BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap gerak manusia adalah sebuah afeksi yang merupakan perpaduan antara
emosi dan ratio yang membutuhkan daya dukung yang mampu mendinamisasi kehidupan
dan kreativitas. Salah satu bagian dari daya dukung tersebut adalah
kebutuhan biologis, mulai dari makan, minum dan seks tentunya. Dari
semua perdebatan yang terjadi terhadap segala kebutuhan manusia, tampaknya seks
menempati posisi yang paling kontroversial sepanjang peradapan manusia.Secara
esensi seks merupakan bagian utama dari hasrat pemenuhan kebutuhan badaniah.Ia
adalah bagian dari konsumsi yang diperlukan oleh tubuh. Sejak jaman prasejarah,
seksualitas dianggap sebagai bagian dari keharusan alam yang bersifat
instingtif demi melanjutkan proses survivalisasi. Sejak lahir kebutuhan
biologis manusia terungkap melalui berbagai insting seperti rasa lapar yang
diikuti dengan hasrat mencari makanan, posisi tersebut juga terjadi pada
kebutuhan biologis lainnya seperti seks yang diikuti berbagai cara untuk
memenuhinya.
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia sebagai
bagian personalitas total manusia, dan berkembang terus dari mulai lahir sampai
masa tua, berubah sesuai dengan usia, sesuai dengan peran yang ada di
masyarakat yang berpatokan dengan identitas peran atau gender serta interaksi
dengan orang lain dan lingkungan budayanya.
Ekspresi adalah wujud dari emosi yang nampak, sesuatu yang ada dalam diri
manusia yang tersirat, atau cara manusia untuk menyampaikan pesan yang berasal
dari dalam diri manusia, bisa berupa kata-kata, tindakan atau tingkah laku.
Ekspresi natural adalah wujud dari emosi alamiah, natural yang merupakan bagian
integral dari kebebasan manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang
dimaksud dengan Orientasi Seksual
2. Apakah yang
dimaksud dengan Biseksual
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan Orientasi seksual
2. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan Biseksual
BAB II
PEMBAHASAN
A. Orientasi Seksual
Orientasi seksual adalah pilihan sosioerotis seseorang untuk menentukan
jenis kelamin partner seksualnya apakah dari jenis kelamin yang berbeda atau
jenis kelamin yang sama (Galliano, 2003; Lips, 2005). Perlu ditambahkan bahwa pilihan
ini tidak hanya berbicara soal hubungan seks, namun juga menyangkut misalnya
emosi, perasaan, dan keinginan untuk memiliki pasangan hidup, serta aspek
seksualitas yang lebih luas. Tiga komponen seksualitas adalah jenis kelamin
biologis, identitas gender (arti psikologis pria dan wanita) dan peranan jenis
kelamin (norma-norma budaya untuk perilaku feminin dan maskulin). Orientasi
seksual berbeda dengan perilaku seksual karena berkaitan dengan perasaan dan
konsep diri.Namun dapat pula seseorang menunjukkan orientasi seksualnya dalam
perilaku mereka.Orientasi seksual secara garis besar dapat dibedakan menjadi:
a. Heteroseksual, yaitu orang dengan pilihan partner seksual dari jenis
kelamin yang berlawanan.
b. Homoseksual, yaitu orang dengan pilihan partner seksual dari jenis
kelaminnya sendiri (Masters, 1992)
c. Biseksual, yaitu orang yang tertarik secara seksual baik itu terhadap
laki-laki maupun perempuan (Masters, 1992)
B. Biseksual
1. Definisi biseksual
Ada beberapa definisi mengenai biseksualitas, antara lain :
a) Sebuah kekuatan atau kapasitas untuk merasakan ketertarikan secara erotik kepada pria dan wanita atau untuk melibatkan diri di dalam interaksi seksual
dengan pria dan wanita (Sexual Interactions, Albert & Elizabeth Allgeier;
page 510)
b) Orang-orang yang memiliki ketertarikan seksual atau perilaku seksual dengan
semua jenis kelamin (Fox, 1996)
c) Biseksual adalah orang-orang gay atau lesbian yang takut untuk mengakui
dirinya sebagai seorang homoseksual (Eliason, 1997)
d) Biseksualitas adalah kapasitas untuk ketertarikan secara fisik, romantic
dan atau emosional kepada lebih dari satu gender (Bi Any Other Name, Lorraine
Hutchins & Lani Ka’ahumanu)
e) Biseksualitas adalah orientasi seksual yang berkenaan dengan romantic dan
ketertarikan seksual seorang individu kepada individu lainnya yang berjenis
kelamin sama dan berbeda (Wikipedia)
f) Biseksual adalah seseorang yang mempunyai dua kepribadian atau bisa disebut
juga seperti mempunyai dua kelamin karena mempunyai kedua sifat tersebut.
g) Biseksual merupakan perilaku atau
orientasi seksual seseorang, baik laki-laki maupun perempuan, yang tertarik
secara seksual dan erotik pada dua jenis kelamin.
2. Penyebab seseorang menjadi
biseksual
Para ahli psikolog atau
kedokteranpun masih kesulitan dalam menjelaskan penyebab orang jadi gay, lesby,
ataupun biseksual. Seperti yang dikemukakan Sigmun Freud (2007) bahwa pada
dasarnya individu sudah memiliki potensi sejak lahir untuk menjadi homoseksual
maupun biseksual. Tetapi sebagian besar dari kita mengalami represi pada salah
satu sisi. Manusia memiliki sifat biseksual bawaan artinya setiap orang punya
dasar dan peluang menjadi biseksual. Merujuk pada teori hormonal bahwa setiap
manusia sebenarnya memiliki unsur hormon pria maupun wanita, tarik menarik
unsur tersebut sebagai hal yang biasa dan mudah terjadi. Seorang pria yang
unsur hormonnya menjadikan seorang heteroseksual, bukannya tak mungkin tertarik
dan memiliki fantasi tentang pria. Demikian juga perempuan heteroseksual juga
sangat mungkin tertarik pada sesama jenisnya. Sementara hasil penelitian The
Kinsey Institute for Research in Sex, Gender, and Reproduction menunjukkan
bahwa proses pembentukan orientasi seksual tidak semata keturunan, tapi bisa
juga karena faktor-faktor lain seperti lingkungan, situasi dan juga psiko
sosial. Artinya, seorang yang lahir secara fisik adalah pria hetero, tapi bisa
menjadi biseks. Demikian juga seorang yang dari bawaan adalah homoseksual,
karena faktor-faktor lain bisa menjadi biseksual; atau mungkin juga
transeksual.
Secara umum, homoseksual maupun
biseksual merupakan kaum minoritas dalam masyarakat dan dianggap tidak lazim,
tidak normal atau aneh, karena memang mayoritas orang mempunyai orientasi
heteroseksual (menyukai lawan jenis), yang selama ini dianggap normal. Kecenderungan
berorientasi akan mewujud menjadi tindakan atau perilaku biseksual didorong
oleh beberapa keadaan. Diperkirakan bahwa orang mendapatkan dan mengalami
kejadian biseksual ini dalam beberapa cara yang berbeda. Bagi sebagian orang
hal ini berawal sebagai satu bentuk percobaan untuk menambahkan percikan ke
dalam kehidupan seksual mereka, namun itu tidak menjadi karena utama aktivitas
seksual. Bagi yang lain itu adalah pilihan yang mereka sengaja untuk
berpartisipasi dalam apapun yang terasa paling nyaman saat itu. Beberapa ahli
lain juga berendapat bahwa kemungkinan faktor penyebab seseorang
menjadi gay, lesby, ataupun biseksual dipengaruhi oleh banyak faktor
:
a. Faktor Biologis Yakni ada kelainan di genetik dan
hormonal. Faktor hormonal bisa menjadi salah satu pendorong pria maupun perempuan untuk menjadi
gay maupun lesbian bahkan biseksual. Ada jenis hormon tertentu dalam dirinya
yang lebih dominan. Namun faktor biologis hanyalah pendorong orang untuk
berbuat, bukan yang menentukan jenis perbuatan yang harus dilakukan.
b. Faktor Psikodinamik Yaitu adanya gangguan
perkembangan psikoseksual pada masa anak-anak (seperti kasus sodomi pada anak
di bawah umur).
c. Faktor Lingkungan Yaitu keadaan lingkungan yang
memungkinkan dan mendorong pasangan sesama jenis maupun berlawanan jenis
menjadi erat. Perilaku seseorang tentu mencerminkan informasi yang dia serap
tentang perbuatan itu dari lingkungan sekitarnya. Faktor lingkungan dan mental
psikologis lebih besar efeknya bagi terciptanya orientasi seksual. Seseorang
menjadi gay, atau lesbi, atau homo, atau biseks bisa dicermati dari dua
penyebab. Pertama, bersifat
temporer. Seseorang menjadi gay atau lesbi atau homo saat ia berada dalam
lingkungan kehidupan sesama jenisnya. "Seseorang yang mendekam di penjara
hanya bersama pria lama-lama bisa saja memiliki perilaku seksual gay,"
ujarnya. Kedua, bersifat
permanen, yakni seseorang berperilaku seksual gay sejak akil balig. Pilihan
menjadi gay biasanya dalam waktu lama. Jika melepas ke-gay-annya ia sudah
termakan usia saat menyulam tali pernikahan bersama wanita. Begitu pula dengan
kaum biseksual.
d. Coba-coba yakni Perilaku coba-coba untuk memperoleh pengalaman seksual baru sering
dilakukan antar sahabat. Percobaan seksual dalam hubungan antara sahabat baik,
cukup umum di antara wanita dan bisa pula terjadi antara dua pria berteman
baik, atau seorang pria homoseks dapat mengembangkan hubungan seksual dari
hubungan yang biasa, namun bersahabat, dengan seorang
wanita. Laki-laki yang telah beristri mencoba pengalaman seksual baru dengan
sahabat laki-lakinya. Demikian juga perempuan yang telah bersuami, mencoba
pengalaman seksual baru dengan sahabat perempuannya. Perilaku biseksual ini
dapat juga muncul dari hasil coba-coba antara laki-laki homoseksual dengan
sahabat perempuannya atau antara perempuan lesbian dengan sahabat laki-lakinya.
Jadi, fenomena orientasi seksual itu memang kompleks atau pelik dan tidak dapat
dilihat hanya pada perilaku yang tampak di permukaan (overt behavior). Seks
berkelompok adalah tempat lain untuk percobaan biseksual. Akhirnya, beberapa
orang mengambil filosofi biseksual sebagai hasil pertumbuhan sistim kepercayaan
pribadi. Misalnya, seorang wanita yang selama ini aktif dalam gerakan wanita
menemukan bahwa mereka menjadi dekat dengan wanita lain lewat pengalaman dan
menerjemahkan kedekatan ini ke dalam ekspresi seksual. Kemudian contoh yang
lain seorang gadis berciuman dengan kawan perempuannya. Kemudian setelah gadis
itu berciuman dengan kawan perempuannya, bisa jadi – menurut Weston – ia akan
berkata pada dirinya sendiri: "Ok, saya telah mencobanya dan ternyata
tidak benar-benar mendapatkan gairah seks atau ketertarikan secara seksual
dengannya. Dan saya ragu apakah akan melakukannya lagi.." Bila keadaannya
begini, gadis tadi masih dikategorikan sbg heteroseks sepenuhnya, meski pun
pernah mencoba cara lain.
e. Seksbebas (free sex) yakni Para penganut seks bebas
seringkali mengadakan pesta seks yang dihadiri banyak orang dengan berbagai
ragam orientasi seksual. Dalam keadaan semacam ini sangat terbuka kemungkinan
coba-coba melakukan hubungan biseksual. Bila dalam melakukan hubungan itu mengalami
kenikmatan seperti diharapkan, perilaku tersebut cenderung diulang-ulang,
sehingga ia dapat berkembang menjadi orang yang memiliki perilaku biseksual.
f. Kebutuhan emosional yang tak terpenuhi yakni Hasil penelitian tentang seksualitas ganda menunjukkan bahwa para wanita
biseksual mempunyai beberapa kebutuhan emosional yang hanya dapat dipenuhi oleh
laki-laki; sementara beberapa kebutuhan emosional lainnya menurut mereka hanya
dapat dipenuhi perempuan.Untuk memenuhi seluruh kebutuhan emosional tersebut
mereka memiliki peran seksualitas ganda."Saya mencintai pasangan laki-laki
saya, tetapi tidak mendapatkan kepuasan emosional yang saya butuhkan
darinya.Hubungan saya dengan seorang perempuan dimulai sebagai
persahabatan.Dalam dua tahun kami semakin erat, dan sangat intim secara
emosional. Kami menjadi tertarik secara fisik satu sama lain. Kemudian pada
suatu hari, hal itu terjadi. Kami berciuman dan tidak berhenti sampai
disitu…." (Secrets of Better Sex)."Kami berdua merasa malu dan
bersalah setelahnya.Beberapa hari kami takut membicarakan hal itu.Itu bukan
kebiasaan kami, karena kami selalu membicarakan segala sesuatunya secara
langsung. Kami memutuskan tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi, tetapi kami
kembali melakukannya. Hal itu telah berjalan bertahun-tahun sampai
sekarang.Kami tidak berpikir untuk meninggalkan pasangan laki-laki kami.Ini
hanya sesuatu yang kami butuhkan, sesuatu yang tidak kami dapatkan dari
laki-laki."Studi yang dilakukan di Australia dan dipublikasikan pada bulan
Mei 2002 ini dalam British Journal of Psychiatry menemukan bahwa orang dewasa
yang menjalani kehidupan seksual ganda akan mengalami perasaan-perasaan seperti
cemas, depresi dan rasa bersalah yang sangat mendalam karena melakukan
kehidupan seks tidak normal. Kondisi yang sama juga dialami kaum homoseksual
tapi tidak sehebat tekanan mental yang dialami kaum biseksual. Pada situasi
yang semakin tidak terkendali para biseksual yang harus menjalani kehidupan
seksual ganda -karena mereka juga punya pasangan resmi- akan semakin bingung
dan cenderung melakukan usaha bunuh diri atau melukai diri sendiri secara
sengaja.
g. Kebutuhan akan variasi dan kreativitas
Hasil
penelitian terhadap pria biseksual menunjukkan bahwa kebanyakan mereka menjadi
biseksual karena ingin memenuhi kebutuhan akan adanya variasi dan kreativitas
untuk mendapatkan kepuasan dan kenikmatan dalam melakukan hubungan seksual.
3. Deskripsi mengenai pengukuran
biseksualitas
Pada tahun 1950-an Alfred Kinsey menggambarkan seksualitas manusia sebagai
sebuah rangkaian yang merupakan kesatuan, bagaimana sebaiknya melihat
seksualitas manusia, dan analisanya tersebut sangat berguna untuk bisa memahami
seksualitas.Hal ini yang disebut dengan Skala Kinsey (The Kinsey Scale) yaitu
untuk mengukur orientasi seksual.Kinsey membaginya pada skala dari
angka 0 hingga 6 dalam sebuah garis horisontal. Skala yang mempunyai 7 poin
tersebut memiliki penilaian 0 (heteroseksual murni) sampai 6 (homoseksual
murni), sedangkan biseksual berada pada penilaian 1-5. Kemudian para peneliti seks (sexresearchers) mengembangkan skala
Kinsey (0-6) untuk menggambarkan orientasi seksual sebagai satu
kesatuan/rangkaian (continuum). Skala Kinsey menerangkan bahwa
heteroseksual dan homoseksual bukanlah sesuatu yang bertentangan, akan tetapi
merupakan dua posisi memungkinkan di dalam rangkaian preferensi / kesukaan
seksual.
4. Teori model – model perilaku
biseksualitas
Ada beberapa teori tentang model-model perilaku biseksual. J.R Little
mengidentifikasi sedikitnya ada 13 tipe biseksual berdasarkan keinginan seksual dan pengalaman yaitu :
a) Alternating Bisexsuals
Dapat memiliki hubungan dengan pria dan setelah hubungan tersebut berakhir,
dapat memilih partner wanita (subsequentrelationship) dan dimungkinkan
dapat kembali memilih partner pria pada relasi yang selanjutnya.
b) Circumstantial Bisexuals
Heteroseksual secara primer, akan tetapi dapat memilih partner yang
berjenis kelamin sama pada situasi dimana tidak terdapat akses kepada partner
jenis kelamin yang lain, seperti di dalam penjara, kemiliteran, sekolah yang
terpisah khusus berjenis kelamin sama.
c) Concurrent Relationship Bisexuals
Memiliki relasi utama dengan hanya satu jenis kelamin akan tetapi memiliki
relasi kasual atau relasi sekunder dengan orang dengan jenis kelamin lainnya
pada satu waktu yang sama.
d) Conditional Bisexuals
Pada dasarnya adalah seorang heteroseksual atau homoseksual murni
(straight), tetapi dapat berganti kepada jenis relasi yang berbeda (jenis
kelamin partner berganti) untuk keuntungan secara finansial dan karir ataupun
tujuan lain yang khusus misalnya pemuda heteroseksual menjadi seorang
prostitute gay, atau seorang lesbian menikah dengan pria untuk mendapatkan
pengakuan/penerimaan dari anggota keluarga atau untuk mendapatkan anak.
e) Emotional Bisexuals
Memiliki hubungan kedekatan emosional dengan pria dan wanita, akan tetapi
memiliki relasi atau hubungan seksual hanya dengan satu jenis kelamin.
f) Integrated Bisexuals
Memiliki lebih dari satu hubungan
utama dengan pria maupun wanita pada satu waktu yang sama.
g) Exploratory Bisexuals
Pada dasarnya adalah seorang heteroseksual atau homoseksual murni tetapi
melakukan hubungan seksual dengan lain gender hanya untuk memuaskan rasa ingin
tahu “seperti apakah rasanya”
h) Hedonistic Bisexuals\
Pada dasarnya adalah seorang heteroseksual atau homoseksual murni tetapi
kadangkala melakukan hubungan seksual dengan lain gender hanya untuk kesenangan
atau murni untuk kepuasan seksual.
i) Recreational Bisexuals
Pada dasarnya heteroseksual tetapi terlibat hubungan seksual dengan gay
atau lesbi hanya ketika berada dibawah pengaruh obat dan atau alcohol.
j) Isolated Bisexuals
100% homoseksual atau heteroseksual pada saat ini akan tetapi memiliki satu
atau lebih pengalaman seksual dengan lain gender di masa lalunya.
k) Latent Bisexuals
Homoseksual ataupun heteroseksual di dalam perlakuannya tetapi memiliki
hasrat yang kuat untuk melakukan seks dengan gender lain akan tetapi tidak
pernah melakukannya.
l) Motivational Bisexuals
Wanita murni yang melakukan hubungan seksual dengan wanita lainnya karena
partner prianya mendesaknya untuk melakukan hubungan seksual seperti itu dengan
tujuan untuk merangsang atau menggairahkan partner pria.
m) Traditional Bisexuals
Diidentifikasi secara temporer atau sementara sebagai biseksual ketika di
dalam proses untuk menjadi homoseksual atau menjadi heteroseksual.
5. Ciri – ciri identitas
biseksual
Persepsi diri adalah kunci dari identitas biseksual.Heteroseksual,
homoseksual dan transeksual lebih bisa diidentifikasi dengan mudah, tidak
demikian dengan biseksual.Kelompok biseksual memang tidak menampakkan secara
fisik, sehingga tidak gampang dikenali.Karena itu, seseorang yang tampak
sebagai pria tulen yang tampak bahagia dan harmonis dengan istri, misalnya
ternyata juga berhubungan dengan pria.Bahkan seorang pria yang diketahui
playboy dengan banyak pacar wanita, misalnya, ternyata berhubungan seks dengan
pria.Kelompok biseksual lebih bisa diidentifikasi pada kaum homoseksual yang
menikah, meskipun dalam tataran orientasi seksual, mereka tidak bisa digolongkan
sebagai biseksual murni.
Seseorang baru dapat dikatagorikan sebagai biseksual apabila orientasi
seksualnya diikuti dengan prilaku dan perbuatan. Artinya, ia melakukan
aktivitas seksual dengan lelaki maupun dengan perempuan dalam kehidupan mereka.
Inilah yang disebut sebagai prilaku biseksual sesungguhnya. Selama baru
tertarik, berfantasi dan memikirkannya, ia belum seorang biseks, mungkin ia
seorang hetero atau homo. Memiliki orientasi sebagai biseksual belum tentu
mereka melakukan aktifitas sebagai biseksual. Sigmun Freud mengatakan, sifat
biseksual bawaan dalam proses pertumbuhannya dapat ditekan (direpresi)
sedemikian rupa, sehingga sifat itu tidak muncul dipermukaan.
Beberapa orang yang melakukan aktivitas seksual dengan semua jenis kelamin,
tidak diidentifikasikan sebagai biseksual. Ada juga orang yang teribat di dalam
aktivitas seksual sama sekali, mengatakan bahwa dirinya adalah biseksual. Beberapa orang percaya bahwa seseorang
dilahirkan heteroseksual, homoseksual, atau biseksual (disebabkan karena
pengaruh hormonal prenatal) dan karena itulah identitas mereka melekat/sudah
menjadi sifatnya dan tidak dapat diubah. Beberapa orang lain meyakini bahwa
orientasi seksual disebabkan karena sosialisasi atau hidup bermasyarakat
(misalnya meniru ataupun menolak model orangtua) atau kesadaran di dalam
memilih (misalnya memilih sebagai seorang lesbian sebagai bagian dari identitas
atau cirri-ciri politik feminis). Ada juga yang meyakini bahwa beberapa factor
diatas itu saling berkaitan karena setiap orang berbeda secara biologis, social
dan budaya. Asumsi lain mengatakan bahwa biseksualitas hanyalah sebuah tahapan
atau fase didalam hidup seseorang, karena manusia itu berbeda antara satu
dengan yang lain, perasaan seksual dan perilaku seseorang berubah dari waktu ke
waktu sehingga pembentukan identitas seksual adalah sebuah proses yang tidak
pernah berhenti.
Sejak manusia secara umum dikenali sebagai heteroseksual, biseksual
adalah merupakan tahapan dalam penglaman seseorang sebagai bagian dari
proses pengakuan terhadap homoseksualitasnya. Banyak orang lain yang
mengidentifikasikan dirinya sebagai biseksual setelah periode mempertimbangkan
dalam mengenali diri sebagai homoseksual. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Ron Fox pada 900 individu biseksual menemukan bahwa 1/3 dari mereka adalah
homoseksual di masa lampau. Biseksualitas (seperti halnya heteroseksual dan
homoseksual) dimungkinkan merupakan tahapan transisi dalam proses penemuan
seksual atau sesuatu yang tetap, idenitas yang long term. Pada umumnya terdapat
sedikitnya empat tahapan untuk pemahaman penuh dan rasa menjadi nyaman dengan
identitas sebagai biseksual.
1. Kebingungan terhadap orientasi seksual
Banyak orang biseksual memulai
dengan perasaan kebingungan yang tentang ketertarikannya pada kedua jenis
kelamin.Mempertanyakan realita yang mereka miliki, dan bertanya-tanya apakah
ada sesuatu yang salah dariku?Beberapa orang menghabiskan seluruh hidupnya pada
tahapan ini, menyembunyikan orientasi seksual mereka, merasa terisolasi dan
sendiri dengan kekacauan di dalam dirinya atas dua hal atraksinya.Banyak orang
biseksual melanjutkan hidupnya dengan mengidentifikasi dirinya sebagai seorang
heteroseksual atau bahkan homoseksual untuk diterima oleh masyarakat dan
membuat pengertian dirinya sendiri atas orientasi seksualnya.
2. Penemuan the bisexual label dan memilih identitas sebagai biseksual
Hampir semua biseksual
mengakui bahwa menemukan label biseksual adalah sangat penting di dalam
pemahaman dan penerimaan seksual orientasi mereka. Pada umumnya pengalaman
ekstrim yang mereka miliki digambarkan ketika mereka mendengar kata biseksual
pada saat pertama kali karena pada akhirny mereka enemukan sebuah kata yang
mencerminkan pengalaman dan perasaan mereka. Tetapi pada beberapa kondisi
sterotip negatipdari biseksual sebagai promiscuous atau
sebagai pembawa penyakit AIDS mencegah mereka dari identifikasi dengan label
atau mengklaim hal tersebut untuk mereka sendiri. Kemudian beberapa orang
biseksual menemukan definisi mereka sendiri dan membentuk gaya hidup biseksual
yang cocok dengan kehidupan individual mereka.
3. Penetapan dan pemeliharaan identitas biseksual
Bagi beberapa orang biseksual,
tahapan ini adalah yang paling sulit. Secara intelektual mereka merasa nyaman
dengan menjadi biseksual , akan tetapi secara emosional mereka mengalami
konflik ekstrim ketika hidup di dunia nyata sebagai biseksual. Tidak jarang
dicemooh oleh keluarga dan keluarga ditolak oleh pasangannya, membuat mereka
berpikir bahwa membangun dan memelihara sebuah identitas biseksual memerlukan
kekuatan dari dalam diri, kepercayaan diri, dan kemandirian.Biasanya mereka
mengatasinya dengan membentuk komunitas mereka sendiri, menemukan teman-teman
yang mau menerima dan mencintai mereka dan membentuk dinding untuk menghindari
konsekuensi.
4. Transformasi penderita
Pada umumnya orang-orang
biseksual dating dan pergi (didalam benteng/dinding yang mereka bentuk sendiri)
adalah merupakan proses yang terus berjalan yang selalu harus diulangi di dalam
situasi social yang baru, tempat kerja, teman da pasangan. Banyak orang melihat
proses ini sebagai bentuk paling penting di dalam aksi politik, membentuk
peranan model yang nampak dan menyatukan komunitas biseksual. Oleh karena para
biseksual mengalami kesulitan dan penderitaan di dalam tiga tahapan diatas sendiri
dan didalam kesunyian atau kerahasiaan mereka menginginkan untuk membuat
hal-hal tersebut menjadi lebih mudah bagi para biseksual yang lain untuk
mengenali dan mendapatkan orientasi seksual mereka tanpa butuh waktu
bertahun-tahun di dalam kesendirian dan kekacauan di dalam diri. Mereka mulai
melibatkan diri di dalam organisasi politik biseksual sebagai cara untuk
meningkatkan penampakan diri dari biseksual dan mempromosikan bisekual sebagai
identitas yang aktif.
Seorang biseks temporer pada dasarnya bisa
berhenti atau diberhentikan, kalau dikehendaki. Apalagi, para biseks temporer tersebut, pada umumnya, punya kesadaran dan perasaan bersalah, ketika
menganggap prilaku tersebut sebagai hal yang menyimpang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seksualitas merupakan
konstruksi social yang terbentuk melalui sejarah, konteks dan
kebudayaan. Seksualitas harus di pandang secara keseluruhan dalan
konteks kehidupan manusia dan dalam berbagai dimensi karena pandangan tentang
seksualitas mencakup siapa kita dan apa yang kita kerjakan. Kondisi seksualitas
juga menunjukkan gambaran kualitas kehidupan manusia, terkait dengan perasaan
paling dalam, akrab dan intim yang berasal dari lubuk hati, dapat berupa
pengalaman, penerimaan dan ekspresi diri manusia sebagai mahluk seksual. Seksualitas memiliki beberapa komponen, salah satunya adalah orientasi
seksual. Orientasi seksual adalah ketertarikan yang bersifat abadi (enduring)
secara emosional, romantis, dan afeksional kepada manusia lain. Orientasi
seksual berbeda dengan perilaku seksual, karena orientasi seksual adalah
perasaan dan konsep diri, bukan perbuatan. Seseorang mungkin saja tidak
melakukan kegiatan seksual yang sesuai dengan orientasi seksualnya (atau sama
sekali tidak melakukan hubungan seks). Orientasi seksual seseorang dipengaruhi
oleh faktor lingkungan, kognitif dan biologis.Artinya, bagaimana seseorang
dibesarkan (termasuk pengalaman-pengalaman seseorang yang bersifat seksual),
pola pikir orang tersebut dan struktur genetis dan hormonal yang didapat sejak
seseorang berada di dalam kandungan mempengaruhi orientasi seksual seseorang.
Orientasi seksual seseorang pada umumnya akan mulai muncul pada
awal-awal masa remaja.
B. Saran
1. Bagi keluarga hendaknya jangan melakukan penolakan terhadap kaum biseksual.
2. Bagi kaum biseksual dalam melakukan hubungan
seksual, agar melakukannya dengan cara yang aman agar terhindar dari
HIV/AIDS.
DAFTAR PUSTAKA
Alimi, M.Y.,
(2004), Dekonstruksi Sensualitas PosKolonial dari Wacana Bangsa Hingga
Wacana Agama, Penerbit LKIS, Yogyakarta.
Feray, Jean-Claude, Herzer,
Manfred., (1990), Homosexual Studies and Politics in the 19th
Century: Karl Maria Kertbeny, Journal of Homosexuality dalamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Homoseksualitas.
Handoyo, H, (2007), Gay Pride: Homoseksual
Dipicu Lingkungan dan Gaya Hidup,http://netsains.com/2007/07/gay-pride-homoseksual-dipicu-lingkungan-dan-gaya-hidup/
Kadir, A.H., (2007), Tangan
Kuasa Dalam Kelamin ; Telaah Homoseks, Pekerja Seks dan Seks Bebas di
Indonesia, INSISTPress, Yogyakarta.
Puspitosari, H., Pujileksono, S., (2005), WARIA
dan Tekanan Sosial, Penerbit Universitas Muhammadiyah, Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar