Rabu, 09 November 2016

SKENARIO PEMBELAJARAN

Pengemasan Perangkat Skenario Pembelajaran (SP)
Pertemuan Ke-3
1.    Identitas Perguruan Tinggi
a.    Perguruan Tinggi             : Akbid Madani Sinjai
b.    Fakultas                           : Kesehatan
c.    Prodi                                 : Kebidanan
2.    Identitas Mata Kuliah
a.    Nama Mata Kuliah         : Konsep Kebidanan
b.    Kode Mata Kuliah          : BD. 611
c.    Semester                         : Ganjil (III)
d.    Bobot SKS                      : 4 (T:2, P:2)
3.    Dosen Pengampuh                       : Amalia Zahra
4.    Pelaksana Pembelajaran
a.    Hari                                  : Rabu
b.    Kelas                                : B
c.    Pukul                                : 10.00 – 13.00 Wita
5.    Mata Kuliah Prasyarat       :
6.    Status Mata Kuliah             : wajib
7.    Substansi Kajian                : Sejarah Kebidanan
8.    Kompetensi Utama
a.    Mampu berperilaku professional, beretika dan bermoral serta tanggap terhadap nilai sosial budaya dalam praktek kebidanan.
b.      Kompetensi Dasar:
3.2.1           Menjelaskan sejarah kebidanan umum
c.      Indikator
3.2.2.1       Menjelaskan sejarah ilmu kebidanan.
3.2.2.2      Menjelaskan sejarah perkembangan kebidanan di luar negeri.
3.2.2.3      Menjelaskan tentang sejarah perkembangan kebidanan di luar negeri.
3.2.2.4      Menjelaskan sejarah pendidikan kebidanan di Indonesia era tahun 2000
9.    Metode / Model Pembelajaran
a.    Metode Pembelajara
     Ceramah, diskusi, tugas dan demonstrasi
b.    Model Pembelajaran
1.  Pembelajaran Langsung
2.  Pemecahan Masalah
10. Uraian Materi
A.   Sejarah Ilmu Kebidanan
Sejarah dalam evolusi manusia di dunia terdapat kepercayaan kehidupan manusia serta alam di sekitarnya dikuasai oleh kekuatan-kekuatan gaib. Kekuatan-kekuatan ini dapat mempuna pengaruh baik dan buruk atas keselamatan manusia termaksud kesehatannya.
Akan tetapi disamping adanya kepercayaan yang diuraikan di atas, manusia dianugerahi daaya berfikir, untuk menghubungkan apa yang dialami dengan apa yang dipikirkan, serta daya untuk mengumpulkan dan menyimpan pengalaman-pengalaman dalam ingatannya. Daya ini memungkinkan dia untuk menambah pengetahuan mengenai anatomi dan fungsi berbagai alat dalam tubuh manusia.
Seiring dengan adanya perkembangan ini, dikenalkan dan diakui oleh masyarakat dokter, yang mana para dokter pria menjalankan praktek praktek kedokteran terhadap beraneka ragam penyakit, sedangkan pertolongan pada wanita dalam masa kehamilan dan persalinan diserahkan pada wanita penolong persalinan.
Wanita-wanita yang memberi pertolongan pada kehamilan dan persalinan umumnya tidak memiliki pengetahuan tertentu tentang kebidanan. Mereka memperoleh pengetahuannya dari penolong-penolong persalinan lain yang menjadi gurunya dan dari apa yang merek alami dalam praktek sehari-hari.
Seiring dengan lebih mendalamnya pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi alat-alat kandungan, fisiologi dan patologi ilmu persalinan, maka ilmu kebidanan berhasil mencapai kedudukan sebagai ilmu tersendiri.
Sementara itu dirasakan perlu utnuk menyempurnakan pendidikan para wanita yang memberi pertolongan dan persalinan. Pada tahun 1513 Eucharius Roeslin menerbitkan buku pelajaran untuk menolong persalinan.
Perkembangan baru, yangberdasarkan atas kemajuan pengetahuan dalam fisiologi dan patologi ilmu kebidanan, dimulai dalam abad ke-19 dan sampai sekarang ini. Lintasan sejarah perkembangan ilmu kebidanan di Indonesia dikemukakan oleh Prof. Muhammad Toha, guru besar kebidanan di UNAIR yang merupakan perintis pendidikan bidan di Indonesia.
Saat ini aalah tepat untuk memulainya ilmu kebidanan ang mumcul sebagai pernyataan umum bahwa ilmu kebidanan adalah elemen yang esensial dalam kebidanan (Silverton, 1993) memahami ilmu dalam kebidanan berdampak pada kualitas pelayanan karena merupakan suatu tantangan bagi bidan ntuk menguji teori-teori yang berhubungan dengan prakteknya (Bryar, 1995).
Teori dibutuhkan oleh seorang bidan untuk memusatkan perhatian pada asuhan aktual yang diberikannya, sehingga kuaitas dari asuhannya akan meningkat (Siddiqiu, 1994) diyakini bahwa bagian dari asuhan kebidanan yang efektif dibuthkan untuk penelitian dalam perspektif fenomena logika untuk membantu mengidentifikasi pengetahuan kebidanan.
Selalu ada keengganan pada sebagian bidan untuk menerima dan menerapkan ideology perawat pada praktek kebidanan (Henderson, 1990). Bagaimana pun seorang bidan memandang kehamilan, persalinan dan kelahiran adalah sebagai suatu proses yang alamiah.
Di beberapa Negara, misalnya di Britain bidan disana adalah seorang perawat juga, sehingga tak bias disangkal bahwa praktek kebidanan telah terpengaruhi oleh keperawatan ( Kitzinger, 1998). Keterlibatan ini kadang menyinggung tapi keperawatan bukan satu-satu ya bidang yang mempengaruhi praktek kebidanan. Mungkin kita harus menyelidiki dan menggali apa yang istimewa pada kebidanan yang membuatnya beda dengan keperawatan. Memang keperawatan dan kebidanan berhubungan erat dan nampaknya keduanya menjawab pertanyaan yang sama dan pada waktu yang sama pula mencoba memperluas dasar pengetahuan teori mereka masing-masing (caper, 1978; Bryar, 1995).
Untuk itu penelidikan  yang telah dilakukan oleh Carper (1978) dan Siddiqiu (1994), dapat mendorong bidan untuk mendapat pengetahuan dan bentuk-bentuk pengetahuan yang unik lainnya yang belum diketahui dalam kebidanan 
1.    Sejarah Perkembangan Bidan Di Luar Negeri
Sebelum kita mempelajari ilmu kebidanan, sejarah kebidanan perlu diketahui agar dapat : mengetahui keadaan zaman dahulu, mengetahui kesullitan-kesulitan zaman dahulu, membandingkan keadaan zaman dahulu dan sekarang, memilih dari praktek-praktek dan pengalaman di masa lampau yang baik dan membuang yang kurang baik, mengetahui perkembangan praktek kebidanan sehingga didapatkan keahlian pada tingkat sekarang ini.
Pada zaman dahulu manusia diartikan “Sebagai hokum keajaiban alam yang besar”. Setelah pengetahuan lebih maju arti kelahiran manusia berubah menjadi “hokum alam bagi makhluk yang berlainan jenis sebagai akibat hawa nafsunya”. Setelah pengetahuan lebih maju lagi, kebidanan adalah ilm yang mempelajari manusia mulai dari kandungan sampai melahirkan.
Kata obstetric ialah obsto dari bahasa lain yang artinya mendampingi, sebab wanita yang akan bersalin selalu harus didampingi dan ditolong oleh wanita lain. Kemudian kata asal obsto dipakai dalam berbagai bahasa, seperti: obstetricius dalam bahasa yunani; obstare dalam bahasa Perancis; obstetrie dalam bahasa Belanda; obstretric dalam bahasa inggris
1.     Cara-cara Persalinan
    Beberapa contoh cara persalinan zaman dahulu antara lain:
a)  Persalinan lama pada umumnya dilakukan dengan duduk berjongkok seprti hendak buang air besar kecuali bila ada kelainan-kelainan, misalnya apabila anak tidak mau keluar.
b)    Wanita yang akan bersalin disuruh duduk di tengah lapangan kemudian datanglah seorang yang gagah dengan mengendarai kuda dan kuda itu diarahkan kepada wanita yang akan bersalin karena terkejut dan takut, wanita tersebut akan berlari-lari, karena itulah anak akan cepat lahir.
c)    Orang yang sedang bersalin disuruh berdiri dan memegangbahu dukun yang akan menolongnya, kemudian tangan dukun memegang dan memeras tangan penderita, kepala dukun menekan perut penderita.
d)    Wanita yang akan bersalin diasingkan dari masyarakat dengan membuat rumah kecil di ladang yang jauh dari kampong.
e)   Wanita yang akan bersalin pergi ke bawah sebatang pohon. Wanita itu diikat di bawah ketiaknya dan ujung tali yang lain dinaikkan di atas pohon yang kemudian ditarik oleh beberapa penolong.
f)    Persalinan dianggap aktivitas dari bayi, maka diadakan daya penarik yang kuat agar bayi mau keluar dari dalam kandungan, sehingga wanita yang akan melahirkan dinyanyikan lagu-lagu merdu, mengucapkan kata-kata mesra.

2.     Perkembangan Kebidanan
    Pelopor-pelopor yang berjasa dalam perkembangan kebidanan ialah:
a.    Hipocrates dari yunani yang hidup diantara tahun 460-370 SM, beliau mendapat sebutan kehormatan bapak pengobatan, beliau mengajurkan agar wanita yang sedang bersalin ditolong dengan dasar perikemanusiaan dan meringankan penderitaan ibu. Beliau mengajurkan pula wagar wanita yang bersalin mendapatkan perawatan selanjutnya.
b.    Soranus yang hidup pada tahun 98-138 SM. Beliau berasal dari Ephesus/Turki (bapak kebidanan). Beliau juga berpendapat bahwa seorang bidan hendaknya seorang ibu yang telah mengalami sendiri kelahiran bayi, ibu yang tidak takut akan hantu serta merta menjauhkan ketahayulan.
c.  Ambroise Pare yang hidup pada tahun 1510-1590, beliau menemukan versi ekstraksi untk persalinan sungsang.
d.    Francois Mauriceau, beliau ahli kebidanan tersohor yang menemukan suatu cara untuk melahirkan kepala dengan letak sungsang.
e.   William Smelie hidup dalam tahun 1697-1763, beliau adalah seorang dokter biasa di London yang berpengaruh terhadap majunya kebidanan di Perancis dan kemudian pergi ke Perancis untuk memperdalam ilmu kebidanan.
f.   William Mellie beliau mengubah bentuk cunam serta menulis buku mengenai pemasangan cunam dengan keterangan yang lengkap, ukuran-ukuran panggulserta perbedaan panggul sempit dan panggul biasa.
g.  Prof. James 1810 yang pertama kali mengajukan partus bantuan pada bayi prematurbila panggul ibunya sempit.
h.    Dr. Samuel Bard, hidup oada tahun 1742-1821. Menulis dalam bukunya tentang cara pengukuran conjugate diagonalis, kelainan-kelainan panggul, melarang pemeriksaan dalam bila tidak ada indikasi, menasehatkan jangan menarik tali pusat untuk mencegah terjadinya inversio uteri, mengajarkan bahwa letak muda dapat lahir spontan, dan melarang pemakaian cunam yang berulang-ulang karena banyak menimbulkan kerugian.
i.      Peter III Chamberiein (hidup tahun 1601-1683) tahun 1647 beliau menemukan alat untuk cunam untuk menolong persalinan yang sukar.
j.  Caesar dari Romawi, untuk menolong kelahiran yang sulit lahir dengan membedah perut ibunya atau dikenal dengan nama pertolongan persalinan dengan section cesaria. Sectie yang artinya pembedahan, sedangkan cesaria artinya cesus atau pembedahan, dalam undang-undang Caesar Romawi bahwa wanita hamil yang meninggal harus dibedah untuk mengeluarkan bayinya.
3.     Kemajuan Kebidanan
    William Harvey hidup pada tahun 1578-1657 menyelidiki dan menemukan fisiologi dari placenta dan selaput janin. Arantius seorang guru besar dari Italia menemukan suatu duktus/pembuluh darah sementara pada janin yang menghubungkan vena umbilicalis dengan vena cava inferior. Fallopius seorang guru besar dari Italia, menemukan saluran sel telur yang terletak antara uterus dan ovarium disebut dengan Tuba Fallopi. Bondela C.Gue, dari perancis hidup pada tahun 1745-1810, beliau mempelajari tentang panggul dan menemukan ukura-ukuran panggul. Hugh I-Hodge, menemukan bidang-bidang dalam panggul.

B.    Sejarah Perkembangan Bidan Di Dalam Negeri
1.  Tahun 1807, zaman Gubernur Jenderal Hendrik William Deandels, para dukun ditarik untuk pertolongan bersalin.
2.    Tahun 1849 dibuka pendidikan dokter Jawa di Batavia (RS Militer Belanda RSPAD Gatot Subroto)
3.    Tahun 1815 dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (dr. W. Boch)
4.    Tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara formal. Tahun 1953 dilakukan kursus tambahan bidan di Yogyakarta. Seiring dengan pelatihan itu didirikan BKIA bidan sebagai penanggungjawab. Tahun 1957 dari BKIA ini menjdai pelayanan terintegrasi kepada masyarakat yang dinamakan puskesmas.
5.  Pelayanan puskesmas dilaksanakan di luar dan didalam gedung, memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak, KB dan posyandu, posyandu mencakup ANC, KB, Imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan.
6. Tahun 1992 atau instruksi lisan presiden pada siding cabinet 1992 tentang perlunya mendidik bidan dan menempatkan bidan di desa. Bidan di RS berorientasi pada individu sedangkan bidan di desa berorientasi pada kesehatan masyarakat. Bidan di desa tugasnya sebagai pelaksana KIA, ANC, bersalin, nifas, BBL, dan pembinaan dukun bayi. Bidan di RS memberikan pelayanan di Poliklinik antenatal, gangguan kesehatan reproduksi, KB, senam hamil, pendidikan perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal.
7. Tahun 1994 konferensi kependidikan di Kairo tentang kesehatan reproduksi memperluas garapan pelayanan bidan, safe motherhood, bayi lahir dan perawatan abortus, Family planning, kesehatan reproduksi remaja, kesehatan reproduksi orang tua (lansia). Kewenangan bidan diatur dalam PerMenkes No. 5380/IX/1963, wewenang bidan terbatas pada pertolongan normal secara mandiri, didampingi tugas lain.
Perkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan.
1.    Tahun 1851 seorang dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch) membuka pendidikan bidan lagi bagi wanita pribumi di Batavia (tidak bertahan lama). Tahun 1902 pendidikan bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi di rumah sakit militer Batavia.
2. Tahun 1904 pendidikan bidan bagi wanita Indonesia dibuka di Makassar. Bersedia ditempatkan dimana saja, mendapat tunjangan dari pemerintah 15-25 Gulden/bulan.
3. Tahun 1911/1912 dimulai pendidikan tenaga keperawatan selama 4 tahun di BZ(RSUP/RSCM) Semarang dan Batavia calon yang diterima dan lulus HIS (SD 7 th) peserta didiknya pria. Tahun 1914 diterima peserta didik wanita yang dimana mereka setelah mengikuti ini dapat melanjutkan ke sekolah bidan.
4.  Tahun 1935-1938 pemerintah Belanda mendirikan sekolah bidan lulusan Mulo (setara SLTP). Tahun 1935-1938 dibuka sekolah bidan (RS Budi Kemulian) oleh pribumi. Bidan palang-palang di Jakarta dan Mardiwaluyo di Semarang. Bidan Mulo bidan kelas I dan HIS bidan kelas II.
5.    Tahun 1950-1953 dibuka sekolah bidan dari lulsan SMP minimal 17 tahun lama pendidikan 3 tahun. Juga dibuka pendidikan pembantu bidan lulusan SMP penjenjang kesehatan E pada tahun 1976 setelah itu ditutup.
6.   Tahun 1955 dibuka kursus tambahan bidan(KTB) di Yogyakarta 7 s/d 12 minggu. Tahun 1960 KTB dipindahkan ke Jakarta tujuan ini untuk mempekenalkan kepada lulusan bidan mengenai perkembangan program KIA sebelum terjun ke masyarakat. Tahun 1967 KTB ditutup. Pada tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan dan perawat dan guru kesehatan masyarakat di Bandung. Lama pendidikan 1 tahun kemudian menjadi 2 tahun dan terakhir menjadi 2 tahun.
7.  Tahun 1972 pendidikan ini dilebur menjadi sekolah perawat (SPG). Tahun 1970 dibuka program pendidikan kebidanan menerima lulusan di sekolah pengatur perawat ditambah 2 pendidikan tersebut sekolah pendidikan lanjutan jurusan kebidanan (SPLJK). Tahun 1974 sekolah bidan ditutup dan dibuka sekolah perawat kesehatan (SPK). Tahun 1981 untuk meningkatkan kemampuan lulusan SPK maka dibuka D1 kesehatan ibu dan anak hanya 1 tahun saja.
8.    Tahun 1985 dibuka lagi program pendidikan bidan menerima dari lulusan SPK, SPR lama pendidikan 1 tahun. Tahun 1989 dibuka cash program pendidikan bidan secara nasional menerima dari lulusan SPK yang dikenal dengan PPBA lama pendidikan 1 tahun. Tahun 1996 status bidan di desa sebagai PNS berubab menjadi PTT (pegawai tidak tetap).
9.    Tahun 1993 dibuka program pendidikan bidan program B yang peserta didiknya dari lulusan akper dengan lamanya pendidikan 1 tahun. Tahun 1993 juga dibuka program pendidikan bidan yang menerima lulusan dari SMP pada 11 provinsi lama pendidikan 6 semester.
10. Tahun 1994-1995 berdiri pendidikan bidan jarak jauh yaitu di Jabar, Jateng, dan Jatim.
11. Diklat jarak jauh di provinsi dua tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dikoordinir oleh Pusdiklat oleh Pusdiklat Depkes. Tahun 1994 juga dilaksanakan pelatihan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal (LSS: Life Saving skill).
12. Tahun 1996 IBI bekerja sama dengan Depkes dan American College of Nurse Midwife (ACNM) dan RS swasta mengadakan training of trainer kepada anggota IBI sebanyak 8 orang. Tahun 2000 telah ada tim pelatih asuhan persalinan normal yang dikoordinasi oleh Maternal Neonatal Health (MNH).
C.    Sejarah Pendidikan Kebidanan Di Indonesia Era Tahun 2000
Dalam mengantisipasi pihak kebutuhan masyarakat yang semakin bermutu terhadap pelayanan kebidanan, perubahan-perubahan yang cepat dalam pemerintahan maupun dalam masyarakat dan pengembangan IPTEK serta persaingan yang ketat di era global ini diperlukan tenaga kesehatan khususnya tenaga kebidanan yang berkualitas baik tingkat pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesionalsme.
Pengembangan pendidikan kebidanan seyogyanya dirancang secara berkesinambungan, berjenjang dan berlanjut sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup bagi bidan yang mengabdi di tengah-tengah masyarakat. Pendidikan yang berkelanjutan ini bertujuan untuk mempertahankan profesionalisme bidan baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Namun IBI dan pemerintah menghadapi berbagai kendala untuk memulai penyelenggaraan program pendidikan tersebut.
Pendidikan formal yang telah dirancang dan diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta dengan dukungan IBI adalah program DIII dan DIV kebidanan. Pemerintah telah berupaya untuk menyediakan dan bagi bidan di sector pemerintah melalui pengiriman tugas belajar keluar negeri. Di samping itu IBI mengupayakan adanya badan-badan swasta dalam dan luar negeri untuk meningkatkan pendidikan bidan dalam dan luar negeri khususnya untuk program jangka pendek. Di samping itu IBI telah mendorong anggotanya untuk meningkatkan pendidikan melalui kerjasam dengan universitas dalam negeri. Dewasa ini ada 40 orang yang sedang mengikuti pendidikan di salah satu universitas swasta di Jakarta (Universitas Muhamadiyah Jakarta) dengan program pilihan yang mendukung peningkatan kualitas dan wawasan bidan.
Pendidikan non formal telah dilaksanakan melalui program pelatihan, magang, seminar/lokakarya. Dengan bekerjasama antara IBI dengan lembaga internasional telah pula dilaksanakan berbagai program non formal di beberapa provinsi. Semua upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan kinerja bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan yang berkualitas. IBI juga telah mengembangkan suat program mentorship bidan senior membimbing bidan junior dalam konteks profesionalisme kebidanan.
Dengan mempertimbangkan jumlah anggota IBI yang cukup besar dan dibandingkan dengan kemampuan pengadaan program pendidikan formal dengan system klasikal, maka diasumsikan bahwa kurang lebih 32 tahun baru seluruh anggota IBI dapat mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Di samping itu pula disepakati antara IBI dan pemerintah bahwa masa transisi dalam upaya peningkatan kualitas bidan melalui pendidikan formal akan berlangsung 10 tahun (2010), oleh karena itu IBI bersama pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial dan Departemen Pendidikan yang mengakui berbagai pengalaman bidan dalam melayani masyarakat. Pengakuan/penghargaan terhadap pengalaman bidan (recognition of priolearning) ini diharapkan akan dapat lebih mempercepat upaya peningkatan kualitas bidan melalui pendidikan formal tanpa mengabaikan apa yang telah dimiliki oleh para bidan. Pola pendidikan ini masih dalam tahap penjajakan dan perencanaan. Diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama penatalaksanaan sistem pendidikan ini telah selesai dan dapat diterapkan di Indonesia. Pola pengembangan pendidikan berkelanjutan bidan mengacu pada peningkatan kualitas bidan sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Materi pendidikan berkelanjutan meliputi aspek klinik dan non klinik.
11.      Kegiatan Pembelajaran
a.    Pendahuluan
    Menyediakan media pembelajaran, melakukan apersepsi dan menjelaskan tujuan pembelajaran.
b.    Inti Pembelajaran
1. Menjelaskan tentang sejarah ilmu kebidanan perkembangan kebidanan di Indonesia dan luar negeri.
2.  Melakukan eksplorasi,elaborasi, dan konfirmasi berupa pengertian kebidanan dan sejarah perkembangan kebidanan.
3.  Menyusun/mendiskusikan tentang sejarah perkembangan kebidanan di berbagai Negara termaksud di Indonesia.
c.    Penutup
    Menyimpulkan materi pelajaran, melakukan refleksi, memberikan pesan moral serta menutup dengan salam.
12.      Sumber Rujukan
Buku Utama
Ai Yeyeh Rukiyah (2011). Konsep Kebidanan. Trans Info Media. Jakarta
Lia Yulianti (2011). Konsep Kebidanan. Rineka Cipta. Jakarta
13.      Media dan Sumber Belajar
a.    Media Pembelajaran
LCD/Notebook.
b.    Sumber Belajar
Ai Yeyeh : 2011 hal: 13-18
Lia Yulianti : 2011 hal: 21-23
14.      Assessmen
a.    Prosedur
1.    Penilaian proses dilakukan dengan lembar Obeservasi/LKM
2.    Penilaian hasil dengan bantuan tes hasil belajar
b.    Intrumen
1.    Diksusi kelompok
2.    Esai Tes





  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Efek Blog