Kamis, 17 November 2016

PERSIAPAN PEMBERIAN OBAT


A.     Macam-Macam Cairan
a.     Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
b.     Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
c.      Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.
Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:
1.      Kristaloid: bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
2.      Koloid: ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.
B.     Persiapan Pemberian obat-obatan dan cairan dalam praktik kebidanan
1.      Tepat Obat
Sebelum mempersipakan obat ketempatnya bidan harus memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat penyimpanan.
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
2.      Tepat Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-lain sehingga perhitungan obat benar untuk diberikan kepada pasien.
3.      Tepat pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan dengan cara mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama, nomor register, alamat dan program pengobatan pada pasien.
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
4.      Tepat cara pemberian obat/ rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
5.      Tepat waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengna waktu yang diprogramkan , karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6.      Tepat pendokumentasian
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

A.      Perhitungan dosis obat-obatan dan cairan dalam praktik kebidanan
Pembagian dosis obat pada bayi dan anak balita dibedakan berdasarkan 2 standar, yaitu berdasarkan luas permukaan tubuh dan berat badan.
1.      DM tercantum berlaku untuk orang dewasa, bila resep mengandung obat yang ber-DM, tanyakan umurnya.
2.      Bila ada zat yang bekerja searah, harus dihitung DM searah (dosis ganda).
3.      Urutan melihat daftar DM berdasarkan Farmakope Indonesia edisi terakhir (FI. Ed.III, Ekstra Farmakope, FI. Ed.I, Pharm. Internasional, Ph. Ned. Ed. V, CMN dan lain-lain).
4.      Setelah diketahui umur pasien, kalau dewasa langsung dihitung, yaitu untuk sekali minum : jumlah  dalam satu takaran dibagi dosis sekali dikali 100%. Begitu juga untuk sehari minum : jumlah sehari dibagi dosis sehari dikali 100%.
5.      Dosis Maksimum (DM) searah : dihitung untuk sekali dan sehari.
6.      Cara menghitung Dosis Maksimum (DM) untuk oral berdasarkan :
a.      Young
Untuk umur 1-8 tahun dengan rumus :
Da = n/ n +12 x Dd (mg) tidak untuk anak > 12 tahun
n = umur dalam tahun
b.      Dilling
Untuk umur di atas 8 tahun dengan rumus :
Da = n / 20 + Dd ( mg )
n = umur dalam tahun
c.       Gaubius
Da = 1/12 + Dd ( mg ) ( untuk anak sampai umur 1 tahun )
Da = 1/8 + Dd ( mg ) ( untuk anak 1-2 tahun )
Da = 1/6 + Dd ( mg ) ( untuk anak 2-3 tahun )
Da = 1/ 4 + Dd ( mg ) ( untuk anak 3-4 tahun )
Da = 1/3 + Dd ( mg ) ( untuk anak 4 – 7 tahun )
d.      Fried
Da = m/150 x Dd ( mg )
e.       Sagel
Da = (13 w + 15)/100 + Dd ( mg ) ( umur 0 – 20 minggu )
Da = ( 8w + 7)/100 + Dd ( mg ) ( umur 20 – 52 minggu )
Da = ( 3w+ 12)/100 + Dd ( mg ) ( umur 1-9 minggu )
f.        Clark
 Untuk umur <1tahun
Da = w anak/ w dewasa x Dd
g.      Berdasarkan area permukaan tubuh
Dosis anak = area permukaan tubuh anak/ 1,7 mm² x dosis dewasa normal

B.       Penggunaan unit obat-obatan dalam praktik kebidanan
1.      Pemberian Obat per Oral
Merupakan cara pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati, mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
a.      Alat dan bahan :
1)      Daftar buku obat
2)      bat dan tempatnya
3)      Air minum ditempatnya
b.      Prosedur kerja :
1)      Cuci tangan
2)      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3)      Baca obat, dengna berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu, tepat kerja, dan tepat pendokumentasian.
4)      Bantu untuk meminumnya:
Ø  Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.
Ø  Kaji kesulitan menelan, bila ada jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan campur dengan minuman.
Ø  Kaji denyut nadi dna tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan pengkajian.
5)      Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian obat dan evaluasi respon terhadap obat dengan mencatat hasilpemberian obat
6)      Cuci tangan
2.      Pemberian Obat via Jaringan Intrakutan
Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit dengan tujuan untuk melakukan skintest atau tes terhadap reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intra kutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral.

a.       Hal-hal yang perlu diperhatikan
1)      Tempat injeksi
2)      Jenis spuit dan jarum yang digunakan
3)      Infeksi yang mungkin terjadi selama infeksi
4)      Kondisi atau penyakit klien
5)      Pasien yang benar
6)      Obat yang benar
7)      Dosis yang benar
8)      Cara atau rute pemberian obat yang benar
9)      Waktu yang benar
b.      Indikasi dan Kontra Indikasi
Indikasi : bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi. Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah dalam dan pungguang bagian atas.
Kontra Indikasi : luka, berbulu, alergi, infeksi kulit
c.       Alat dan bahan:
1)      Daftar buku obat / catatan, jadual pemberian obat
2)      Obat dalam tempatnya
3)      Spuit 1 cc / spuit insulin
4)      Kapas alcohol dalam tempatnya
5)      Cairan pelarut
6)      Bak steril dilapisi kasa steril ( tempat spuit )
7)      Bengkok
8)      Perlak dan alasnya
9)      Jarum cadangan
d.      Prosedur Kerja:
1)      Cuci tangan
2)      Jelaskan prsedur yang akan dilakukan
3)      Bebas kan daerah yang kan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan keataskan
4)      Pasang perlak atau pengalas ibawah bagian yang akan disuntik
1)      Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan / encerkan dengan aquades ( cairan pelarut) kemudian ambil 0.5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc, dan siapkan pada bak instrument atau injeksi.
2)      Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan
3)      Tegangkan dengan tangan kiri atau daerah yang akan disuntik
4)      Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 15-20 derajat dengan permukaan kulit.
5)      Semprotkan obat hingga terjadi gelembung
6)      Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase
7)      Catat reaksi pemberian
8)      Cuci tangan dan catat hasil pemberina obat / test obat, tanggal, waktu, dan jnis obat.
e.       Daerah Penyuntikan
Dilengan bawah : bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3 dari pergelangan tangan pada kulit yang sehat, jauh dari PD.
Di lengan atas : 3 jari di bawah sendi bahu, di tengah daerah muskulus deltoideus.
3.      Pemberian Obat via Jaringan Subkutan
Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan dibawah kulit yang dapat dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada, dan daerah sekitar umbilicus ( abdomen ).
a.       Tujuan
Pemberian obat melalui subkutan ini biasanya dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat 2 tipe larutan : yaitu jernih dan keruh. Larutan jernih dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat ( insulin regular ) dan larutan yang keruh karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorbs obat atau juga termasuk tipe lambat.
b.      Hal-hal yang perlu diperhatikan
1)      Tempat injeksi
2)      Jenis spuit dan jarum suntik yang akan digunakan
3)      Infeksi nyang mungkin terjadi selama injeksi
4)      Kondisi atau penyakit klien
5)      Apakah pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat
6)      Obat yang akan diberikan harus benar
7)      Dosisb yang akan diberikan harus benar
8)      Cara atau rute pemberian yang benar
9)      Waktu yang tepat dan benar
c.       Indikasi dan kontra indikasi
 Indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama, karena tidak memungkinkan diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saras besar di bawahnya, obat dosis kecil yang larut dalam air.
Kontra indikasi : obat yang merangsang, obat dalam dosis besar dan tidak larut dalam air atau minyak.
d.      Alat dan bahan :
1)      Daftar buku obat / catatan, jadual pemberian obat
2)      Obat dalam tempatnya
3)      Spuit insulin
4)      Kapas alcohol dalam tempatnya
5)      Cairan pelarut
6)      Bak injeksi
7)      Bengkok
8)      Perlak dan alasnya
e.       Prosedur Kerja:
1)      Cuci tangan
2)      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3)      Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke ataskan
4)      Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian yang akan disuntik
5)      Ambil obat untuk dalam tempatnya sesuai dosis yang akan diberikan setelah itu tempatka pada bak injeksi.
6)      Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan
7)      Tegangkan dengan tangan kiri ( daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan)
8)      Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 45 derajat dengan permukaan kulit.
9)      Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah semprotkan obat perlahan-lahan hingga habis.
10)  Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol dan spuit yang telah dipakai masukkan kedalam bengkok.
11)  Catat reaksi pemberian dan catat hasil pemberina obat / test obat, tanggal, waktu, dan jenis obat.
12)  Cuci tangan
f.       Daerah Penyuntikan
1)      Otot Bokong (musculus gluteus maximus) kanan & kiri ; yang tepat adalah 1/3 bagian dari Spina Iliaca Anterior Superior ke tulang ekor (os coxygeus)
2)      Otot paha bagian luar (muskulus quadriceps femoris)
3)      Otot pangkal lengan (muskulus deltoideus)
4.      Pemberian Obat Intravena Langsung
Cara Pemberian obat melalui vena secara langsung, diantaranya vena mediana cubiti / cephalika ( lengan ), vena saphenosus ( tungkai ), vena jugularis ( leher ), vena frontalis / temporalis ( kepala ).
a.       Tujuan
Agar obat reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah.
b.      Hal-hal yang diperhatikan
1)      Setiap injeksi intra vena dilakukan amat perlahan antara 50 sampai 70 detik lamanya.
2)      Tempat injeksi harus tepat kena pada daerha vena.
3)      Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
4)      Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
5)      Kondisi atau penyakit klien.
6)      Obat yang baik dan benar
7)      Pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat dan benar.
8)      Dosis yang diberikan harus tepat.
9)      Harus benar Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi
c.       Indikasi dan kontra indikasi
indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral dan steril.
 kontra indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.
d.      Alat dan bahan :
1)      Daftar buku obat / catatan, jadual pemberian obat
2)      Obat dalam tempatnya
3)      Spuit 1 cc / spuit insulin
4)      Kapas alcohol dalam tempatnya
5)      Cairan pelarut
6)      Bak steril dilapisi kasa steril ( tempat spuit )
7)      Bengkok
8)      Perlak dan alasnya
9)      Karet pembendung
e.       Prosedur Kerja:
1)        Cuci tangan
2)        Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3)        Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke ataskan
4)        Ambil obat dalam tempatnya dengna spuit sesuai dengan dosis yang akan disuntikan. Apabila obat berada dalam sediaan bubuk, maka larutkan dengna larutan pelarut ( aquades)
5)        Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian vena yang akan disuntik
6)        Kemudian tampatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi
7)        Desinfeksi dengan kapas alcohol
8)        Lakukan pengikatan dengan karet pembendung ( tourniquet ) pada bagian atas daerah yang akan dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan tangan / minta bantuan atau membendung diatas vena yang akan dilakukan penyuntikan
9)        Ambil spuit yang berisi obat
10)    Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke pembuluh darah
11)    Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan langsung semprotkan obat hingga habis
12)    Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada daerah penusukan dengan kapas alcohol , dan spuit yang telah digunakan letakkan ke dalam bengkok.
13)    Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat
14)    Cuci tangan.

5.      Pemberian Obat Intravena Tidak Langsung ( via Wadah )
Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau memasukkan obat kedalam wadah cairan intravena yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapetik dalam darah.
a.       Hal-hal yang perlu diperhatikan
1)      injeksi intra vena secara tidak langsung hanya dengan memasukkan cairan obat ke dalam botol infuse yang telah di pasang sebelumnya dengan hati-hati.
2)      Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
3)      Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
4)      Obat yang baik dan benar.
5)      Pasien yang akan di berikan injeksi tidak langsung adalah pasien yang tepat dan benar.
6)      Dosis yang diberikan harus tepat.
7)      tidak langsung harus tepat dan benar. Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi
b.      Indikasi dan kontra indikasi
 indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral dan steril.
kontra indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.


c.       Alat dan bahan :
1)         Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran
2)         Obat dalam tempatnya
3)         Wadah cairan ( kantong / botol )
4)    Kapas alcohol dalam tempatnya
d.      Prosedur Kerja :
1)        Cuci tangan
2)        Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3)        Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke ataskan
4)        Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong
5)        Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran.
6)        Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam kantong / wadah cairan.
7)        Setelah selesai tarik spuit dan campur dengan membalikkan kantong cairan dengan perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung lain.
8)        Periksa kecepatan infus.
9)        Cuci tangan
10)    Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat
6.      Pemberian Obat Intravena Melalui Selang
a.       Alat dan bahan :
1)     Spuit dan jarum sesuai ukuran
2)     Obat dalam tempatnya
3)     Selang intravena
4)     Kapas alcohol
b.      Prosedur Kerja:
1)      Cuci tangan
2)      Jelakan prosedur yang akan dilakukan
3)      Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
4)      Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena
5)      Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
6)      Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam selang intravena.
7)      Setelah selesai tarik spuit.
8)      Periksa kecepatan infuse dan observasi reaksi obat
9)      Cuci tangan
10)  Catat obat yang elah diberikan dan dosisnya

7.      Pemberian Obat per Intramuskuler
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat pada daerah paha ( vastus lateralis ), ventrogluteal ( dengan posisi berbaring ), dorsogluteal ( posisi tengkurap ), atau lengan atas ( deltoid). Tujuannya agar obat di absorbsi lebih cepat.
a.       Hal-hal yang perlu diperhatikan
1)      Tempat injeksi.
2)      Jenis spuit dan jarum yang digunak
3)      Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
4)      Kondisi atau penyakit klien.
5)      Obat yang tepat dan benar.
6)      Dosis yang diberikan harus tepat.
7)      Pasien yang tepat.
8)      Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar.
b.      Indikasi dan kontra indikasi
indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saras besar di bawahnya.
kontra indikasi : Infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saraf besar di bawahnya.
c.       Alat dan bahan :
1)    Daftar buku obat/ catatan, jadual pemberian obat
2)    Obat dalam tempatnya
3)    Spuit sesuai dengan ukuran, jarum sesuai dengan ukuran : dewasa panjang 2,5-3,75 cm, anak panjang : 1,25-2,5cm.
4)    Kapas alcohol dalam tempatnya
5)    Cairan pelarut
6)    Bak injeksi
7)    Bengkok
d.      Prosedur Kerja:
1)        Cuci tangan
2)        Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3)        Ambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosis setelah itu letakkan pada bak injeksi
4)        Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan ( lihat lokasi penyuntikan ).
5)        Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan penyuntikan
6)        Lakukan penyuntikan:
7)        Pada daerah paha ( vastus lateralis ) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring terlentang dengan lutut sedikit fleksi
8)        Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien utnuk miring, tengkurap atau terlentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi
9)        Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut di putar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atats pinggul fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah
10)    Pada daerah deltoid ( lengan atas ) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring mendatar lengan atas fleksi.
11)    Lakukan penusukkan dengan posisi jarum tegak lurus.
12)    Setelah jarum masuk lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah semprotkan obat secara perlahan-lahan hingga habis.




C.      Pencegahan injury pengobatan dalam praktek kebidanan
      Alergi obat biasanya terjadi karena tubuh seseorang sangat sensitif sehingga bereaksi secara berlebihan terhadap obat yang digunakan.
a.       Hindari mengkonsumsi obat yang tidak diperlukan.
b.      Ganti obat yang digunakan dengan obat yang sesuai dengan kondisi/respon organ-organ dalam/luar.
c.       Vitamin dikatakan aman, sebab sekalipun vitamin dapat menimbulkan alergi bukan karena zat tambahan didalamnya.
d.      Untuk menghentikan alergi obat, hanya dengan satu cara yaitu hanya dengan menghentikan pemakaian obat tersebut dan mengatasi keadaan yang timbul dari efek.
e.       Perlu kerja sama antara pasien dengan dokter (tenaga medis)
f.       Pasien harus mengemukakan pengalamannya menggunakan obat selama ini, apakah obat tertentu membuat tubuh alergi atau yang dicurigai menimbulkan alergi, akan sangat bagus atau baik jika setiap orang memiliki catatan tertulis mengenai penggunaan     obat dan apa yang dialami tubuhnya.
Teknik penyimpanan obat
Dalam menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama, yaitu :
a)    Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat termolabil (rusak atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan cara penyimpanan masing-masing obat yang berbeda-beda. Misalnya insulin, supositoria disimpan di tempat sejuk < 15°C (tapi tidak boleh beku), vaksin tifoid antara 2 – 10°C, vaksin cacar air harus < 5°C.
b)   Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum dan terkunci.

c)    Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru diletakkan dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna (dari bening menjadi keruh) pada tablet menjadi basah / bentuknya rusak.A.     Macam-Macam Cairan
a.     Cairan hipotonik: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
b.     Cairan Isotonik: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
c.      Cairan hipertonik: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.
Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:
1.      Kristaloid: bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
2.      Koloid: ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.
B.     Persiapan Pemberian obat-obatan dan cairan dalam praktik kebidanan
1.      Tepat Obat
Sebelum mempersipakan obat ketempatnya bidan harus memperhatikan kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat penyimpanan.
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
2.      Tepat Dosis
Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-lain sehingga perhitungan obat benar untuk diberikan kepada pasien.
3.      Tepat pasien
Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang diprogramkan dengan cara mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama, nomor register, alamat dan program pengobatan pada pasien.
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
4.      Tepat cara pemberian obat/ rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
5.      Tepat waktu
Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengna waktu yang diprogramkan , karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6.      Tepat pendokumentasian
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

A.      Perhitungan dosis obat-obatan dan cairan dalam praktik kebidanan
Pembagian dosis obat pada bayi dan anak balita dibedakan berdasarkan 2 standar, yaitu berdasarkan luas permukaan tubuh dan berat badan.
1.      DM tercantum berlaku untuk orang dewasa, bila resep mengandung obat yang ber-DM, tanyakan umurnya.
2.      Bila ada zat yang bekerja searah, harus dihitung DM searah (dosis ganda).
3.      Urutan melihat daftar DM berdasarkan Farmakope Indonesia edisi terakhir (FI. Ed.III, Ekstra Farmakope, FI. Ed.I, Pharm. Internasional, Ph. Ned. Ed. V, CMN dan lain-lain).
4.      Setelah diketahui umur pasien, kalau dewasa langsung dihitung, yaitu untuk sekali minum : jumlah  dalam satu takaran dibagi dosis sekali dikali 100%. Begitu juga untuk sehari minum : jumlah sehari dibagi dosis sehari dikali 100%.
5.      Dosis Maksimum (DM) searah : dihitung untuk sekali dan sehari.
6.      Cara menghitung Dosis Maksimum (DM) untuk oral berdasarkan :
a.      Young
Untuk umur 1-8 tahun dengan rumus :
Da = n/ n +12 x Dd (mg) tidak untuk anak > 12 tahun
n = umur dalam tahun
b.      Dilling
Untuk umur di atas 8 tahun dengan rumus :
Da = n / 20 + Dd ( mg )
n = umur dalam tahun
c.       Gaubius
Da = 1/12 + Dd ( mg ) ( untuk anak sampai umur 1 tahun )
Da = 1/8 + Dd ( mg ) ( untuk anak 1-2 tahun )
Da = 1/6 + Dd ( mg ) ( untuk anak 2-3 tahun )
Da = 1/ 4 + Dd ( mg ) ( untuk anak 3-4 tahun )
Da = 1/3 + Dd ( mg ) ( untuk anak 4 – 7 tahun )
d.      Fried
Da = m/150 x Dd ( mg )
e.       Sagel
Da = (13 w + 15)/100 + Dd ( mg ) ( umur 0 – 20 minggu )
Da = ( 8w + 7)/100 + Dd ( mg ) ( umur 20 – 52 minggu )
Da = ( 3w+ 12)/100 + Dd ( mg ) ( umur 1-9 minggu )
f.        Clark
 Untuk umur <1tahun
Da = w anak/ w dewasa x Dd
g.      Berdasarkan area permukaan tubuh
Dosis anak = area permukaan tubuh anak/ 1,7 mm² x dosis dewasa normal

B.       Penggunaan unit obat-obatan dalam praktik kebidanan
1.      Pemberian Obat per Oral
Merupakan cara pemberian obat melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati, mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
a.      Alat dan bahan :
1)      Daftar buku obat
2)      bat dan tempatnya
3)      Air minum ditempatnya
b.      Prosedur kerja :
1)      Cuci tangan
2)      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3)      Baca obat, dengna berprinsip tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat waktu, tepat kerja, dan tepat pendokumentasian.
4)      Bantu untuk meminumnya:
Ø  Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka tuangkan jumlah yang dibutuhkan ke dalam tutup botol dan pindahkan ke tempat obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan pembungkusnya.
Ø  Kaji kesulitan menelan, bila ada jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan campur dengan minuman.
Ø  Kaji denyut nadi dna tekanan darah sebelum pemberian obat yang membutuhkan pengkajian.
5)      Catat perubahan, reaksi terhadap pemberian obat dan evaluasi respon terhadap obat dengan mencatat hasilpemberian obat
6)      Cuci tangan
2.      Pemberian Obat via Jaringan Intrakutan
Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit dengan tujuan untuk melakukan skintest atau tes terhadap reaksi alergi jenis obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intra kutan ini dilakukan di bawah dermis atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral.

a.       Hal-hal yang perlu diperhatikan
1)      Tempat injeksi
2)      Jenis spuit dan jarum yang digunakan
3)      Infeksi yang mungkin terjadi selama infeksi
4)      Kondisi atau penyakit klien
5)      Pasien yang benar
6)      Obat yang benar
7)      Dosis yang benar
8)      Cara atau rute pemberian obat yang benar
9)      Waktu yang benar
b.      Indikasi dan Kontra Indikasi
Indikasi : bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, tidak alergi. Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah dalam dan pungguang bagian atas.
Kontra Indikasi : luka, berbulu, alergi, infeksi kulit
c.       Alat dan bahan:
1)      Daftar buku obat / catatan, jadual pemberian obat
2)      Obat dalam tempatnya
3)      Spuit 1 cc / spuit insulin
4)      Kapas alcohol dalam tempatnya
5)      Cairan pelarut
6)      Bak steril dilapisi kasa steril ( tempat spuit )
7)      Bengkok
8)      Perlak dan alasnya
9)      Jarum cadangan
d.      Prosedur Kerja:
1)      Cuci tangan
2)      Jelaskan prsedur yang akan dilakukan
3)      Bebas kan daerah yang kan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan keataskan
4)      Pasang perlak atau pengalas ibawah bagian yang akan disuntik
1)      Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan / encerkan dengan aquades ( cairan pelarut) kemudian ambil 0.5 cc dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc, dan siapkan pada bak instrument atau injeksi.
2)      Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan
3)      Tegangkan dengan tangan kiri atau daerah yang akan disuntik
4)      Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 15-20 derajat dengan permukaan kulit.
5)      Semprotkan obat hingga terjadi gelembung
6)      Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase
7)      Catat reaksi pemberian
8)      Cuci tangan dan catat hasil pemberina obat / test obat, tanggal, waktu, dan jnis obat.
e.       Daerah Penyuntikan
Dilengan bawah : bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3 dari pergelangan tangan pada kulit yang sehat, jauh dari PD.
Di lengan atas : 3 jari di bawah sendi bahu, di tengah daerah muskulus deltoideus.
3.      Pemberian Obat via Jaringan Subkutan
Merupakan cara memberikan obat melalui suntikan dibawah kulit yang dapat dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar atau 1/3 bagian dari bahu, paha sebelah luar, daerah dada, dan daerah sekitar umbilicus ( abdomen ).
a.       Tujuan
Pemberian obat melalui subkutan ini biasanya dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin terdapat 2 tipe larutan : yaitu jernih dan keruh. Larutan jernih dimaksudkan sebagai insulin tipe reaksi cepat ( insulin regular ) dan larutan yang keruh karena adanya penambahan protein sehingga memperlambat absorbs obat atau juga termasuk tipe lambat.
b.      Hal-hal yang perlu diperhatikan
1)      Tempat injeksi
2)      Jenis spuit dan jarum suntik yang akan digunakan
3)      Infeksi nyang mungkin terjadi selama injeksi
4)      Kondisi atau penyakit klien
5)      Apakah pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat
6)      Obat yang akan diberikan harus benar
7)      Dosisb yang akan diberikan harus benar
8)      Cara atau rute pemberian yang benar
9)      Waktu yang tepat dan benar
c.       Indikasi dan kontra indikasi
 Indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama, karena tidak memungkinkan diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saras besar di bawahnya, obat dosis kecil yang larut dalam air.
Kontra indikasi : obat yang merangsang, obat dalam dosis besar dan tidak larut dalam air atau minyak.
d.      Alat dan bahan :
1)      Daftar buku obat / catatan, jadual pemberian obat
2)      Obat dalam tempatnya
3)      Spuit insulin
4)      Kapas alcohol dalam tempatnya
5)      Cairan pelarut
6)      Bak injeksi
7)      Bengkok
8)      Perlak dan alasnya
e.       Prosedur Kerja:
1)      Cuci tangan
2)      Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3)      Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke ataskan
4)      Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian yang akan disuntik
5)      Ambil obat untuk dalam tempatnya sesuai dosis yang akan diberikan setelah itu tempatka pada bak injeksi.
6)      Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan
7)      Tegangkan dengan tangan kiri ( daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan)
8)      Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan sudut 45 derajat dengan permukaan kulit.
9)      Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah semprotkan obat perlahan-lahan hingga habis.
10)  Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol dan spuit yang telah dipakai masukkan kedalam bengkok.
11)  Catat reaksi pemberian dan catat hasil pemberina obat / test obat, tanggal, waktu, dan jenis obat.
12)  Cuci tangan
f.       Daerah Penyuntikan
1)      Otot Bokong (musculus gluteus maximus) kanan & kiri ; yang tepat adalah 1/3 bagian dari Spina Iliaca Anterior Superior ke tulang ekor (os coxygeus)
2)      Otot paha bagian luar (muskulus quadriceps femoris)
3)      Otot pangkal lengan (muskulus deltoideus)
4.      Pemberian Obat Intravena Langsung
Cara Pemberian obat melalui vena secara langsung, diantaranya vena mediana cubiti / cephalika ( lengan ), vena saphenosus ( tungkai ), vena jugularis ( leher ), vena frontalis / temporalis ( kepala ).
a.       Tujuan
Agar obat reaksi cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah.
b.      Hal-hal yang diperhatikan
1)      Setiap injeksi intra vena dilakukan amat perlahan antara 50 sampai 70 detik lamanya.
2)      Tempat injeksi harus tepat kena pada daerha vena.
3)      Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
4)      Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
5)      Kondisi atau penyakit klien.
6)      Obat yang baik dan benar
7)      Pasien yang akan di injeksi adalah pasien yang tepat dan benar.
8)      Dosis yang diberikan harus tepat.
9)      Harus benar Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi
c.       Indikasi dan kontra indikasi
indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral dan steril.
 kontra indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.
d.      Alat dan bahan :
1)      Daftar buku obat / catatan, jadual pemberian obat
2)      Obat dalam tempatnya
3)      Spuit 1 cc / spuit insulin
4)      Kapas alcohol dalam tempatnya
5)      Cairan pelarut
6)      Bak steril dilapisi kasa steril ( tempat spuit )
7)      Bengkok
8)      Perlak dan alasnya
9)      Karet pembendung
e.       Prosedur Kerja:
1)        Cuci tangan
2)        Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3)        Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke ataskan
4)        Ambil obat dalam tempatnya dengna spuit sesuai dengan dosis yang akan disuntikan. Apabila obat berada dalam sediaan bubuk, maka larutkan dengna larutan pelarut ( aquades)
5)        Pasang perlak atau pengalas di bawah bagian vena yang akan disuntik
6)        Kemudian tampatkan obat yang telah diambil pada bak injeksi
7)        Desinfeksi dengan kapas alcohol
8)        Lakukan pengikatan dengan karet pembendung ( tourniquet ) pada bagian atas daerah yang akan dilakukan pemberian obat atau tegangkan dengan tangan / minta bantuan atau membendung diatas vena yang akan dilakukan penyuntikan
9)        Ambil spuit yang berisi obat
10)    Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke pembuluh darah
11)    Lakukan aspirasi bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan langsung semprotkan obat hingga habis
12)    Setelah selesai ambil spuit dengan menarik dan lakukan penekanan pada daerah penusukan dengan kapas alcohol , dan spuit yang telah digunakan letakkan ke dalam bengkok.
13)    Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat
14)    Cuci tangan.

5.      Pemberian Obat Intravena Tidak Langsung ( via Wadah )
Merupakan cara memberikan obat dengan menambahkan atau memasukkan obat kedalam wadah cairan intravena yang bertujuan untuk meminimalkan efek samping dan mempertahankan kadar terapetik dalam darah.
a.       Hal-hal yang perlu diperhatikan
1)      injeksi intra vena secara tidak langsung hanya dengan memasukkan cairan obat ke dalam botol infuse yang telah di pasang sebelumnya dengan hati-hati.
2)      Jenis spuit dan jarum yang digunakan.
3)      Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
4)      Obat yang baik dan benar.
5)      Pasien yang akan di berikan injeksi tidak langsung adalah pasien yang tepat dan benar.
6)      Dosis yang diberikan harus tepat.
7)      tidak langsung harus tepat dan benar. Cara atau rute pemberian obat melalui injeksi
b.      Indikasi dan kontra indikasi
 indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral dan steril.
kontra indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau menimbulkan endapan dengan protein atau butiran darah.


c.       Alat dan bahan :
1)         Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran
2)         Obat dalam tempatnya
3)         Wadah cairan ( kantong / botol )
4)    Kapas alcohol dalam tempatnya
d.      Prosedur Kerja :
1)        Cuci tangan
2)        Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3)        Bebaskan daerah yang akan disuntik, bila menggunakan bau lengan panjang buka dan ke ataskan
4)        Cari tempat penyuntikan obat pada daerah kantong
5)        Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran.
6)        Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam kantong / wadah cairan.
7)        Setelah selesai tarik spuit dan campur dengan membalikkan kantong cairan dengan perlahan-lahan dari satu ujung ke ujung lain.
8)        Periksa kecepatan infus.
9)        Cuci tangan
10)    Catat reaksi pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat
6.      Pemberian Obat Intravena Melalui Selang
a.       Alat dan bahan :
1)     Spuit dan jarum sesuai ukuran
2)     Obat dalam tempatnya
3)     Selang intravena
4)     Kapas alcohol
b.      Prosedur Kerja:
1)      Cuci tangan
2)      Jelakan prosedur yang akan dilakukan
3)      Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit.
4)      Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena
5)      Lakukan desinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
6)      Lakukan penyuntikan dengan memasukkan jarum spuit hingga menembus bagian tengah dan masukkan obat perlahan-lahan ke dalam selang intravena.
7)      Setelah selesai tarik spuit.
8)      Periksa kecepatan infuse dan observasi reaksi obat
9)      Cuci tangan
10)  Catat obat yang elah diberikan dan dosisnya

7.      Pemberian Obat per Intramuskuler
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat pada daerah paha ( vastus lateralis ), ventrogluteal ( dengan posisi berbaring ), dorsogluteal ( posisi tengkurap ), atau lengan atas ( deltoid). Tujuannya agar obat di absorbsi lebih cepat.
a.       Hal-hal yang perlu diperhatikan
1)      Tempat injeksi.
2)      Jenis spuit dan jarum yang digunak
3)      Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi.
4)      Kondisi atau penyakit klien.
5)      Obat yang tepat dan benar.
6)      Dosis yang diberikan harus tepat.
7)      Pasien yang tepat.
8)      Cara atau rute pemberian obat harus tepat dan benar.
b.      Indikasi dan kontra indikasi
indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saras besar di bawahnya.
kontra indikasi : Infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saraf besar di bawahnya.
c.       Alat dan bahan :
1)    Daftar buku obat/ catatan, jadual pemberian obat
2)    Obat dalam tempatnya
3)    Spuit sesuai dengan ukuran, jarum sesuai dengan ukuran : dewasa panjang 2,5-3,75 cm, anak panjang : 1,25-2,5cm.
4)    Kapas alcohol dalam tempatnya
5)    Cairan pelarut
6)    Bak injeksi
7)    Bengkok
d.      Prosedur Kerja:
1)        Cuci tangan
2)        Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3)        Ambil obat kemudian masukkan kedalam spuit sesuai dengan dosis setelah itu letakkan pada bak injeksi
4)        Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan ( lihat lokasi penyuntikan ).
5)        Desinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan penyuntikan
6)        Lakukan penyuntikan:
7)        Pada daerah paha ( vastus lateralis ) dengan cara anjurkan pasien untuk berbaring terlentang dengan lutut sedikit fleksi
8)        Pada ventrogluteal dengan cara anjurkan pasien utnuk miring, tengkurap atau terlentang dengan lutut dan pinggul pada sisi yang akan dilakukan penyuntikan dalam keadaan fleksi
9)        Pada daerah dorsogluteal dengan cara anjurkan pasien untuk tengkurap dengan lutut di putar kearah dalam atau miring dengan lutut bagian atats pinggul fleksi dan diletakkan di depan tungkai bawah
10)    Pada daerah deltoid ( lengan atas ) dengan cara anjurkan pasien untuk duduk atau berbaring mendatar lengan atas fleksi.
11)    Lakukan penusukkan dengan posisi jarum tegak lurus.
12)    Setelah jarum masuk lakukan aspirasi spuit bila tidak ada darah semprotkan obat secara perlahan-lahan hingga habis.

C.      Pencegahan injury pengobatan dalam praktek kebidanan
      Alergi obat biasanya terjadi karena tubuh seseorang sangat sensitif sehingga bereaksi secara berlebihan terhadap obat yang digunakan.
a.       Hindari mengkonsumsi obat yang tidak diperlukan.
b.      Ganti obat yang digunakan dengan obat yang sesuai dengan kondisi/respon organ-organ dalam/luar.
c.       Vitamin dikatakan aman, sebab sekalipun vitamin dapat menimbulkan alergi bukan karena zat tambahan didalamnya.
d.      Untuk menghentikan alergi obat, hanya dengan satu cara yaitu hanya dengan menghentikan pemakaian obat tersebut dan mengatasi keadaan yang timbul dari efek.
e.       Perlu kerja sama antara pasien dengan dokter (tenaga medis)
f.       Pasien harus mengemukakan pengalamannya menggunakan obat selama ini, apakah obat tertentu membuat tubuh alergi atau yang dicurigai menimbulkan alergi, akan sangat bagus atau baik jika setiap orang memiliki catatan tertulis mengenai penggunaan     obat dan apa yang dialami tubuhnya.
Teknik penyimpanan obat
Dalam menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama, yaitu :
a)    Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat termolabil (rusak atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan cara penyimpanan masing-masing obat yang berbeda-beda. Misalnya insulin, supositoria disimpan di tempat sejuk < 15°C (tapi tidak boleh beku), vaksin tifoid antara 2 – 10°C, vaksin cacar air harus < 5°C.
b)   Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum dan terkunci.
c)    Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru diletakkan dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna (dari bening menjadi keruh) pada tablet menjadi basah / bentuknya rusak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Efek Blog