Pengemasan Perangkat Skenario
Pembelajaran (SP)
Pertemuan Ke-3
1.
Identitas
Perguruan Tinggi
a. Perguruan
Tinggi : Akbid Madani Sinjai
b. Fakultas : Kesehatan
c. Prodi : Kebidanan
2.
Identitas
Mata Kuliah
a. Nama
Mata Kuliah : Konsep Kebidanan
b. Kode
Mata Kuliah : BD. 611
c. Semester : Ganjil (III)
d. Bobot
SKS : 4 (T:2, P:2)
3.
Dosen
Pengampuh : Amalia Zahra
4.
Pelaksana
Pembelajaran
a. Hari : Rabu
b. Kelas
: B
c. Pukul : 10.00 – 13.00
Wita
5.
Mata
Kuliah Prasyarat :
6.
Status
Mata Kuliah : wajib
7.
Substansi
Kajian : Sejarah Kebidanan
8.
Kompetensi
Utama
a. Mampu
berperilaku professional, beretika dan bermoral serta tanggap terhadap nilai
sosial budaya dalam praktek kebidanan.
b. Kompetensi
Dasar:
3.2.1
Menjelaskan sejarah kebidanan umum
c. Indikator
3.2.2.1 Menjelaskan
sejarah ilmu kebidanan.
3.2.2.2 Menjelaskan
sejarah perkembangan kebidanan di luar negeri.
3.2.2.3 Menjelaskan
tentang sejarah perkembangan kebidanan di luar negeri.
3.2.2.4 Menjelaskan
sejarah pendidikan kebidanan di Indonesia era tahun 2000
9.
Metode
/ Model Pembelajaran
a. Metode
Pembelajara
Ceramah, diskusi, tugas dan
demonstrasi
b. Model
Pembelajaran
1. Pembelajaran
Langsung
2. Pemecahan
Masalah
10. Uraian Materi
A.
Sejarah
Ilmu Kebidanan
Sejarah
dalam evolusi manusia di dunia terdapat kepercayaan kehidupan manusia serta
alam di sekitarnya dikuasai oleh kekuatan-kekuatan gaib. Kekuatan-kekuatan ini
dapat mempuna pengaruh baik dan buruk atas keselamatan manusia termaksud
kesehatannya.
Akan
tetapi disamping adanya kepercayaan yang diuraikan di atas, manusia dianugerahi
daaya berfikir, untuk menghubungkan apa yang dialami dengan apa yang
dipikirkan, serta daya untuk mengumpulkan dan menyimpan pengalaman-pengalaman
dalam ingatannya. Daya ini memungkinkan dia untuk menambah pengetahuan mengenai
anatomi dan fungsi berbagai alat dalam tubuh manusia.
Seiring
dengan adanya perkembangan ini, dikenalkan dan diakui oleh masyarakat dokter,
yang mana para dokter pria menjalankan praktek praktek kedokteran terhadap
beraneka ragam penyakit, sedangkan pertolongan pada wanita dalam masa kehamilan
dan persalinan diserahkan pada wanita penolong persalinan.
Wanita-wanita
yang memberi pertolongan pada kehamilan dan persalinan umumnya tidak memiliki
pengetahuan tertentu tentang kebidanan. Mereka memperoleh pengetahuannya dari
penolong-penolong persalinan lain yang menjadi gurunya dan dari apa yang merek
alami dalam praktek sehari-hari.
Seiring
dengan lebih mendalamnya pengetahuan tentang anatomi dan fisiologi alat-alat
kandungan, fisiologi dan patologi ilmu persalinan, maka ilmu kebidanan berhasil
mencapai kedudukan sebagai ilmu tersendiri.
Sementara
itu dirasakan perlu utnuk menyempurnakan pendidikan para wanita yang memberi
pertolongan dan persalinan. Pada tahun 1513 Eucharius Roeslin menerbitkan buku
pelajaran untuk menolong persalinan.
Perkembangan
baru, yangberdasarkan atas kemajuan pengetahuan dalam fisiologi dan patologi ilmu
kebidanan, dimulai dalam abad ke-19 dan sampai sekarang ini. Lintasan sejarah perkembangan
ilmu kebidanan di Indonesia dikemukakan oleh Prof. Muhammad Toha, guru besar
kebidanan di UNAIR yang merupakan perintis pendidikan bidan di Indonesia.
Saat
ini aalah tepat untuk memulainya ilmu kebidanan ang mumcul sebagai pernyataan
umum bahwa ilmu kebidanan adalah elemen yang esensial dalam kebidanan
(Silverton, 1993) memahami ilmu dalam kebidanan berdampak pada kualitas
pelayanan karena merupakan suatu tantangan bagi bidan ntuk menguji teori-teori
yang berhubungan dengan prakteknya (Bryar, 1995).
Teori
dibutuhkan oleh seorang bidan untuk memusatkan perhatian pada asuhan aktual
yang diberikannya, sehingga kuaitas dari asuhannya akan meningkat (Siddiqiu,
1994) diyakini bahwa bagian dari asuhan kebidanan yang efektif dibuthkan untuk
penelitian dalam perspektif fenomena logika untuk membantu mengidentifikasi
pengetahuan kebidanan.
Selalu
ada keengganan pada sebagian bidan untuk menerima dan menerapkan ideology
perawat pada praktek kebidanan (Henderson, 1990). Bagaimana pun seorang bidan
memandang kehamilan, persalinan dan kelahiran adalah sebagai suatu proses yang
alamiah.
Di
beberapa Negara, misalnya di Britain bidan disana adalah seorang perawat juga,
sehingga tak bias disangkal bahwa praktek kebidanan telah terpengaruhi oleh
keperawatan ( Kitzinger, 1998). Keterlibatan ini kadang menyinggung tapi
keperawatan bukan satu-satu ya bidang yang
mempengaruhi praktek kebidanan. Mungkin kita harus menyelidiki dan menggali apa
yang istimewa pada kebidanan yang
membuatnya beda dengan keperawatan. Memang keperawatan dan kebidanan
berhubungan erat dan nampaknya keduanya menjawab pertanyaan yang sama dan pada
waktu yang sama pula mencoba memperluas dasar pengetahuan teori mereka masing-masing
(caper, 1978; Bryar, 1995).
Untuk itu penelidikan
yang telah dilakukan oleh Carper (1978) dan Siddiqiu (1994), dapat
mendorong bidan untuk mendapat pengetahuan dan bentuk-bentuk pengetahuan yang
unik lainnya yang belum diketahui dalam kebidanan
1.
Sejarah Perkembangan Bidan Di Luar Negeri
Sebelum kita mempelajari ilmu kebidanan, sejarah
kebidanan perlu diketahui agar dapat : mengetahui keadaan zaman dahulu,
mengetahui kesullitan-kesulitan zaman dahulu, membandingkan keadaan zaman
dahulu dan sekarang, memilih dari praktek-praktek dan pengalaman di masa lampau
yang baik dan membuang yang kurang baik, mengetahui perkembangan praktek
kebidanan sehingga didapatkan keahlian pada tingkat sekarang ini.
Pada
zaman dahulu manusia diartikan “Sebagai hokum keajaiban alam yang besar”.
Setelah pengetahuan lebih maju arti kelahiran manusia berubah menjadi “hokum
alam bagi makhluk yang berlainan jenis sebagai akibat hawa nafsunya”. Setelah
pengetahuan lebih maju lagi, kebidanan adalah ilm yang mempelajari manusia
mulai dari kandungan sampai melahirkan.
Kata
obstetric ialah obsto dari bahasa lain yang artinya mendampingi, sebab wanita yang
akan bersalin selalu harus didampingi dan ditolong oleh wanita lain. Kemudian
kata asal obsto dipakai dalam
berbagai bahasa, seperti: obstetricius dalam
bahasa yunani; obstare dalam bahasa
Perancis; obstetrie dalam bahasa
Belanda; obstretric dalam bahasa
inggris
1. Cara-cara
Persalinan
Beberapa contoh cara
persalinan zaman dahulu antara lain:
a) Persalinan
lama pada umumnya dilakukan dengan duduk berjongkok seprti hendak buang air
besar kecuali bila ada kelainan-kelainan, misalnya apabila anak tidak mau
keluar.
b) Wanita
yang akan bersalin disuruh duduk di tengah lapangan kemudian datanglah seorang
yang gagah dengan mengendarai kuda dan kuda itu diarahkan kepada wanita yang
akan bersalin karena terkejut dan takut, wanita tersebut akan berlari-lari,
karena itulah anak akan cepat lahir.
c) Orang
yang sedang bersalin disuruh berdiri dan memegangbahu dukun yang akan
menolongnya, kemudian tangan dukun memegang dan memeras tangan penderita,
kepala dukun menekan perut penderita.
d) Wanita
yang akan bersalin diasingkan dari masyarakat dengan membuat rumah kecil di
ladang yang jauh dari kampong.
e) Wanita
yang akan bersalin pergi ke bawah sebatang pohon. Wanita itu diikat di bawah
ketiaknya dan ujung tali yang lain dinaikkan di atas pohon yang kemudian
ditarik oleh beberapa penolong.
f) Persalinan
dianggap aktivitas dari bayi, maka diadakan daya penarik yang kuat agar bayi
mau keluar dari dalam kandungan, sehingga wanita yang akan melahirkan
dinyanyikan lagu-lagu merdu, mengucapkan kata-kata mesra.
2. Perkembangan
Kebidanan
Pelopor-pelopor yang berjasa
dalam perkembangan kebidanan ialah:
a. Hipocrates dari
yunani yang hidup diantara tahun 460-370 SM, beliau mendapat sebutan kehormatan
bapak pengobatan, beliau mengajurkan agar wanita yang sedang bersalin ditolong
dengan dasar perikemanusiaan dan meringankan penderitaan ibu. Beliau
mengajurkan pula wagar wanita yang bersalin mendapatkan perawatan selanjutnya.
b. Soranus yang
hidup pada tahun 98-138 SM. Beliau berasal dari Ephesus/Turki (bapak
kebidanan). Beliau juga berpendapat bahwa seorang bidan hendaknya seorang ibu
yang telah mengalami sendiri kelahiran bayi, ibu yang tidak takut akan hantu
serta merta menjauhkan ketahayulan.
c. Ambroise Pare yang
hidup pada tahun 1510-1590, beliau menemukan versi ekstraksi untk persalinan
sungsang.
d. Francois Mauriceau, beliau
ahli kebidanan tersohor yang menemukan suatu cara untuk melahirkan kepala
dengan letak sungsang.
e. William Smelie hidup
dalam tahun 1697-1763, beliau adalah seorang dokter biasa di London yang
berpengaruh terhadap majunya kebidanan di Perancis dan kemudian pergi ke
Perancis untuk memperdalam ilmu kebidanan.
f. William Mellie beliau
mengubah bentuk cunam serta menulis buku mengenai pemasangan cunam dengan
keterangan yang lengkap, ukuran-ukuran panggulserta perbedaan panggul sempit
dan panggul biasa.
g. Prof. James 1810 yang
pertama kali mengajukan partus bantuan pada bayi prematurbila panggul ibunya
sempit.
h. Dr. Samuel Bard, hidup
oada tahun 1742-1821. Menulis dalam bukunya tentang cara pengukuran conjugate diagonalis, kelainan-kelainan
panggul, melarang pemeriksaan dalam bila tidak ada indikasi, menasehatkan
jangan menarik tali pusat untuk mencegah terjadinya inversio uteri, mengajarkan
bahwa letak muda dapat lahir spontan, dan melarang pemakaian cunam yang
berulang-ulang karena banyak menimbulkan kerugian.
i. Peter III Chamberiein (hidup tahun
1601-1683) tahun 1647 beliau menemukan alat untuk cunam
untuk menolong persalinan yang sukar.
j. Caesar dari Romawi, untuk
menolong kelahiran yang sulit lahir dengan membedah perut ibunya atau dikenal
dengan nama pertolongan persalinan dengan section
cesaria. Sectie yang artinya pembedahan, sedangkan cesaria artinya cesus
atau pembedahan, dalam undang-undang Caesar Romawi bahwa wanita hamil yang
meninggal harus dibedah untuk mengeluarkan bayinya.
3. Kemajuan
Kebidanan
William
Harvey hidup pada tahun 1578-1657 menyelidiki dan menemukan
fisiologi dari placenta dan selaput janin. Arantius
seorang guru besar dari Italia menemukan suatu duktus/pembuluh darah sementara
pada janin yang menghubungkan vena umbilicalis dengan vena cava inferior. Fallopius seorang guru besar dari
Italia, menemukan saluran sel telur yang terletak antara uterus dan ovarium
disebut dengan Tuba Fallopi. Bondela
C.Gue, dari perancis hidup pada tahun 1745-1810, beliau mempelajari tentang
panggul dan menemukan ukura-ukuran panggul.
Hugh I-Hodge, menemukan bidang-bidang dalam panggul.
B.
Sejarah
Perkembangan Bidan Di Dalam Negeri
1. Tahun
1807, zaman Gubernur Jenderal Hendrik William Deandels, para dukun ditarik
untuk pertolongan bersalin.
2. Tahun
1849 dibuka pendidikan dokter Jawa di Batavia (RS Militer Belanda RSPAD Gatot
Subroto)
3. Tahun
1815 dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter
militer Belanda (dr. W. Boch)
4. Tahun
1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara formal. Tahun 1953 dilakukan kursus
tambahan bidan di Yogyakarta. Seiring dengan pelatihan itu didirikan BKIA bidan
sebagai penanggungjawab. Tahun 1957 dari BKIA ini menjdai pelayanan
terintegrasi kepada masyarakat yang dinamakan puskesmas.
5. Pelayanan
puskesmas dilaksanakan di luar dan didalam gedung, memberikan pelayanan
kesehatan ibu dan anak, KB dan posyandu, posyandu mencakup ANC, KB, Imunisasi,
gizi dan kesehatan lingkungan.
6. Tahun
1992 atau instruksi lisan presiden pada siding cabinet 1992 tentang perlunya
mendidik bidan dan menempatkan bidan di desa. Bidan di RS berorientasi pada
individu sedangkan bidan di desa berorientasi pada kesehatan masyarakat. Bidan
di desa tugasnya sebagai pelaksana KIA, ANC, bersalin, nifas, BBL, dan
pembinaan dukun bayi. Bidan di RS memberikan pelayanan di Poliklinik antenatal,
gangguan kesehatan reproduksi, KB, senam hamil, pendidikan perinatal, kamar
bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan ruang perinatal.
7. Tahun
1994 konferensi kependidikan di Kairo tentang kesehatan reproduksi memperluas
garapan pelayanan bidan, safe motherhood,
bayi lahir dan perawatan abortus, Family
planning, kesehatan reproduksi remaja, kesehatan reproduksi orang tua
(lansia). Kewenangan bidan diatur dalam PerMenkes No. 5380/IX/1963, wewenang
bidan terbatas pada pertolongan normal secara mandiri, didampingi tugas lain.
Perkembangan
pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan pelayanan kebidanan.
1. Tahun
1851 seorang dokter militer Belanda (Dr. W. Bosch) membuka pendidikan bidan
lagi bagi wanita pribumi di Batavia (tidak bertahan lama). Tahun 1902
pendidikan bidan dibuka kembali bagi wanita pribumi di rumah sakit militer
Batavia.
2. Tahun
1904 pendidikan bidan bagi wanita Indonesia dibuka di Makassar. Bersedia
ditempatkan dimana saja, mendapat tunjangan dari pemerintah 15-25 Gulden/bulan.
3. Tahun
1911/1912 dimulai pendidikan tenaga keperawatan selama 4 tahun di BZ(RSUP/RSCM)
Semarang dan Batavia calon yang diterima dan lulus HIS (SD 7 th) peserta
didiknya pria. Tahun 1914 diterima peserta didik wanita yang dimana mereka
setelah mengikuti ini dapat melanjutkan ke sekolah bidan.
4. Tahun
1935-1938 pemerintah Belanda mendirikan sekolah bidan lulusan Mulo (setara
SLTP). Tahun 1935-1938 dibuka sekolah bidan (RS Budi Kemulian) oleh pribumi.
Bidan palang-palang di Jakarta dan Mardiwaluyo di Semarang. Bidan Mulo bidan
kelas I dan HIS bidan kelas II.
5. Tahun
1950-1953 dibuka sekolah bidan dari lulsan SMP minimal 17 tahun lama pendidikan
3 tahun. Juga dibuka pendidikan pembantu bidan lulusan SMP penjenjang kesehatan
E pada tahun 1976 setelah itu ditutup.
6. Tahun
1955 dibuka kursus tambahan bidan(KTB) di Yogyakarta 7 s/d 12 minggu. Tahun
1960 KTB dipindahkan ke Jakarta tujuan ini untuk mempekenalkan kepada lulusan
bidan mengenai perkembangan program KIA sebelum terjun ke masyarakat. Tahun
1967 KTB ditutup. Pada tahun 1954 dibuka pendidikan guru bidan dan perawat dan
guru kesehatan masyarakat di Bandung. Lama pendidikan 1 tahun kemudian menjadi
2 tahun dan terakhir menjadi 2 tahun.
7. Tahun
1972 pendidikan ini dilebur menjadi sekolah perawat (SPG). Tahun 1970 dibuka
program pendidikan kebidanan menerima lulusan di sekolah pengatur perawat
ditambah 2 pendidikan tersebut sekolah pendidikan lanjutan jurusan kebidanan
(SPLJK). Tahun 1974 sekolah bidan ditutup dan dibuka sekolah perawat kesehatan
(SPK). Tahun 1981 untuk meningkatkan kemampuan lulusan SPK maka dibuka D1
kesehatan ibu dan anak hanya 1 tahun saja.
8. Tahun
1985 dibuka lagi program pendidikan bidan menerima dari lulusan SPK, SPR lama
pendidikan 1 tahun. Tahun 1989 dibuka cash program pendidikan bidan secara
nasional menerima dari lulusan SPK yang dikenal dengan PPBA lama pendidikan 1
tahun. Tahun 1996 status bidan di desa sebagai PNS berubab menjadi PTT (pegawai
tidak tetap).
9. Tahun
1993 dibuka program pendidikan bidan program B yang peserta didiknya dari
lulusan akper dengan lamanya pendidikan 1 tahun. Tahun 1993 juga dibuka program
pendidikan bidan yang menerima lulusan dari SMP pada 11 provinsi lama
pendidikan 6 semester.
10. Tahun
1994-1995 berdiri pendidikan bidan jarak jauh yaitu di Jabar, Jateng, dan Jatim.
11. Diklat
jarak jauh di provinsi dua tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Dikoordinir oleh Pusdiklat oleh Pusdiklat Depkes. Tahun 1994 juga
dilaksanakan pelatihan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan neonatal (LSS: Life Saving skill).
12. Tahun
1996 IBI bekerja sama dengan Depkes dan American
College of Nurse Midwife (ACNM) dan RS swasta mengadakan training of
trainer kepada anggota IBI sebanyak 8 orang. Tahun 2000 telah ada tim pelatih
asuhan persalinan normal yang dikoordinasi oleh Maternal Neonatal Health (MNH).
C.
Sejarah
Pendidikan Kebidanan Di Indonesia Era Tahun 2000
Dalam mengantisipasi pihak kebutuhan masyarakat yang
semakin bermutu terhadap pelayanan kebidanan, perubahan-perubahan yang cepat
dalam pemerintahan maupun dalam masyarakat dan pengembangan IPTEK serta
persaingan yang ketat di era global ini diperlukan tenaga kesehatan khususnya
tenaga kebidanan yang berkualitas baik tingkat pengetahuan, keterampilan, dan
sikap profesionalsme.
Pengembangan pendidikan kebidanan seyogyanya dirancang
secara berkesinambungan, berjenjang dan berlanjut sesuai dengan prinsip belajar
seumur hidup bagi bidan yang mengabdi di tengah-tengah masyarakat. Pendidikan
yang berkelanjutan ini bertujuan untuk mempertahankan profesionalisme bidan baik
melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Namun IBI dan
pemerintah menghadapi berbagai kendala untuk memulai penyelenggaraan program
pendidikan tersebut.
Pendidikan formal yang telah dirancang dan
diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta dengan dukungan IBI adalah program
DIII dan DIV kebidanan. Pemerintah telah berupaya untuk menyediakan dan bagi
bidan di sector pemerintah melalui pengiriman tugas belajar keluar negeri. Di
samping itu IBI mengupayakan adanya badan-badan swasta dalam dan luar negeri
untuk meningkatkan pendidikan bidan dalam dan luar negeri khususnya untuk
program jangka pendek. Di samping itu IBI telah mendorong anggotanya untuk
meningkatkan pendidikan melalui kerjasam dengan universitas dalam negeri.
Dewasa ini ada 40 orang yang sedang mengikuti pendidikan di salah satu
universitas swasta di Jakarta (Universitas Muhamadiyah Jakarta) dengan program
pilihan yang mendukung peningkatan kualitas dan wawasan bidan.
Pendidikan non formal telah dilaksanakan melalui program
pelatihan, magang, seminar/lokakarya. Dengan bekerjasama antara IBI dengan
lembaga internasional telah pula dilaksanakan berbagai program non formal di
beberapa provinsi. Semua upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan kinerja
bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan yang berkualitas. IBI juga telah
mengembangkan suat program mentorship bidan senior membimbing bidan junior
dalam konteks profesionalisme kebidanan.
Dengan mempertimbangkan jumlah anggota IBI yang cukup
besar dan dibandingkan dengan kemampuan pengadaan program pendidikan formal
dengan system klasikal, maka diasumsikan bahwa kurang lebih 32 tahun baru
seluruh anggota IBI dapat mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Di
samping itu pula disepakati antara IBI dan pemerintah bahwa masa transisi dalam
upaya peningkatan kualitas bidan melalui pendidikan formal akan berlangsung 10
tahun (2010), oleh karena itu IBI bersama pemerintah dalam hal ini Departemen
Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial dan Departemen Pendidikan yang mengakui
berbagai pengalaman bidan dalam melayani masyarakat. Pengakuan/penghargaan
terhadap pengalaman bidan (recognition of
priolearning) ini diharapkan akan dapat lebih mempercepat upaya peningkatan
kualitas bidan melalui pendidikan formal tanpa mengabaikan apa yang telah dimiliki
oleh para bidan. Pola pendidikan ini masih dalam tahap penjajakan dan
perencanaan. Diharapkan dalam waktu yang tidak terlalu lama penatalaksanaan
sistem pendidikan ini telah selesai dan dapat diterapkan di Indonesia. Pola
pengembangan pendidikan berkelanjutan bidan mengacu pada peningkatan kualitas
bidan sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Materi pendidikan berkelanjutan
meliputi aspek klinik dan non klinik.
11.
Kegiatan
Pembelajaran
a.
Pendahuluan
Menyediakan media
pembelajaran, melakukan apersepsi dan menjelaskan tujuan pembelajaran.
b.
Inti
Pembelajaran
1. Menjelaskan
tentang sejarah ilmu kebidanan perkembangan kebidanan di Indonesia dan luar
negeri.
2. Melakukan
eksplorasi,elaborasi, dan konfirmasi berupa pengertian kebidanan dan sejarah
perkembangan kebidanan.
3. Menyusun/mendiskusikan
tentang sejarah perkembangan kebidanan di berbagai Negara termaksud di
Indonesia.
c.
Penutup
Menyimpulkan materi
pelajaran, melakukan refleksi, memberikan pesan moral serta menutup dengan
salam.
12.
Sumber
Rujukan
Buku
Utama
Ai Yeyeh Rukiyah (2011). Konsep Kebidanan. Trans Info Media.
Jakarta
Lia Yulianti (2011). Konsep Kebidanan. Rineka Cipta. Jakarta
13.
Media
dan Sumber Belajar
a. Media
Pembelajaran
LCD/Notebook.
b. Sumber
Belajar
Ai Yeyeh : 2011 hal: 13-18
Lia Yulianti : 2011 hal:
21-23
14.
Assessmen
a. Prosedur
1. Penilaian
proses dilakukan dengan lembar Obeservasi/LKM
2. Penilaian
hasil dengan bantuan tes hasil belajar
b. Intrumen
1. Diksusi
kelompok
2. Esai
Tes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar