebih matang dalam berfikir dan bertindak. Kategori umur :
c.    < 20 tahun              : fase menunda atau mencegah kehamilan
d.   20 – 35 tahun         : fase menjarangkan kehamilan bagi PUS
e.    > 3                            5 tahun        : fase menghentikan/mengakhiri kehamilan bagi PUS, dianjurkan untuk  mengakhiri  kehamilan setelah  mempunyai 2 orang anak
(Susilawati, 2013).    
3     )  Pendidikan
        Adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan pengetahuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah dalam menerima informasi dan akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan hal-hal baru tersebut, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimilki.                                                                                                 Kategori pendidikan :
a.      Pedidikan Dasar
Merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah (SD/MI dan SMP/MTs).
b.     Pendidikan Menengah
Merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar (SMU/MA).
c.      Pendidikan Tinggi
Adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, megister, dokter dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi (Arnis, 2013).
4     )   Paritas
         Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seseorang ibu dengan persalinan yang pernah dialami oleh ibu.
Jenis paritas :
a)      Primipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi untuk pertama kalinya
b)      Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi yang sudah beberapa kali yaitu 2-5 kali
c)      Grande multipara  adalah wanita yang telah melahirkan bayi yang sudah lima kali atau lebih (Mochtar, 2012).

5  )    Ekonomi  
        Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan akseptor harus menyediakan dana yang ada sesuai dengan yang diperlukan (Arnis, 2013)
        Tingkat ekonomi menurut Albar (2010), untuk daerah Deli serdang dengan UMR 1.800.000/bulan.
6  )    Sumber informasi                                                           
        Sumber informasi adalah data yang merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata. Kejadian- kejadian (Event) adalah suatu yang terjadi pada saat tertentu, kesatuan nyata (Fact and entity) berupa objek nyata seperti tempat, benda dan orang yang betul-betul ada dan terjadi (Arnis, 2013).
Sumber informasi dikategorikan :
1.      Didapat secara langsung
a.    Keluarga atau orang lain
b.   Tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat)
c.    Teman
2.      Didapat secara tidak langsung
a.       Media cetak : media cetak sebagian alat untuk manyampaikan pesan-pesan seperti salah satunya leaflet, tulisan-tulisan poster dan foto
b.      Media elektronik : sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi, seperti televisi, radio, video, slide, dan film


c.       Media papan
      Papan dipasang ditempat umum dapat dipakai dan isi dengan pesan-pesan atau informasi (Arnis, 2013).

E.       Kerangka Konsep
        Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah yang ingin diteliti (Hidayat, 2011).
                Adapun kerangka konsep dalam penelitian faktor-faktor penyebab PUS tidak memilih IUD sebagai alat kontrasepsi di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang mulai Maret tahun 2014.
Bagan 2.4
Kerangka Konsep

         Variabel Independent                                           Variabel Dependent
-         Pengetahuan
-         Umur
-         Pendidikan
-         Paritas
-         Sumber informasi

      
Faktor-Faktor penyebab PUS tidak memilih IUD sebagai alat kontrasepsi
  
           
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
-         Ekonomi
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Keterangan :
--------            : Tidak diteliti
F.         Defenisi Operasional
        Defenisi operasional adalah mendefenisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati.
1.        Pengetahuan
Pengetahuan adalah kemampuan responden dalam menjawab pertanyaan yang diajukan dalam bentuk kuisioner. Dikelompokan atas :
a.         Baik             : jika menjawab >10 dari 20 soal
b.        Tidak baik   : jika menjawab <10 dari 20 soal
       ( Skala Ordinal )
2.        Umur
Umur adalah usia ibu yang terhitung sejak lahir hingga ualang tahun terakhir dengan kategori interval 5 tahun :
a.         Resiko tinggi          : Usia <20 tahun dan 20-35 tahun        
b.        Resiko rendah       : Usia >35 tahun
       ( Skala Ordinal )
3.        Pendidikan
Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal responden yang terakhir hingga mendapat ijazah kelulusan dengan kategori sebagai berikut :
a.         Pendidikan rendah : SD dan SMP/ Sederajat
b.        Pendidikan tinggi                : SMA dan perguruan tinggi
      ( Skala Ordinal )


4.    
Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu dengan kategori :
a.         Primipara               : jumlah anak < 2 orang
b.        Multipara               : jumlah anak > 2 orang
      ( Skala Ordinal )
5.        Sumber informasi
Media informasi merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan   untuk menyalurkan pesan informasi dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat dari si penerima.
a.         Secara langsung                 : Keluarga, Tenaga kesehatan, Teman
b.        Secara tidak langsung.       : Leaflet, Poster, TV, Radio, Video
       ( Skala Nominal )




BAB III
METODE PENELITIAN

A.        Jenis penelitian
        Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yakni untuk mengetahui faktor-faktor penyebab PUS tidak memilih IUD sebagai alat kontrasepsi di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
B.     Lokasi dan Waktu Penelitian
1.      Lokasi Penelitian
Adapun lokasi yang dipilih peneliti menjadi tempat untuk mengumpulkan data responden adalah di Balai Pengobatan Swasta Ika  Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang dilakukan pada tanggal 24 Maret 2014, dengan alasan memenuhi sampel dan mempunyai data yang memenuhi syarat data penelitian yang diperlukan sehingga lebih memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data dan  untuk mendukung penulis dalam menyusun laporan Karya Tulis Ilmiah ini dan lokasi penelitian dapat dijangkau oleh peneliti.
2.     Waktu Peneliti
         Penelitian ini dimulai pada bulan Maret – Juni 2014, yang dimulai dari pengajuan judul, penulusuran pustaka, konsultasi dengan dosen pembimbing, melakukan survei penelitian, pelaksanaan penelitian hingga hasil penelitian dan menyusun laporan Karya Tulis Ilmiah (KTI).

C.    Populasi dan Sampel
1.     Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang menggunakan alat kontrasepsi dengan jumlah Kepala Keluarga ( KK ) 200 orang, dan jumlah yang menggunakan kontrasepsi sebanyak 167 orang di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.
2.     Sampel
        Sampel adalah bagian dari populasi yang hendak diteliti. Sampel dalam penelitian ini menggunakan accidental sampling (yang kebetulan datang). Metode pengambilan sampel dengan kriteria ibu-ibu yang datang untuk berKB, jumlah sampel yang didapat saat penelitian pada tanggal 26 Mei – 7 Juni sebanyak 34 sampel di Balai Pengobatan Swasta Ika.
D.          Metode Pengumpulan Data
         Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer. Dengan cara mengisi kuisioner yang bersifat terbuka yang diperoleh dari responden, dan menjelaskan secara singkat tentang kuisioner yang berisi 20 pertanyaan serta harus diisi oleh responden sendiri.
Penelitian jawaban kuisioner dengan menggunakan data untuk jawaban yang benar diberi nilai :
1.Jika nilai 5 untuk jawaban benar
2.Jika nilai 0 untuk jawaban benar.
E.           Aspek Pengukuran
  Dalam penelitian ini diukur adalah pengetahuan ibu tentang metode kontrasepsi IUD. Dengan kriteria peneliti adalah sebagai berikut :
a.       Baik           : Bila responden menjawab pertanyaan ≥ 10 dari 20 jumlah soal, dengan skor ≥ 50%
b.      Tidak baik : Bila responden menjawab pertanyaan <10 dari 20 jumlah soal, dengan skor < 50%.
F.         Teknik Pengolahan Data
  Pengolahan data adalah data yang telah dikumpulkan. Adapun langkah-langkah pengolahan data yang peneliti lakukan yaitu :
a.      Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan serta perbaikan yang salah. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan atau setelah data terkumpul.
b.      Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang kemudian dimasukan kedalam tabel-tabel frekuensi.
c.       Tabulating
Tabulating yaitu mempermudah analisa data, pengolahan data serta pengambilan kesimpulan data yang kemudian dimasukan kedalam tabel-tabel frekuensi (Hidayat, 2011).
G.          Analisa Data
         Analisa data dilakukan dengan cara deskriptif yaitu dengan melihat persentase data yang dikumpulkan dan disajikan dalam tabel-tabel distribusi frekuensi, analisa data frekuensi dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori kepustakaan yang a


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.        Hasil Penelitian
        Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada bulan  Mei-Juni mengenai Faktor-Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014, maka diperoleh hasil penelitian berdasarkan pengetahuan, umur, pendidikan, paritas dan sumber informasi. Hal ini dapat dilihat :
1.      Berdasarkan Pengetahuan
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi Berdasarkan Pengetahuan                                                                                                                             Di Dusun IX Desa Bandar Setia                                                                                   Tahun 2014
No          Pengetahuan                                                                 Jumlah
Frekuensi (orang)          Persentase (%)
 1       Baik (Menjawab soal >10)                              13                                  38
 2       Tidak baik (Menjawab soal <10)                    21                                  62
                 Jumlah                                                      34                                 100
 Dari tabel diatas dilihat bahwa mayoritas akseptor KB tidak menggunakan kontrasepsi IUD dengan pengetahuan tidak baik sebanyak 21 orang (62%) dan minoritas dengan pengetahuan baik sebanyak 13 orang (38%).

2.      Berdasarkan Umur
     Tabel 2
Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi Berdasarkan Umur                                                                                     Di Dusun IX Bandar Setia                                                                                Tahun 2014
No          Umur                                                                            Jumlah
Frekuensi (orang)          Persentase (%)
 1    Resiko tinggi (<20 dan 20-35 thn)                      25                                  74
 2    Resiko rendah (>35 thn)                                       9                                  26                
                 Jumlah                                                      34                                100
        Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas akseptor KB tidak menggunakan kontrasepsi IUD dengan resiko tinggi sebanyak 25 orang (74%) dan minoritas dengan resiko rendah  sebanyak 9 orang (26%).
3.      Berdasarkan Pendidikan
        Tabel 3                                                                                                                        Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab PUS Tidak  Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi Berdasarkan Pendidikan                                                                      Di Dusun IX Bandar Setia                                                                               Tahun 2014
No          Pendidikan                                                                   Jumlah
Frekuensi (orang)          Persentase (%)
 1     Pendidikan rendah (SD dan SMP/ sederajat)        18                                 53
 2     Pendidikan tinggi (SMA dan Perguruan Tinggi)  16                                 47
                 Jumlah                                                          34                                100

 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas akseptor KB tidak menggunakan kontrasepsi IUD dengan pendidikan rendah sebanyak 18 orang (53%) dan minoritas pendidikan tinggi sebanyak 16 orang (47%).
4.      Berdasarkan Paritas.
       Tabel 4                                                                                                                        Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi  IUD Berdasarkan Paritas                                                                             Di Dusun IX Bandar Setia                                                                                    Tahun 2014
No          Paritas                                                                           Jumlah
Frekuensi (orang)          Persentase (%)
 1      Primipara (< 2)                                                3                                  9
 2      Multipara (>2 )                                              31                                 91
                 Jumlah                                                    34                               100
        Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas akseptor KB tidak menggunakan kontrasepsi IUD dengan  multipara sebanyak 31 orang (91%) dan minoritas dengan primipara sebanyak 3 orang (9%).
5.      Berdasarkan Sumber Informasi
      Tabel 6                                                                                                                           Distribusi Frekuensi Faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi Berdasarkan Sumber Informasi                                                                  Di Dusun IX Bandar Setia                                                                                     Tahun 2014
No     Sumber Informasi                                                                Jumlah
Frekuensi (orang)          Persentase (%)
 1            Langsung                                                     27                                79
 2       Tidak Langsung                                                 7                                 21
                 Jumlah                                                       34                              100
         Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas akseptor KB tidak menggunakan kontrasepsi IUD dengan sumber informasi secara langsung sebanyak 27 orang (79%) dan minoritas adalah sumber informasi secara tidak langsung sebanyak 7 orang (21%).
B.      Pembahasan
 Hasil penelitian Faktor-faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014.

1.            Faktor-faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi  Berdasarkan Pengetahuan
        Dari hasil penelitian dapat diketahui dari 34 responden yang tidak menggunakan alat kontrasepsi IUD mayoritas berpengetahuan tidak baik sebanyak 21 orang (62%) dan minoritas berpengetahuan baik sebanyak 13 orang (38%).                                                                                                                                                         
Menurut Eveert (2008) kurangnya pengetahuan pada calon akseptor sangat berpengaruh terhadap pemakaian kontrasepsi IUD. Pengetahuan dari wanita kurang maka penggunaan kontrasepsi IUD juga menurun. Sementara para suami kurang pembinaan dan pendekatan, suami kadang melarang istrinya karena faktor ketidaktahuan dan tidak ada komunikasi untuk saling memberikan pengetahuan.
Hasil penelitian Maulani (2013) bahwasa nya di dapat hasil pengetahuan dari akseptor KB tentang pemakaian kontrasepsi IUD berada pada kategori rendah yaitu sebanyak 27 orang (52,9%) dari 51 responden.
Menurut asumsi peneliti hasil penelitian Maulani (2013) sama dengan peneliti yaitu pengetahuan akseptor KB tentang kontrasepsi IUD berada pada kategori tidak baik sama halnya dengan kategori rendah sebanyak 21 responden (62%). Hal ini disebabkan karena sebagian besar akseptor KB hanya memahami penggolongan IUD hanya sebatas spiral saja, mereka tidak mengetahui ada banyak golongan lain yang termasuk kedalam IUD. Mereka juga mengatakan kurang informasi tentang penggolongan IUD dari petugas kesehatan.

2.            Faktor-faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi Berdasarkan Umur
         Dari hasil penelitian dapat diketahui dari 34 responden yang tidak menggunakan alat kontrasepsi IUD mayoritas dengan resiko tinggi sebanyak 25 orang (74%) dan minoritas resiko rendah sebanyak 9 orang (26%).
 Menurut Wawan dan Dewi (2011), umur yaitu semakin tua umur seseorang semakin kontruktif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi. Dan semakin muda umur seseorang dalam menghadapai masalah maka akan sangat mempengaruhi konsep dirinya, dan usia yang dianjurkan untuk pemakaian IUD yaitu usia >35 tahun.
 Berdasarkan penelitian Farahwati (2013) diperoleh bahwa sebagian besar responden yang memakai kontrasepsi (65,7%) berumur 20-35 tahun dan diperoleh bahwa responden berumur > 35 tahun (68,6%) memakai IUD lebih besar dibandingkan dengan non-IUD (31,4%). Dengan demikian dapat diketahui bahwa ada hubungan antara umur dan pemilihan kontrasepsi, responden yang berumur > 35 tahun berpeluang lebih besar dibandingkan dengan responden yang berumur 20-35 tahun, hal ini disebabkan responden yang berumur > 35 tahun menggunakan kontrasepsi dengan tujuan mengakhiri kesuburan, karena mereka sudah mempunyai anak sesuai dengan yang diinginkan keluarga, sehingga tidak ingin menambah anak lagi.  
Menurut asumsi peneliti hasil penelitian tidak sama dengan penelitian yang dilakukan Farahwati (2013). Karena akseptor KB dengan umur terkategori tinggi                     (<20 – 20-35 tahun)  sebanyak 25 responden (74%). Hal ini disebabkan karena akseptor tidak ada yang memakai IUD, rata-rata akseptor menggunakan kontrasepsi suntik dan pil. Umur secara alamiah akan membatasi masa subur wanita. Umur diatas >35 tahun memang mempunyai resiko tinggi untuk hamil dan melahirkan, karena itu dianjurkan untuk pemakaian IUD atau metode kontrasepsi jangka panjang lainnya.

3.            Faktor-faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat  Kontrasepsi Berdasarkan Pendidikan
         Dari hasil penelitian dapat diketahui dari 34 responden yang tidak menggunakan alat kontrasepsi IUD mayoritas pendidikan rendah sebanyak 18 orang (53%) dan minoritas pemdidikan tinggi sebanyak 16 orang (47%).
   Pendidikan sangat berpengaruh terhadap wawasan dan pengetahuan Ibu. Semakin tinggi tingkat pendidikan Ibu maka semakin banyak informasi  kesehatan yang diperolehnya, sehingga pengetahuan atau informasi mengenai alat  kontrasepsi khususnya KB  akan semakin baik sehingga Ibu dapat mengambil keputusan yang tepat dan efektif tentang alat kontrasepsi mana yang akan digunakan (Notoatmodjo, 2011).
          Menurut Wawan (2010), pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pengetahuan yang mereka miliki.
          Hasil penelitian Sulastri (2009) bahwasa nya mayoritas pendidikan lulusan SMP sebanyak 29 responden (40,9%) dari 71 responden. Dikarenakan  dari 10 orang akseptor KB IUD 5 diantaranya adalah lulusan SMA sederajat, ini menyatakan tidak ada perbedaan pendidikan rendah dan pendidikan tinggi seseorang dalam mendapatkan  suatu pendidikan.
         Pendidikan pada penelitian ini dibagi 2 kategori, yaitu tinggi jika responden berpendidikan SMA dan Perguruan tinggi/sarjana, dan berpendidikan rendah jika pendidikan SD dan SMP/Sederajat.
         Menurut asumsi peneliti hasil penelitian sama dengan penelitian yang dilakukan Sulastri (2009) walaupun akseptor yang diteliti tidak ada satupun yang menggunakan kontrasepsi IUD. Dari 34 responden ada 2 responden yang menggunakan kontrasepsi jangka panjang, 2 responden tersebut berpendidikan rendah dan tinggi. Pengetahuan seseorang akan bertambah bukan hanya dari pendidikan saja, namun bisa juga dari pengalaman seseorang dan penerimaannya terhadap informasi yang didapat.

4.               Faktor-faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat  Kontrasepsi Berdasarkan Paritas
         Dari hasil penelitian dapat diketahui dari 34 responden yang tidak menggunakan alat kontrasepsi IUD mayoritas mulipara 31 orang (91%) dan minoritas primipara sebanyak 3 orang (9%).
          Menurut BKKBN (2010), ibu yang telah memiliki 2 anak dianjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang seperti IUD atau yang lainnya yang memiliki efektifitas yang tinggi, sehingga kemungkinan untuk mengalami kehamilan lagi cukup rendah. Namun karena masih kuat anggapan dimasyarakat bahwa banyak anak banyak rezeki, sehingga menyebabkan masih banyaknya masyarakat yang tidak mengikuti anjuran dari pemerintah tersebut, padahal paradigm tersebut sangat keliru karena dengan banyak anak kehidupan keluarga akan lebih menderita.
          Menurut penelitian Astitiasih (2013) menunjukkan bahwa lebih sedikit yang berparitas primipara yaitu 37 responden (40,2%) multipara sejumlah 55 responden (59,8%). Sebagian besar responden yang paritasnya multipara akan mempertimbangkan untuk pemilihan alat kontrasepsi jangka panjang dan paritas primipara cenderung menggunakan alat kontrasepsi yang berjangka pendek seperti pil dan suntik.
          Dalam penelitian ini peneliti membagi paritas menjadi 2 kategori yaitu, primipara ( > 2 anak ) dan multipara (< 2 anak), responden yang mempunyai >2 orang anak masih 91% yang belum sesuai dalam memilih alat kontrasepsi.
           Menurut asumsi peneliti hasil penelitian sama dengan penelitian yang dilakukan Astitiasih (2013) yaitu menunjukkan bahwa jauh lebih sedikit yang berparitas primipara yaitu 3 responden (9%) dan multipara 31 responden (91%). Akan tetapi pada penelitian ini yang berparitas multipara rata-rata menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek dan hanya 1 responden yang menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang dengan tujuan untuk tidak mempunyai anak lagi.

5.            Faktor-faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat  Kontrasepsi Berdasarkan Sumber Informasi
  Dari hasil penelitian dapat diketahui dari 34 responden yang tidak menggunakan alat kontrasepsi IUD mayoritas sumber informasi secara langsung sebanyak 27 orang (79%) dan minoritas adalah sumber informasi secara tidak langsung sebanyak 7 orang (21%).
          Menurut Rahma (2011), biasanya media komunikasi akan membuat suatu iklan sebagai penyampai sumber informasi.Selain itu mereka juga membawa pesan yang berisikan sugesti sehingga nantinya akan mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal akan memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap seseorang. Pesan-pesan afektif yang cukup kuat akan memberikan dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga akan terbentuknya arah sikap tertentu. Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini terdapat hubungan antara penerimaan informasi KB dengan dengan pemilihan kontrasepsi.
         Hasil penelitian Aliviani (2013) diperoleh hasil dari 72 responden yang menggunakan kontrasepsi IUD dan non-IUD mendapatkan informasi secara langsung berjumlah 48 orang (66,7%) dan secara tidak langsung berjumlah 24 orang (33,3%)  rata-rata responden menggunakan kontrasepsi IUD, menurut responden informasi yang didapat secara langsung lebih mempermudah responden untuk bertanya apabila menemukan kata-kata asing dalam penyampaian.
         Menurut asumsi peneliti hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Risma Aliviani (2013). Yaitu persentase sumber informasi yang didapat secara langsung jauh lebih tinggi dibandingkan dengan informasi secara tidak langsung. Hal ini disebabkan bahwa seseorang mendapat informasi secara langsung tentang KB akan mempermudah mereka dalam memilih kontrasepsi dan pasti mereka tidak akan mengalami kesulitan di dalam pemilihan kontrasepsi yang akan digunakan.



BAB V
PENUTUP

A.       Kesimpulan
Dari hasil pembahasan penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang                                   “Faktor-faktor Penyebab PUS Tidak Memilih IUD Sebagai Alat Kontrasepsi di Balai Pengobatan Swasta Ika Dusun IX Desa Bandar Setia Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014”, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1.      Distribusi frekuensi faktor-faktor penyebab PUS tidak memilih IUD sebagai alat kontrasepsi berdasarkan pengetahuan, mayoritas akseptor KB adalah ibu dengan pengetahuan tidak baik sebanyak 21 orang (62%) dan minoritas adalah ibu dengan berpengetahuan baik sebanyak 13 orang (38%).
2.      Distribusi frekuensi faktor-faktor penyebab PUS tidak memilih IUD sebagai alat kontrasepsi berdasarkan umur, mayoritas akseptor KB dengan resiko tinggi sebanyak 25 orang (74%) dan minoritas dengan resiko rendah sebanyak 9 orang (26%).
3.      Distribusi frekuensi faktor-faktor penyebab PUS tidak memilih IUD sebagai alat kontrasepsi berdasarkan pendidikan, mayoritas akseptor KB dengan pendidikan rendah sebanyak 18 orang (53%) dan minoritas lulusan perguruan tinggi sebanyak 16 orang (47%).
4.      Distribusi frekuensi faktor-faktor penyebab PUS tidak memilih IUD sebagai alat kontrasepsi berdasarkan paritas, mayoritas akseptor KB dengan multipara sebanyak 31 orang (91%) dan minoritas dengan primipara sebanyak 3 orang (9%).
5.      Distribusi frekuensi faktor-faktor penyebab PUS tidak memilih IUD sebagai alat kontrasepsi berdasarkan sumber informasi, mayoritas akseptor KB dengan sumber informasi secara langsung sebanyak 27 orang (79%) dan minoritas adalah sumber informasi secara tidak langsung sebanyak 7 orang (21%).

B.     Saran
1.      Bagi Balai Pengobatan Ika
Diharapkan kepada tenaga kesehatan yang ada di Dusun IX Desa Bandar Setia khususnya tenaga kesehatan yang berada di Balai Pengobatan Swasta Ika agar dapat memberikan informasi yang lebih baik lagi kepada masyarakat khususnya tentang alat kontrasepsi IUD.
2.      Bagi Responden
Diharapkan pada ibu yang menggunakan alat kontrasepsi di Dusun IX Desa Bandar Setia agar dapat mencari informasi tentang pemakaian alat kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD), agar ibu lebih mengerti dan mengetahui semua informasi tentang IUD.
3.      Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang IUD, supaya dapat menjadi bahan perbandingan dalam penelitianya dan dapat memperluas aspek yang diteliti, sehingga dapat diketahui penyebab kurangnya minat PUS memilih IUD sebagai alat kontrasepsi.


Efek Blog