Kamis, 17 November 2016

HUMANIORA


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat Manusia
Menurut bahasa hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Sedangkan manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Tuhan. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini.
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat bergantung metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari. Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam diri manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai). Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus (manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawah  sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis perilaku yang nampak saja. Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek. Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif mengecam pendapat yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa. Padahal berpikir, memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah fakta kehidupan manusia.
Dengan demikian, dapat disimpulkan baha hakikat manusia adalah sebagai berikut:
1.      Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2.      Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
3.      Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4.      Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai selama hidupnya.
5.      Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati.
6.      Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang sosial.

B.     Tujuan Penciptaan Manusia
Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada penciptanya, dalam hal ini yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Pengertian penyembahan kepada Tuhan tidak bisa diartikan secara sempit, dengan hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam ibadah saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia dalam hukum Tuhan dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik yamg menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan maupun manusia dengan manusia. Oleh kerena penyembahan harus dilakukan secara suka rela, karena Tuhan tidak membutuhkan sedikitpun pada manusia karena termasuk ritual-ritual penyembahannya. Penyembahan yang sempurna dari seorang manusia adalah akan menjadikan dirinya sebagai khalifah Tuhan di muka bumi dalam mengelolah alam semesta. Keseimbangan pada kehidupan manusia dapat terjaga dengan hukum-hukum kemanusiaan yang telah Tuhan ciptakan.
C.    Fungsi dan Peran Manusia
Status dasar manusia adalah sebagai khalifah. Jika khalifah diartikan sebagai penerus ajaran Tuhan maka peran yang dilakukan adalah penerus pelaku ajaran Tuhan dan sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran Tuhan. Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh Tuhan di antaranya adalah belajar, mengajarkan ilmu, dan membudayakan ilmu. Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama umat manusia dan Tuhan, serta pertanggungjawabannya pada 3 instansi yaitu pada diri sendiri, pada masyarakat, pada Tuhan semesta alam.

D.    Hakikat Manusia sebagai Makhluk Tuhan
Hakikat manusia sebenarnya adalah makhluk multi dimensiaonal karena banyaknya definisi tentang manusia. Menurut pandangan Notonegoro mengenai hakikat manusia dilihat dari kedudukan kodratnya, manusia terdiri atas dua unsur yakni sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri sekaligus sebagai makhluk Tuhan. Sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri, manusia dalam batas-batas tertentu memiliki  kemauan bebas (free-will) yang menjadikan manusia memiliki kemandirian dan kebebasan. Sebagai makhluk Tuhan, manusia tidak bisa melepaskan diri dari ketentuan-ketentuan Tuhan  (takdir-Nya).
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Karena manusia mempunyai akal dan pikiran untuk berfikir secara logis dan dinamis, dan bisa membatasi diri dengan perbuatan yang tidak harus dilakukan, dan kita bisa memilih perbuatan mana yang baik (positif) atau buruk (negatif) buat diri kita sendiri. Manusia didudukkan sesuai dengan kodrat, harkat, martabat, hak, dan kewajibannya.
1.      Kodrat manusia
Kodrat manusia adalah keseluruhan sifat-sifat sah, kemampuan atau bakat­-bakat alami yang melekat pada manusia, yaitu manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ditinjau dan kodratnya, kedudukan manusia secara pribadi antara lain sesuai dengan sifat-sifat aslinya, kemampuannya, dan bakat-bakat alami yang melekat padanya. 
2.      Harkat manusia
Harkat manusia artinya derajat manusia. Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
3.      Martabat manusia
Martabat manusia artinya harga diri manusia. Martabat manusia adalah kedudukan manusia yang terhormat sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berakal budi sehingga manusia mendapat tempat yang tinggi dibanding makhluk yang lain. Ditinjau dan martabatnya, kedudukan manusia itu lebih tinggi dan lebih terhormat dibandingkan dengan makhluk­ lainnya.
4.      Hak asasi manusia
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai anugerah dan Tuhan Yang Maha Esa, seperti hak hidup, hak milik, dan hak kebebasan atau kemerdekaan.
5.      Kewajiban manusia
Kewajiban manusia artinya sesuatu yang harus dikerjakan oleh manusia. Kewajiban manusia adalah keharusan untuk melakukan sesuatu sebagai konsekuensi manusia sebagai makhluk individu yang mempunyai hak-­hak asasi. Ditinjau dan kewajibannya, manusia berkedudukan sama, artinya tidak ada diskriminasi dalam melaksanakan kewajiban hidupnya sehari-hari.
Manusia tersusun atas dua unsur yaitu materi dan immateri, jasmani dan rohani. Unsur materi (tubuh) manusia berasal dari tanah dan roh manusia berasal dari substansi immateri. Tubuh mempunyai daya-daya fisik jasmani yaitu mendengar, melihat, merasa, meraba, mencium dan daya gerak. Sedangkan roh mempunyai dua daya yaitu daya berfikir yang disebut dengan akal yang bepusat dikepala dan daya rasa yang berpusat di hati (Rohiman Notowidagdo 1996:17).
Menurut Mustafa Zahri (1976:121) unsur immateri pada manusia terdiri dari roh, qalbu, aqal, dan nafsu. Unsur-unsur immateri manusia diuraikan sebagai berikut:
1.      Roh
Roh diartikan sebagai pemberian hidup dari Tuhan kepada manusia. Roh ini mendapat perintah dan larangan dari Tuhan. Bertanggung jawab atas segala gerak-geriknya dan memegang komando atas segala kehidupan manusia. Roh bukan jasad dan bukan pula tubuh. Keberadaannya tidak melekat pada sesuatu. Ia adalah substansi yaitu sesuatu yang berwujud dan berdiri sendiri. Hakikat roh tidak dapat diketahui oleh manusia, serta tidak dapat diukur dan dianalisis. Roh tetap hidup walaupun tubuh sudah hancur.
2.      Hati (Qalb)
Menurut Al-Ghazali, qalb memiliki dua arti yaitu arti fisik dan metafisik. Arti fisik yaitu jantung, berupa segumpal daging yang berbentuk buat memanjang yang terletak di pinggir dada sebelah kiri. Sedangkan arti metafisik, yaitu batin sebagai tempat pikiran yang sangat rahasia dan murni, yang merupakan hal yang lathif (yang halus) yang ada pada diri manusia. Qalb ini bertanggung jawab kepada Tuhan, ditegur, dimarahi serta dihukum. Qalb menjadi bahagia apabila selalu ada di sisi Tuhan dan berusaha melepaskan dari belenggu selain Tuhan. Dengan qalb manusia dapat menangkap rasa, mengetahui dan mengenal sesuatu dan pada akhirnya memperoleh ilmu  (Dawam Raharjo, 1987:7).
3.      Potensi Manusia (Akal)
Manusia memiliki sesuatu yang tidak ternilai harganya, anugerah yang sangat besar dari Tuhan, yakni akal. Sebagai makhluk yang berakal, manusia dapat mengamati sesuatu. Dalam pandangan Al-Ghazali, akal mempunyai empat pengertian yaitu:
a.       Sebutan yang membedakan manusia dengan hewan
b.      Ilmu yang lahir disaat anak mencapai usia akil balig, sehingga dapat membedakan perbuatan baik dan buruk.
c.       Ilmu-ilmu yang didapat dari pengalaman sehingga dapat dikatakan “siapa yang banyak pengalaman, maka ia ornag yang berakal”.
d.      Kekuatan yang dapat menghentikan dorongan naluriyah untuk menerawang jauh ke angkasa, mengekang dan menundukkan syahwat yang selalu menginginkan kenikmatan (Ali Gharishah. Tt: 18-19) .
4.      Nafsu
Nafsu dalam istilah psikologi lebih dikenal dengan sebutan daya karsa, dalam bentuk bereaksi, berusaha, berbuat, berkemauan, atau berkehendak. Pada prinsipnya nafsu selalu cenderung pada hal yang sifatnya keburukan, kecuali nafsu tersebut dapat dikendalikn dengan dorongan-dorongan yang lai, seperti drongan akal, dorongan hati nurani yang selalu mengacu pada petunjuk Tuhan.
Manusia adalah subjek yang memiliki kesadaran (consciousness) dan penyadaran diri (self-awarness). Karena itu, manusia adalah subjek yang menyadari keberadaannya, ia mampu membedakan dirinya dengan segala sesuatu yang ada di luar dirinya (objek). Selain itu, manusia bukan saja mampu berpikir tentang diri dan alam sekitarnya, tetapi sekaligus sadar tentang pemikirannya. Manusia berkedudukan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa maka dalam pengalaman hidupnya terlihat bahkan dapat kita alami sendiri adanya fenomena kemakhlukkan (M. I. Soelaeman: 1998). Fenomena kemakhlukan ini, antara lain berupa pengakuan atas kenyataan adanya perbedaan kodrat dan martabat manusia daripada Tuhannya. Manusia merasakan dirinya begitu kecil dan rendah di hadapan Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Manusia mengakui keterbatasan dan ketidakberdayaannya dibanding Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Perksa. Manusia serba tidak tahu, sedangkan Tuhan serba Maha Tahu. Manusia bersifat fana, sedangkan Tuhan bersifat abadi, manusia merasakan kasih sayang TuhanNya, namun ia pun tahu pedih siksaNya. Semua melahirkan rasa cemas dan takut pada diri manusia terhadap TuhanNya begitu luhur dan suci. Semua itu menggugah kesediaan manusia untuk bersujud dan berserah diri kepada PenciptaNya. Selain itu, menyadari akan Maha Kasih SayangNya sehingga kepadaNya-lah manusia berharap dan berdoa. Dengan demikian, dibalik adanya rasa cemas dan takut itu muncul pula adanya harapan yang mengimplikasikan kesiapan untuk mengambil tindakan dalam hidupnya.
Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan bertujuan untuk mencapai tujuan baik secara duniawi dan surgawi kebahagiaan itu dicapai bila manusia semakin menyempurnakan dirinya. Maka manusia secara bebas mengembangkan dirinya untuk semakin menjadi sempurna dan semakin baik. Manusia mengembangkan segi hidupnya, segi rohani, jasmani, pribadi, sosial, budaya, akal budi, emosi, religiositasnya dan semua segi itu perlu dikembangkan secara seimbang.
E.     Tanggung Jawab Manusia sebagai Makhluk Tuhan
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, dan memberikan jawab serta menanggung akibatnya. Seseorang mau bertanggung jawab karena ada kesadaran atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya sikap tanggung jawab karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam. Manusia di dalam hidupnya disamping sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu, juga merupakan makhluk sosial. Dimana dalam kehidupannya di bebani tanggung jawab, mempunyai hak dan kewajiiban, dituntut pengabdian dan pengorbanan.
Tanggung jawab itu sendiri merupakan sifat yang mendasar dalam diri manusia. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab. Inilah yang menyebabkan frekuensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda. Tanggung jawab mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perasaan. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab melainkan untuk mengisi kehidupannya. Manusia mempunyai tanggung jawab langsung kepada Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama. Dalam hubungannya dengan Tuhan,  manusia menempatkan posisinya sebagai ciptaan dan Tuhan sebagai pencipta. Posisi ini memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada Penciptanya yaitu dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan. Tugas manusia di muka bumi ini adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, serta pengolaan dan pemeliharaan alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya.  Makna yang esensial dari tanggung jawab manusia terhadap Tuhan adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan.
Beberapa tanggung jawab manusia terhadap Tuhan adalah sebagai berikut:
1.      Beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan yang dianut masing-masing.
2.      Melaksanakan segala perintahNya serta berusaha menjauhi atau meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Esa.
3.      Mengabdikan diri kepada Tuhan dengan beriman dan melakukan amalan-amalan mengikut syariat yang ditetapkan oleh agama.
4.      Mensyukuri nikmat yang telah dikaruniakanNya kepada kita semua.
5.      Menuntut ilmu dan menggunakannya untuk kebajikan (kemaslahatan) umat manusia sebagai bekal kehidupan baik didunia maupun diakhirat kelak.
6.      Menjalin tali silaturahmi atau persaudaraan guna mewujudkan kehidupan masyarakat aman, tentram, damai, dan sejahtera.
Didalam pelakasanaannya tedapat manusia yang dapat memertanggungjawabkan kewajibannya kepada Tuhan dan ada pula yang tidak. Misalkan manusia melakukan pelanggaran dari hukum-hukum yang sudah ditetapkan Tuhan. Pelanggaran dari hukum-hukum tersebut akan segera diperingatkan oleh Tuhan dan jika dengan peringatan yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraukan, maka Tuhan akan melakukan hukuman. Sebab dengan mengabaikan perintah-perintah Tuhan berarti mereka meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan manusia terhadap Tuhan sebagai Penciptanya, bahkan untuk memenuhi tanggung jawabnya, manusia perlu pengorbanan.



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, atau seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif serta mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
2.      Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada penciptanya, dalam hal ini yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Penyembahan berarti ketundukan manusia dalam hukum Tuhan dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik yamg menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan maupun manusia dengan manusia.
3.      Status dasar manusia adalah sebagai khalifah. Jika khalifah diartikan sebagai penerus ajaran Tuhan maka peran yang dilakukan adalah penerus pelaku ajaran Tuhan dan sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran Tuhan. Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh Tuhan di antaranya adalah belajar, mengajarkan ilmu, dan membudayakan ilmu.
4.      Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Karena manusia mempunyai akal dan pikiran untuk berfikir secara logis dan dinamis. Manusia didudukkan sesuai dengan kodrat, harkat, martabat, hak, dan kewajibannya.
5.      Manusia mempunyai tanggung jawab langsung kepada Tuhan. Salah satunya yaitu beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan yang dianut masing-masing.
B.     Saran
1.      Diharapkan mahasiswa dapat memahami hakikat manusia sebagai makhluk Tuhan yang akhirnya menuju pada tujuan penciptaan manusia untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.      Diharapkan mahasiswa dapat memahami peran dan fungsi manusia sebagai makhluk Tuhan sehingga dapat menjalankan peran dan fungsinya sebagai makhluk Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
3.      Diharapkan mahasiswa dapat memahami tanggung jawab manusia sebagai makhluk Tuhan, sehingga segala tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan.


4.       
DAFTAR PUSTAKA
Dardiri, Achmad. 2010. Urgensi Memahami Hakikat Manusia Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, online (URGENSI_MEMAHAMI_HAKEKAT_MANUSIA.pdf). Diakses pada Minggu, 04 September 2016.
Elmubarok, Zaim, dkk. 2012. Islam Rahmatan lil’alamin. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press
Hambali, Muhammad. BAB IV Hakikat Manusia Menurut Islam, online (4_BAB_IV_HAKEKAT_MANUSIA_MENURUT_ISLAM.pdf). Diakses pada 04 September 2016.
Munib, Achmad, dkk. 2010. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang : Universitas Negeri Semarang
Tim Penyusun
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Efek Blog