Kamis, 17 November 2016

MAKALAH PENYIMPANAN MORAL PADA ANAK


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Setiap gerak manusia adalah sebuah afeksi yang merupakan perpaduan antara emosi dan ratio yang membutuhkan daya dukung yang mampu mendinamisasi kehidupan dan kreativitas. Salah satu bagian dari daya dukung tersebut adalah kebutuhan  biologis, mulai dari makan, minum dan seks tentunya. Dari semua perdebatan yang terjadi terhadap segala kebutuhan manusia, tampaknya seks menempati posisi yang paling kontroversial sepanjang peradapan manusia.Secara esensi seks merupakan bagian utama dari hasrat pemenuhan kebutuhan badaniah.Ia adalah bagian dari konsumsi yang diperlukan oleh tubuh. Sejak jaman prasejarah, seksualitas dianggap sebagai bagian dari keharusan alam yang bersifat instingtif demi melanjutkan proses survivalisasi. Sejak lahir kebutuhan biologis manusia terungkap melalui berbagai insting seperti rasa lapar yang diikuti dengan hasrat mencari makanan, posisi tersebut juga terjadi pada kebutuhan biologis lainnya seperti seks yang diikuti berbagai cara untuk memenuhinya.
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia sebagai bagian personalitas total manusia, dan berkembang terus dari mulai lahir sampai masa tua, berubah sesuai dengan usia, sesuai dengan peran yang ada di masyarakat yang berpatokan dengan identitas peran atau gender serta interaksi dengan orang lain dan lingkungan budayanya.
Ekspresi adalah wujud dari emosi yang nampak, sesuatu yang ada dalam diri manusia yang tersirat, atau cara manusia untuk menyampaikan pesan yang berasal dari dalam diri manusia, bisa berupa kata-kata, tindakan atau tingkah laku. Ekspresi natural adalah wujud dari emosi alamiah, natural yang merupakan bagian integral dari kebebasan manusia.
B.  Rumusan Masalah
1.   Apakah yang dimaksud dengan Orientasi Seksual
2.   Apakah yang dimaksud dengan Biseksual
C.  Tujuan
1.   Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Orientasi seksual
2.   Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Biseksual


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Orientasi Seksual
Orientasi seksual adalah pilihan sosioerotis seseorang untuk menentukan jenis kelamin partner seksualnya apakah dari jenis kelamin yang berbeda atau jenis kelamin yang sama (Galliano, 2003; Lips, 2005). Perlu ditambahkan bahwa pilihan ini tidak hanya berbicara soal hubungan seks, namun juga menyangkut misalnya emosi, perasaan, dan keinginan untuk memiliki pasangan hidup, serta aspek seksualitas yang lebih luas. Tiga komponen seksualitas adalah jenis kelamin biologis, identitas gender (arti psikologis pria dan wanita) dan peranan jenis kelamin (norma-norma budaya untuk perilaku feminin dan maskulin). Orientasi seksual berbeda dengan perilaku seksual karena berkaitan dengan perasaan dan konsep diri.Namun dapat pula seseorang menunjukkan orientasi seksualnya dalam perilaku mereka.Orientasi seksual secara garis besar dapat dibedakan menjadi:
a.   Heteroseksual, yaitu orang dengan pilihan partner seksual dari jenis kelamin yang berlawanan.
b.   Homoseksual, yaitu orang dengan pilihan partner seksual dari jenis kelaminnya sendiri (Masters, 1992)
c.     Biseksual, yaitu orang yang tertarik secara seksual baik itu terhadap laki-laki maupun perempuan (Masters, 1992)
B.  Biseksual
1. Definisi biseksual
Ada beberapa definisi mengenai biseksualitas, antara lain :
a)   Sebuah kekuatan atau kapasitas untuk merasakan ketertarikan secara erotik kepada pria dan wanita atau untuk melibatkan diri di dalam interaksi seksual dengan pria dan wanita (Sexual Interactions, Albert & Elizabeth Allgeier; page 510)
b)    Orang-orang yang memiliki ketertarikan seksual atau perilaku seksual dengan semua jenis kelamin (Fox, 1996)
c)  Biseksual adalah orang-orang gay atau lesbian yang takut untuk mengakui dirinya sebagai seorang homoseksual (Eliason, 1997)
d) Biseksualitas adalah kapasitas untuk ketertarikan secara fisik, romantic dan atau emosional kepada lebih dari satu gender (Bi Any Other Name, Lorraine Hutchins & Lani Ka’ahumanu)
e) Biseksualitas adalah orientasi seksual yang berkenaan dengan romantic dan ketertarikan seksual seorang individu kepada individu lainnya yang berjenis kelamin sama dan berbeda (Wikipedia)
f)      Biseksual adalah seseorang yang mempunyai dua kepribadian atau bisa disebut juga seperti mempunyai dua kelamin karena mempunyai kedua sifat tersebut.
g)    Biseksual merupakan perilaku atau orientasi seksual seseorang, baik laki-laki maupun perempuan, yang tertarik secara seksual dan erotik pada dua jenis kelamin.
2. Penyebab seseorang menjadi biseksual
Para ahli psikolog atau kedokteranpun masih kesulitan dalam menjelaskan penyebab orang jadi gay, lesby, ataupun biseksual. Seperti yang dikemukakan Sigmun Freud (2007) bahwa pada dasarnya individu sudah memiliki potensi sejak lahir untuk menjadi homoseksual maupun biseksual. Tetapi sebagian besar dari kita mengalami represi pada salah satu sisi. Manusia memiliki sifat biseksual bawaan artinya setiap orang punya dasar dan peluang menjadi biseksual. Merujuk pada teori hormonal bahwa setiap manusia sebenarnya memiliki unsur hormon pria maupun wanita, tarik menarik unsur tersebut sebagai hal yang biasa dan mudah terjadi. Seorang pria yang unsur hormonnya menjadikan seorang heteroseksual, bukannya tak mungkin tertarik dan memiliki fantasi tentang pria. Demikian juga perempuan heteroseksual juga sangat mungkin tertarik pada sesama jenisnya. Sementara hasil penelitian The Kinsey Institute for Research in Sex, Gender, and Reproduction menunjukkan bahwa proses pembentukan orientasi seksual tidak semata keturunan, tapi bisa juga karena faktor-faktor lain seperti lingkungan, situasi dan juga psiko sosial. Artinya, seorang yang lahir secara fisik adalah pria hetero, tapi bisa menjadi biseks. Demikian juga seorang yang dari bawaan adalah homoseksual, karena faktor-faktor lain bisa menjadi biseksual; atau mungkin juga transeksual.
Secara umum, homoseksual maupun biseksual merupakan kaum minoritas dalam masyarakat dan dianggap tidak lazim, tidak normal atau aneh, karena memang mayoritas orang mempunyai orientasi heteroseksual (menyukai lawan jenis), yang selama ini dianggap normal. Kecenderungan berorientasi akan mewujud menjadi tindakan atau perilaku biseksual didorong oleh beberapa keadaan. Diperkirakan bahwa orang mendapatkan dan mengalami kejadian biseksual ini dalam beberapa cara yang berbeda. Bagi sebagian orang hal ini berawal sebagai satu bentuk percobaan untuk menambahkan percikan ke dalam kehidupan seksual mereka, namun itu tidak menjadi karena utama aktivitas seksual. Bagi yang lain itu adalah pilihan yang mereka sengaja untuk berpartisipasi dalam apapun yang terasa paling nyaman saat itu. Beberapa ahli lain juga berendapat bahwa kemungkinan faktor penyebab seseorang menjadi  gay, lesby, ataupun biseksual dipengaruhi oleh banyak faktor :
a. Faktor Biologis Yakni ada kelainan di genetik dan hormonal. Faktor hormonal bisa menjadi salah satu pendorong pria maupun perempuan untuk menjadi gay maupun lesbian bahkan biseksual. Ada jenis hormon tertentu dalam dirinya yang lebih dominan. Namun faktor biologis hanyalah pendorong orang untuk berbuat, bukan yang menentukan jenis perbuatan yang harus dilakukan.
b. Faktor Psikodinamik Yaitu adanya gangguan perkembangan psikoseksual pada masa anak-anak (seperti kasus sodomi pada anak di bawah umur).
c.   Faktor Lingkungan Yaitu keadaan lingkungan yang memungkinkan dan mendorong pasangan sesama jenis maupun berlawanan jenis menjadi erat. Perilaku seseorang tentu mencerminkan informasi yang dia serap tentang perbuatan itu dari lingkungan sekitarnya. Faktor lingkungan dan mental psikologis lebih besar efeknya bagi terciptanya orientasi seksual. Seseorang menjadi gay, atau lesbi, atau homo, atau biseks bisa dicermati dari dua penyebab. Pertama, bersifat temporer. Seseorang menjadi gay atau lesbi atau homo saat ia berada dalam lingkungan kehidupan sesama jenisnya. "Seseorang yang mendekam di penjara hanya bersama pria lama-lama bisa saja memiliki perilaku seksual gay," ujarnya. Kedua, bersifat permanen, yakni seseorang berperilaku seksual gay sejak akil balig. Pilihan menjadi gay biasanya dalam waktu lama. Jika melepas ke-gay-annya ia sudah termakan usia saat menyulam tali pernikahan bersama wanita. Begitu pula dengan kaum biseksual.
d.    Coba-coba yakni Perilaku coba-coba untuk memperoleh pengalaman seksual baru sering dilakukan antar sahabat. Percobaan seksual dalam hubungan antara sahabat baik, cukup umum di antara wanita dan bisa pula terjadi antara dua pria berteman baik, atau seorang pria homoseks dapat mengembangkan hubungan seksual dari hubungan yang biasa, namun bersahabat, dengan seorang wanita. Laki-laki yang telah beristri mencoba pengalaman seksual baru dengan sahabat laki-lakinya. Demikian juga perempuan yang telah bersuami, mencoba pengalaman seksual baru dengan sahabat perempuannya. Perilaku biseksual ini dapat juga muncul dari hasil coba-coba antara laki-laki homoseksual dengan sahabat perempuannya atau antara perempuan lesbian dengan sahabat laki-lakinya. Jadi, fenomena orientasi seksual itu memang kompleks atau pelik dan tidak dapat dilihat hanya pada perilaku yang tampak di permukaan (overt behavior). Seks berkelompok adalah tempat lain untuk percobaan biseksual. Akhirnya, beberapa orang mengambil filosofi biseksual sebagai hasil pertumbuhan sistim kepercayaan pribadi. Misalnya, seorang wanita yang selama ini aktif dalam gerakan wanita menemukan bahwa mereka menjadi dekat dengan wanita lain lewat pengalaman dan menerjemahkan kedekatan ini ke dalam ekspresi seksual. Kemudian contoh yang lain seorang gadis berciuman dengan kawan perempuannya. Kemudian setelah gadis itu berciuman dengan kawan perempuannya, bisa jadi – menurut Weston – ia akan berkata pada dirinya sendiri: "Ok, saya telah mencobanya dan ternyata tidak benar-benar mendapatkan gairah seks atau ketertarikan secara seksual dengannya. Dan saya ragu apakah akan melakukannya lagi.." Bila keadaannya begini, gadis tadi masih dikategorikan sbg heteroseks sepenuhnya, meski pun pernah mencoba cara lain.
e.  Seksbebas (free sex) yakni Para penganut seks bebas seringkali mengadakan pesta seks yang dihadiri banyak orang dengan berbagai ragam orientasi seksual. Dalam keadaan semacam ini sangat terbuka kemungkinan coba-coba melakukan hubungan biseksual. Bila dalam melakukan hubungan itu mengalami kenikmatan seperti diharapkan, perilaku tersebut cenderung diulang-ulang, sehingga ia dapat berkembang menjadi orang yang memiliki perilaku biseksual.
f.    Kebutuhan emosional yang tak terpenuhi yakni Hasil penelitian tentang seksualitas ganda menunjukkan bahwa para wanita biseksual mempunyai beberapa kebutuhan emosional yang hanya dapat dipenuhi oleh laki-laki; sementara beberapa kebutuhan emosional lainnya menurut mereka hanya dapat dipenuhi perempuan.Untuk memenuhi seluruh kebutuhan emosional tersebut mereka memiliki peran seksualitas ganda."Saya mencintai pasangan laki-laki saya, tetapi tidak mendapatkan kepuasan emosional yang saya butuhkan darinya.Hubungan saya dengan seorang perempuan dimulai sebagai persahabatan.Dalam dua tahun kami semakin erat, dan sangat intim secara emosional. Kami menjadi tertarik secara fisik satu sama lain. Kemudian pada suatu hari, hal itu terjadi. Kami berciuman dan tidak berhenti sampai disitu…." (Secrets of Better Sex)."Kami berdua merasa malu dan bersalah setelahnya.Beberapa hari kami takut membicarakan hal itu.Itu bukan kebiasaan kami, karena kami selalu membicarakan segala sesuatunya secara langsung. Kami memutuskan tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi, tetapi kami kembali melakukannya. Hal itu telah berjalan bertahun-tahun sampai sekarang.Kami tidak berpikir untuk meninggalkan pasangan laki-laki kami.Ini hanya sesuatu yang kami butuhkan, sesuatu yang tidak kami dapatkan dari laki-laki."Studi yang dilakukan di Australia dan dipublikasikan pada bulan Mei 2002 ini dalam British Journal of Psychiatry menemukan bahwa orang dewasa yang menjalani kehidupan seksual ganda akan mengalami perasaan-perasaan seperti cemas, depresi dan rasa bersalah yang sangat mendalam karena melakukan kehidupan seks tidak normal. Kondisi yang sama juga dialami kaum homoseksual tapi tidak sehebat tekanan mental yang dialami kaum biseksual. Pada situasi yang semakin tidak terkendali para biseksual yang harus menjalani kehidupan seksual ganda -karena mereka juga punya pasangan resmi- akan semakin bingung dan cenderung melakukan usaha bunuh diri atau melukai diri sendiri secara sengaja.
g.    Kebutuhan akan variasi dan kreativitas
Hasil penelitian terhadap pria biseksual menunjukkan bahwa kebanyakan mereka menjadi biseksual karena ingin memenuhi kebutuhan akan adanya variasi dan kreativitas untuk mendapatkan kepuasan dan kenikmatan dalam melakukan hubungan seksual.
3. Deskripsi mengenai pengukuran biseksualitas
Pada tahun 1950-an Alfred Kinsey menggambarkan seksualitas manusia sebagai sebuah rangkaian yang merupakan kesatuan, bagaimana sebaiknya melihat seksualitas manusia, dan analisanya tersebut sangat berguna untuk bisa memahami seksualitas.Hal ini yang disebut dengan Skala Kinsey (The Kinsey Scale) yaitu untuk mengukur orientasi seksual.Kinsey membaginya pada skala dari angka 0 hingga 6 dalam sebuah garis horisontal. Skala yang mempunyai 7 poin tersebut memiliki penilaian 0 (heteroseksual murni) sampai 6 (homoseksual murni), sedangkan biseksual berada pada penilaian 1-5. Kemudian para peneliti seks (sexresearchers) mengembangkan skala Kinsey (0-6) untuk menggambarkan orientasi seksual sebagai satu kesatuan/rangkaian (continuum). Skala Kinsey menerangkan bahwa heteroseksual dan homoseksual bukanlah sesuatu yang bertentangan, akan tetapi merupakan dua posisi memungkinkan di dalam rangkaian preferensi / kesukaan seksual.
4. Teori model – model perilaku biseksualitas
Ada beberapa teori tentang model-model perilaku biseksual. J.R Little mengidentifikasi sedikitnya ada 13 tipe biseksual berdasarkan keinginan seksual dan pengalaman yaitu :
a)    Alternating Bisexsuals
Dapat memiliki hubungan dengan pria dan setelah hubungan tersebut berakhir, dapat memilih partner wanita (subsequentrelationship) dan dimungkinkan dapat kembali memilih partner pria pada relasi yang selanjutnya.
b)    Circumstantial Bisexuals
Heteroseksual secara primer, akan tetapi dapat memilih partner yang berjenis kelamin sama pada situasi dimana tidak terdapat akses kepada partner jenis kelamin yang lain, seperti di dalam penjara, kemiliteran, sekolah yang terpisah khusus berjenis kelamin sama.
c)    Concurrent Relationship Bisexuals
Memiliki relasi utama dengan hanya satu jenis kelamin akan tetapi memiliki relasi kasual atau relasi sekunder dengan orang dengan jenis kelamin lainnya pada satu waktu yang sama.
d)    Conditional Bisexuals
Pada dasarnya adalah seorang heteroseksual atau homoseksual murni (straight), tetapi dapat berganti kepada jenis relasi yang berbeda (jenis kelamin partner berganti) untuk keuntungan secara finansial dan karir ataupun tujuan lain yang khusus misalnya pemuda heteroseksual menjadi seorang prostitute gay, atau seorang lesbian menikah dengan pria untuk mendapatkan pengakuan/penerimaan dari anggota keluarga atau untuk mendapatkan anak.
e)    Emotional Bisexuals
Memiliki hubungan kedekatan emosional dengan pria dan wanita, akan tetapi memiliki relasi atau hubungan seksual hanya dengan satu jenis kelamin.
f)      Integrated Bisexuals
Memiliki lebih dari satu hubungan utama dengan pria maupun wanita pada satu waktu yang sama.
g)    Exploratory Bisexuals
Pada dasarnya adalah seorang heteroseksual atau homoseksual murni tetapi melakukan hubungan seksual dengan lain gender hanya untuk memuaskan rasa ingin tahu “seperti apakah rasanya”
h)    Hedonistic Bisexuals\
Pada dasarnya adalah seorang heteroseksual atau homoseksual murni tetapi kadangkala melakukan hubungan seksual dengan lain gender hanya untuk kesenangan atau murni untuk kepuasan seksual.
i)      Recreational Bisexuals
Pada dasarnya heteroseksual tetapi terlibat hubungan seksual dengan gay atau lesbi hanya ketika berada dibawah pengaruh obat dan atau alcohol.
j)      Isolated Bisexuals
100% homoseksual atau heteroseksual pada saat ini akan tetapi memiliki satu atau lebih pengalaman seksual dengan lain gender di masa lalunya.
k)     Latent Bisexuals
Homoseksual ataupun heteroseksual di dalam perlakuannya tetapi memiliki hasrat yang kuat untuk melakukan seks dengan gender lain akan tetapi tidak pernah melakukannya.
l)      Motivational Bisexuals
Wanita murni yang melakukan hubungan seksual dengan wanita lainnya karena partner prianya mendesaknya untuk melakukan hubungan seksual seperti itu dengan tujuan untuk merangsang atau menggairahkan partner pria.
m)  Traditional Bisexuals
Diidentifikasi secara temporer atau sementara sebagai biseksual ketika di dalam proses untuk menjadi homoseksual atau menjadi heteroseksual.
5. Ciri – ciri identitas biseksual
Persepsi diri adalah kunci dari identitas biseksual.Heteroseksual, homoseksual dan transeksual lebih bisa diidentifikasi dengan mudah, tidak demikian dengan biseksual.Kelompok biseksual memang tidak menampakkan secara fisik, sehingga tidak gampang dikenali.Karena itu, seseorang yang tampak sebagai pria tulen yang tampak bahagia dan harmonis dengan istri, misalnya ternyata juga berhubungan dengan pria.Bahkan seorang pria yang diketahui playboy dengan banyak pacar wanita, misalnya, ternyata berhubungan seks dengan pria.Kelompok biseksual lebih bisa diidentifikasi pada kaum homoseksual yang menikah, meskipun dalam tataran orientasi seksual, mereka tidak bisa digolongkan sebagai biseksual murni.
Seseorang baru dapat dikatagorikan sebagai biseksual apabila orientasi seksualnya diikuti dengan prilaku dan perbuatan. Artinya, ia melakukan aktivitas seksual dengan lelaki maupun dengan perempuan dalam kehidupan mereka. Inilah yang disebut sebagai prilaku biseksual sesungguhnya. Selama baru tertarik, berfantasi dan memikirkannya, ia belum seorang biseks, mungkin ia seorang hetero atau homo. Memiliki orientasi sebagai biseksual belum tentu mereka melakukan aktifitas sebagai biseksual. Sigmun Freud mengatakan, sifat biseksual bawaan dalam proses pertumbuhannya dapat ditekan (direpresi) sedemikian rupa, sehingga sifat itu tidak muncul dipermukaan.
Beberapa orang yang melakukan aktivitas seksual dengan semua jenis kelamin, tidak diidentifikasikan sebagai biseksual. Ada juga orang yang teribat di dalam aktivitas seksual sama sekali, mengatakan bahwa dirinya adalah biseksual. Beberapa orang percaya bahwa seseorang dilahirkan heteroseksual, homoseksual, atau biseksual (disebabkan karena pengaruh hormonal prenatal) dan karena itulah identitas mereka melekat/sudah menjadi sifatnya dan tidak dapat diubah. Beberapa orang lain meyakini bahwa orientasi seksual disebabkan karena sosialisasi atau hidup bermasyarakat (misalnya meniru ataupun menolak model orangtua) atau kesadaran di dalam memilih (misalnya memilih sebagai seorang lesbian sebagai bagian dari identitas atau cirri-ciri politik feminis). Ada juga yang meyakini bahwa beberapa factor diatas itu saling berkaitan karena setiap orang berbeda secara biologis, social dan budaya. Asumsi lain mengatakan bahwa biseksualitas hanyalah sebuah tahapan atau fase didalam hidup seseorang, karena manusia itu berbeda antara satu dengan yang lain, perasaan seksual dan perilaku seseorang berubah dari waktu ke waktu sehingga pembentukan identitas seksual adalah sebuah proses yang tidak pernah berhenti.
Sejak manusia secara umum dikenali sebagai heteroseksual, biseksual adalah merupakan tahapan dalam penglaman seseorang sebagai bagian dari proses pengakuan terhadap homoseksualitasnya. Banyak orang lain yang mengidentifikasikan dirinya sebagai biseksual setelah periode mempertimbangkan dalam mengenali diri sebagai homoseksual. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ron Fox pada 900 individu biseksual menemukan bahwa 1/3 dari mereka adalah homoseksual di masa lampau. Biseksualitas (seperti halnya heteroseksual dan homoseksual) dimungkinkan merupakan tahapan transisi dalam proses penemuan seksual atau sesuatu yang tetap, idenitas yang long term. Pada umumnya terdapat sedikitnya empat tahapan untuk pemahaman penuh dan rasa menjadi nyaman dengan identitas sebagai biseksual.
1.   Kebingungan terhadap orientasi seksual
Banyak orang biseksual memulai dengan perasaan kebingungan yang tentang ketertarikannya pada kedua jenis kelamin.Mempertanyakan realita yang mereka miliki, dan bertanya-tanya apakah ada sesuatu yang salah dariku?Beberapa orang menghabiskan seluruh hidupnya pada tahapan ini, menyembunyikan orientasi seksual mereka, merasa terisolasi dan sendiri dengan kekacauan di dalam dirinya atas dua hal atraksinya.Banyak orang biseksual melanjutkan hidupnya dengan mengidentifikasi dirinya sebagai seorang heteroseksual atau bahkan homoseksual untuk diterima oleh masyarakat dan membuat pengertian dirinya sendiri atas orientasi seksualnya.
2.   Penemuan the bisexual label dan memilih identitas sebagai biseksual
Hampir semua biseksual mengakui bahwa menemukan label biseksual adalah sangat penting di dalam pemahaman dan penerimaan seksual orientasi mereka. Pada umumnya pengalaman ekstrim yang mereka miliki digambarkan ketika mereka mendengar kata biseksual pada saat pertama kali karena pada akhirny mereka enemukan sebuah kata yang mencerminkan pengalaman dan perasaan mereka. Tetapi pada beberapa kondisi sterotip negatipdari biseksual sebagai promiscuous atau sebagai pembawa penyakit AIDS mencegah mereka dari identifikasi dengan label atau mengklaim hal tersebut untuk mereka sendiri. Kemudian beberapa orang biseksual menemukan definisi mereka sendiri dan membentuk gaya hidup biseksual yang cocok dengan kehidupan individual mereka.
3.   Penetapan dan pemeliharaan identitas biseksual
Bagi beberapa orang biseksual, tahapan ini adalah yang paling sulit. Secara intelektual mereka merasa nyaman dengan menjadi biseksual , akan tetapi secara emosional mereka mengalami konflik ekstrim ketika hidup di dunia nyata sebagai biseksual. Tidak jarang dicemooh oleh keluarga dan keluarga ditolak oleh pasangannya, membuat mereka berpikir bahwa membangun dan memelihara sebuah identitas biseksual memerlukan kekuatan dari dalam diri, kepercayaan diri, dan kemandirian.Biasanya mereka mengatasinya dengan membentuk komunitas mereka sendiri, menemukan teman-teman yang mau menerima dan mencintai mereka dan membentuk dinding untuk menghindari konsekuensi.
4.   Transformasi penderita
Pada umumnya orang-orang biseksual dating dan pergi (didalam benteng/dinding yang mereka bentuk sendiri) adalah merupakan proses yang terus berjalan yang selalu harus diulangi di dalam situasi social yang baru, tempat kerja, teman da pasangan. Banyak orang melihat proses ini sebagai bentuk paling penting di dalam aksi politik, membentuk peranan model yang nampak dan menyatukan komunitas biseksual. Oleh karena para biseksual mengalami kesulitan dan penderitaan di dalam tiga tahapan diatas sendiri dan didalam kesunyian atau kerahasiaan mereka menginginkan untuk membuat hal-hal tersebut menjadi lebih mudah bagi para biseksual yang lain untuk mengenali dan mendapatkan orientasi seksual mereka tanpa butuh waktu bertahun-tahun di dalam kesendirian dan kekacauan di dalam diri. Mereka mulai melibatkan diri di dalam organisasi politik biseksual sebagai cara untuk meningkatkan penampakan diri dari biseksual dan mempromosikan bisekual sebagai identitas yang aktif.
Seorang biseks temporer pada dasarnya bisa berhenti atau diberhentikan, kalau dikehendaki. Apalagi, para biseks temporer tersebut, pada umumnya, punya kesadaran dan perasaan bersalah, ketika menganggap prilaku tersebut sebagai hal yang menyimpang.


BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Seksualitas merupakan konstruksi social yang terbentuk melalui sejarah, konteks dan kebudayaan.  Seksualitas harus di pandang secara keseluruhan dalan konteks kehidupan manusia dan dalam berbagai dimensi karena pandangan tentang seksualitas mencakup siapa kita dan apa yang kita kerjakan. Kondisi seksualitas juga menunjukkan gambaran kualitas kehidupan manusia, terkait dengan perasaan paling dalam, akrab dan intim yang berasal dari lubuk hati, dapat berupa pengalaman, penerimaan dan ekspresi diri manusia sebagai mahluk seksual. Seksualitas memiliki beberapa komponen, salah satunya adalah orientasi seksual. Orientasi seksual adalah ketertarikan yang bersifat abadi (enduring) secara emosional, romantis, dan afeksional kepada manusia lain. Orientasi seksual berbeda dengan perilaku seksual, karena orientasi seksual adalah perasaan dan konsep diri, bukan perbuatan. Seseorang mungkin saja tidak melakukan kegiatan seksual yang sesuai dengan orientasi seksualnya (atau sama sekali tidak melakukan hubungan seks). Orientasi seksual seseorang dipengaruhi oleh faktor lingkungan, kognitif dan biologis.Artinya, bagaimana seseorang dibesarkan (termasuk pengalaman-pengalaman seseorang yang bersifat seksual), pola pikir orang tersebut dan struktur genetis dan hormonal yang didapat sejak seseorang berada di dalam kandungan mempengaruhi orientasi seksual seseorang. Orientasi seksual seseorang pada umumnya akan mulai muncul  pada awal-awal  masa remaja.
B.  Saran
1.   Bagi keluarga hendaknya jangan melakukan penolakan terhadap kaum biseksual.
2.   Bagi kaum biseksual dalam melakukan hubungan seksual, agar melakukannya dengan cara yang aman agar terhindar dari HIV/AIDS.









DAFTAR PUSTAKA
Alimi, M.Y., (2004), Dekonstruksi Sensualitas PosKolonial dari Wacana Bangsa Hingga Wacana Agama, Penerbit LKIS, Yogyakarta.

Feray, Jean-Claude, Herzer, Manfred.,  (1990), Homosexual Studies and Politics in the 19th Century: Karl Maria Kertbeny, Journal of Homosexuality dalamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Homoseksualitas.

Handoyo, H, (2007), Gay Pride: Homoseksual Dipicu Lingkungan dan Gaya Hidup,http://netsains.com/2007/07/gay-pride-homoseksual-dipicu-lingkungan-dan-gaya-hidup/
Kadir, A.H., (2007), Tangan Kuasa Dalam Kelamin ; Telaah Homoseks, Pekerja Seks dan Seks Bebas di Indonesia, INSISTPress, Yogyakarta.
Puspitosari, H., Pujileksono, S., (2005), WARIA dan Tekanan Sosial, Penerbit Universitas Muhammadiyah, Malang.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Efek Blog