BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Manusia
Menurut bahasa hakikat berarti kebenaran atau sesuatu yang
sebenar-benarnya atau asal segala sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu
adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa sesuatu. Sedangkan manusia
adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Tuhan. Kesempurnaan
yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka
sebagai khalifah di muka dumi ini.
Membicarakan
tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat bergantung metodologi
yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari. Para penganut teori
psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk berkeinginan).
Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku interaksi antara
komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam diri
manusia tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus
(manusia mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme
(aliran yang menganalisa jiwa manusia berdasarkan laporan subjektif dan
psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak nampak). Behavior yang
menganalisis perilaku yang nampak saja. Menurut aliran ini segala tingkah laku
manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran terhadap lingkungannya,
tidak disebabkan aspek. Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai
homo sapiens (manusia berpikir). Menurut aliran ini manusia tidak di pandang
lagi sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif pada lingkungannya, makhluk
yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif mengecam pendapat yang cenderung
menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi peristiwa.
Padahal berpikir, memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah fakta
kehidupan manusia.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan baha hakikat manusia adalah sebagai berikut:
1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam
yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2. Individu yang memiliki sifat
rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
3. Seseorang yang mampu mengarahkan
dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu
menentukan nasibnya.
4. Makhluk yang dalam proses menjadi
berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai selama hidupnya.
5. Individu yang dalam hidupnya selalu
melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang
lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati.
6. Individu yang mudah terpengaruh oleh
lingkungan terutama dalam bidang sosial.
B. Tujuan
Penciptaan Manusia
Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada
penciptanya, dalam hal ini yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Pengertian penyembahan
kepada Tuhan tidak bisa diartikan secara sempit, dengan hanya membayangkan
aspek ritual yang tercermin dalam ibadah saja. Penyembahan berarti ketundukan
manusia dalam hukum Tuhan dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik yamg
menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan maupun manusia dengan manusia. Oleh
kerena penyembahan harus dilakukan secara suka rela, karena Tuhan tidak
membutuhkan sedikitpun pada manusia karena termasuk ritual-ritual
penyembahannya. Penyembahan yang sempurna dari seorang manusia adalah akan
menjadikan dirinya sebagai khalifah Tuhan di muka bumi dalam mengelolah alam
semesta. Keseimbangan pada kehidupan manusia dapat terjaga dengan hukum-hukum
kemanusiaan yang telah Tuhan ciptakan.
C. Fungsi
dan Peran Manusia
Status dasar manusia adalah sebagai khalifah. Jika khalifah
diartikan sebagai penerus ajaran Tuhan maka peran yang dilakukan adalah penerus
pelaku ajaran Tuhan dan sekaligus menjadi pelopor membudayakan ajaran Tuhan.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan
oleh Tuhan di antaranya adalah belajar, mengajarkan ilmu, dan membudayakan
ilmu. Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama umat
manusia dan Tuhan, serta pertanggungjawabannya pada 3 instansi yaitu pada diri
sendiri, pada masyarakat, pada Tuhan semesta alam.
D. Hakikat Manusia sebagai Makhluk
Tuhan
Hakikat
manusia sebenarnya adalah makhluk multi dimensiaonal karena banyaknya definisi
tentang manusia. Menurut pandangan Notonegoro mengenai hakikat manusia dilihat
dari kedudukan kodratnya, manusia terdiri atas dua unsur yakni sebagai makhluk
pribadi berdiri sendiri sekaligus sebagai makhluk Tuhan. Sebagai makhluk
pribadi berdiri sendiri, manusia dalam batas-batas tertentu memiliki kemauan bebas (free-will) yang
menjadikan manusia memiliki kemandirian dan kebebasan. Sebagai makhluk Tuhan,
manusia tidak bisa melepaskan diri dari ketentuan-ketentuan Tuhan (takdir-Nya).
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa paling
sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Karena manusia mempunyai akal dan
pikiran untuk berfikir secara logis dan dinamis, dan bisa membatasi diri dengan
perbuatan yang tidak harus dilakukan, dan kita bisa memilih perbuatan mana yang
baik (positif) atau buruk (negatif) buat diri kita sendiri. Manusia didudukkan
sesuai dengan kodrat, harkat, martabat, hak, dan kewajibannya.
1.
Kodrat manusia
Kodrat manusia adalah keseluruhan sifat-sifat sah, kemampuan
atau bakat-bakat alami yang melekat pada manusia, yaitu manusia sebagai makhluk
pribadi sekaligus makhluk sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ditinjau dan
kodratnya, kedudukan manusia secara pribadi antara lain sesuai dengan
sifat-sifat aslinya, kemampuannya, dan bakat-bakat alami yang melekat padanya.
2.
Harkat manusia
Harkat manusia artinya derajat manusia. Harkat manusia
adalah nilai manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
3.
Martabat manusia
Martabat manusia artinya harga diri manusia. Martabat
manusia adalah kedudukan manusia yang terhormat sebagai makhluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa yang berakal budi sehingga manusia mendapat tempat yang tinggi
dibanding makhluk yang lain. Ditinjau dan martabatnya, kedudukan manusia itu
lebih tinggi dan lebih terhormat dibandingkan dengan makhluk lainnya.
4.
Hak asasi manusia
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap
manusia sebagai anugerah dan Tuhan Yang Maha Esa, seperti hak hidup, hak milik,
dan hak kebebasan atau kemerdekaan.
5.
Kewajiban manusia
Kewajiban manusia artinya sesuatu yang harus dikerjakan oleh
manusia. Kewajiban manusia adalah keharusan untuk melakukan sesuatu sebagai
konsekuensi manusia sebagai makhluk individu yang mempunyai hak-hak asasi.
Ditinjau dan kewajibannya, manusia berkedudukan sama, artinya tidak ada
diskriminasi dalam melaksanakan kewajiban hidupnya sehari-hari.
Manusia tersusun atas dua unsur yaitu materi dan immateri,
jasmani dan rohani. Unsur materi (tubuh) manusia berasal dari tanah dan roh
manusia berasal dari substansi immateri. Tubuh mempunyai daya-daya fisik
jasmani yaitu mendengar, melihat, merasa, meraba, mencium dan daya gerak.
Sedangkan roh mempunyai dua daya yaitu daya berfikir yang disebut dengan akal
yang bepusat dikepala dan daya rasa yang berpusat di hati (Rohiman Notowidagdo
1996:17).
Menurut
Mustafa Zahri (1976:121) unsur immateri pada manusia terdiri dari roh, qalbu,
aqal, dan nafsu. Unsur-unsur immateri manusia diuraikan sebagai berikut:
1.
Roh
Roh diartikan sebagai pemberian hidup dari Tuhan kepada
manusia. Roh ini mendapat perintah dan larangan dari Tuhan. Bertanggung jawab
atas segala gerak-geriknya dan memegang komando atas segala kehidupan manusia.
Roh bukan jasad dan bukan pula tubuh. Keberadaannya tidak melekat pada sesuatu.
Ia adalah substansi yaitu sesuatu yang berwujud dan berdiri sendiri. Hakikat
roh tidak dapat diketahui oleh manusia, serta tidak dapat diukur dan
dianalisis. Roh tetap hidup walaupun tubuh sudah hancur.
2.
Hati (Qalb)
Menurut Al-Ghazali, qalb memiliki dua arti
yaitu arti fisik dan metafisik. Arti fisik yaitu jantung, berupa segumpal
daging yang berbentuk buat memanjang yang terletak di pinggir dada sebelah
kiri. Sedangkan arti metafisik, yaitu batin sebagai tempat pikiran yang sangat
rahasia dan murni, yang merupakan hal yang lathif (yang halus) yang ada pada diri
manusia. Qalb ini bertanggung jawab kepada Tuhan, ditegur, dimarahi serta
dihukum. Qalb menjadi bahagia apabila selalu ada di sisi Tuhan dan berusaha
melepaskan dari belenggu selain Tuhan. Dengan qalb manusia dapat menangkap
rasa, mengetahui dan mengenal sesuatu dan pada akhirnya memperoleh
ilmu (Dawam Raharjo, 1987:7).
3.
Potensi Manusia (Akal)
Manusia memiliki sesuatu yang tidak ternilai harganya,
anugerah yang sangat besar dari Tuhan, yakni akal. Sebagai makhluk yang
berakal, manusia dapat mengamati sesuatu. Dalam pandangan Al-Ghazali, akal
mempunyai empat pengertian yaitu:
a. Sebutan yang membedakan manusia
dengan hewan
b. Ilmu yang lahir disaat anak mencapai
usia akil balig, sehingga dapat membedakan perbuatan baik dan buruk.
c. Ilmu-ilmu yang didapat dari
pengalaman sehingga dapat dikatakan “siapa yang banyak pengalaman, maka ia
ornag yang berakal”.
d. Kekuatan yang dapat menghentikan
dorongan naluriyah untuk menerawang jauh ke angkasa, mengekang dan menundukkan
syahwat yang selalu menginginkan kenikmatan (Ali Gharishah. Tt: 18-19) .
4. Nafsu
Nafsu dalam istilah psikologi lebih dikenal dengan sebutan
daya karsa, dalam bentuk bereaksi, berusaha, berbuat, berkemauan, atau
berkehendak. Pada prinsipnya nafsu selalu cenderung pada hal yang sifatnya
keburukan, kecuali nafsu tersebut dapat dikendalikn dengan dorongan-dorongan
yang lai, seperti drongan akal, dorongan hati nurani yang selalu mengacu pada
petunjuk Tuhan.
Manusia adalah subjek yang memiliki
kesadaran (consciousness) dan penyadaran diri (self-awarness). Karena itu,
manusia adalah subjek yang menyadari keberadaannya, ia mampu membedakan dirinya
dengan segala sesuatu yang ada di luar dirinya (objek). Selain itu, manusia
bukan saja mampu berpikir tentang diri dan alam sekitarnya, tetapi sekaligus
sadar tentang pemikirannya. Manusia berkedudukan sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa maka dalam pengalaman hidupnya terlihat bahkan dapat kita alami
sendiri adanya fenomena kemakhlukkan (M. I. Soelaeman: 1998). Fenomena
kemakhlukan ini, antara lain berupa pengakuan atas kenyataan adanya perbedaan
kodrat dan martabat manusia daripada Tuhannya. Manusia merasakan dirinya begitu
kecil dan rendah di hadapan Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Manusia
mengakui keterbatasan dan ketidakberdayaannya dibanding Tuhan Yang Maha Kuasa
dan Maha Perksa. Manusia serba tidak tahu, sedangkan Tuhan serba Maha Tahu.
Manusia bersifat fana, sedangkan Tuhan bersifat abadi, manusia merasakan kasih
sayang TuhanNya, namun ia pun tahu pedih siksaNya. Semua melahirkan rasa cemas
dan takut pada diri manusia terhadap TuhanNya begitu luhur dan suci. Semua itu
menggugah kesediaan manusia untuk bersujud dan berserah diri kepada
PenciptaNya. Selain itu, menyadari akan Maha Kasih SayangNya sehingga
kepadaNya-lah manusia berharap dan berdoa. Dengan demikian, dibalik adanya rasa
cemas dan takut itu muncul pula adanya harapan yang mengimplikasikan kesiapan
untuk mengambil tindakan dalam hidupnya.
Manusia sebagai makhluk ciptaan
tuhan bertujuan untuk mencapai tujuan baik secara duniawi dan surgawi kebahagiaan
itu dicapai bila manusia semakin menyempurnakan dirinya. Maka manusia secara
bebas mengembangkan dirinya untuk semakin menjadi sempurna dan semakin baik.
Manusia mengembangkan segi hidupnya, segi rohani, jasmani, pribadi, sosial,
budaya, akal budi, emosi, religiositasnya dan semua segi itu perlu dikembangkan
secara seimbang.
E. Tanggung Jawab Manusia sebagai
Makhluk Tuhan
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah
keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab adalah
berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, dan
memberikan jawab serta menanggung akibatnya. Seseorang mau bertanggung jawab
karena ada kesadaran atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan
atas kepentingan pihak lain. Timbulnya sikap tanggung jawab karena manusia itu
hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam. Manusia di dalam
hidupnya disamping sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu, juga merupakan
makhluk sosial. Dimana dalam kehidupannya di bebani tanggung jawab, mempunyai
hak dan kewajiiban, dituntut pengabdian dan pengorbanan.
Tanggung jawab itu sendiri merupakan sifat yang mendasar
dalam diri manusia. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik
bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam
diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari
kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab. Inilah yang menyebabkan frekuensi tanggung jawab
masing-masing individu berbeda. Tanggung jawab mempunyai kaitan yang sangat
erat dengan perasaan. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajibannya.
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah
tanpa tanggung jawab melainkan untuk mengisi kehidupannya. Manusia mempunyai
tanggung jawab langsung kepada Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa
lepas dari hukum-hukum Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui
berbagai macam agama. Dalam
hubungannya dengan Tuhan, manusia menempatkan posisinya sebagai
ciptaan dan Tuhan sebagai pencipta. Posisi ini memiliki konsekuensi adanya
keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada Penciptanya yaitu dengan
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus
dipertanggungjawabkan dihadapan Tuhan. Tugas manusia di muka bumi ini adalah
tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, serta pengolaan dan pemeliharaan
alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia
menjadi khalifah memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka
bumi. Kekuasaan yang diberikan manusia bersifat kreatif yang memungkinkan
dirinya mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk
kepentingan hidupnya. Makna yang esensial
dari tanggung jawab manusia terhadap Tuhan adalah ketaatan, ketundukan, dan
kepatuhan.
Beberapa tanggung jawab manusia terhadap Tuhan adalah
sebagai berikut:
1. Beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan yang dianut masing-masing.
2. Melaksanakan segala perintahNya
serta berusaha menjauhi atau meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Tuhan
Yang Maha Esa.
3. Mengabdikan diri kepada Tuhan dengan
beriman dan melakukan amalan-amalan mengikut syariat yang ditetapkan oleh
agama.
4. Mensyukuri nikmat yang telah
dikaruniakanNya kepada kita semua.
5. Menuntut ilmu dan menggunakannya
untuk kebajikan (kemaslahatan) umat manusia sebagai bekal kehidupan baik
didunia maupun diakhirat kelak.
6. Menjalin tali silaturahmi atau
persaudaraan guna mewujudkan kehidupan masyarakat aman, tentram, damai, dan
sejahtera.
Didalam pelakasanaannya tedapat manusia yang dapat
memertanggungjawabkan kewajibannya kepada Tuhan dan ada pula yang tidak. Misalkan
manusia melakukan pelanggaran dari hukum-hukum
yang sudah ditetapkan Tuhan. Pelanggaran
dari hukum-hukum tersebut akan segera diperingatkan oleh Tuhan dan jika dengan
peringatan yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraukan, maka Tuhan akan
melakukan hukuman. Sebab dengan mengabaikan perintah-perintah Tuhan berarti
mereka meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan manusia terhadap
Tuhan sebagai Penciptanya, bahkan untuk memenuhi tanggung jawabnya, manusia
perlu pengorbanan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manusia pada hakikatnya adalah
makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, atau seseorang yang mampu mengarahkan dirinya
ke tujuan yang positif serta mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu
menentukan nasibnya.
2. Tujuan penciptaan manusia adalah
menyembah kepada penciptanya, dalam hal ini yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Penyembahan berarti ketundukan manusia dalam hukum Tuhan dalam menjalankan
kehidupan di muka bumi, baik yamg menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan
maupun manusia dengan manusia.
3. Status dasar manusia adalah sebagai
khalifah. Jika khalifah diartikan sebagai penerus ajaran Tuhan maka peran yang
dilakukan adalah penerus pelaku ajaran Tuhan dan sekaligus menjadi pelopor
membudayakan ajaran Tuhan. Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah
sebagaimana yang ditetapkan oleh Tuhan di antaranya adalah belajar, mengajarkan
ilmu, dan membudayakan ilmu.
4. Manusia merupakan makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Karena
manusia mempunyai akal dan pikiran untuk berfikir secara logis dan dinamis.
Manusia didudukkan sesuai dengan kodrat, harkat, martabat, hak, dan
kewajibannya.
5. Manusia mempunyai
tanggung jawab langsung kepada Tuhan. Salah satunya yaitu beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan yang dianut masing-masing.
B. Saran
1.
Diharapkan
mahasiswa dapat memahami hakikat manusia sebagai makhluk Tuhan yang akhirnya
menuju pada tujuan penciptaan manusia untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
2.
Diharapkan
mahasiswa dapat memahami peran dan fungsi manusia sebagai makhluk Tuhan
sehingga dapat menjalankan peran dan fungsinya sebagai makhluk Tuhan dalam
kehidupan sehari-hari.
3.
Diharapkan
mahasiswa dapat memahami tanggung jawab manusia sebagai makhluk Tuhan, sehingga
segala tindakan manusia tidak bisa lepas dari
hukum-hukum Tuhan.
4.
DAFTAR
PUSTAKA
Dardiri, Achmad. 2010. Urgensi Memahami Hakikat Manusia Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, online
(URGENSI_MEMAHAMI_HAKEKAT_MANUSIA.pdf). Diakses pada Minggu, 04 September 2016.
Elmubarok, Zaim, dkk. 2012. Islam Rahmatan lil’alamin.
Semarang: Universitas Negeri Semarang Press
Hambali, Muhammad. BAB IV Hakikat Manusia Menurut Islam,
online (4_BAB_IV_HAKEKAT_MANUSIA_MENURUT_ISLAM.pdf). Diakses pada 04 September
2016.
Munib, Achmad, dkk. 2010. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang :
Universitas Negeri Semarang
Tim Penyusun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar